Pesta Kelahiran SP Maria
Mi 5:1-4a atau Rm 8:28-30
Mzm 13:6ab.6cd
Mat 1:1-16.18-23
Maria, Sang Anak Dara
Hari ini 8 September, kita merayakan sekaligus mengenang kembali kelahiran Santa Perawan Maria. Maka marilah kita mengucapkan selamat ulang tahun kepada Santa Perawan Maria, Bunda Tuhan Yesus Kristus, Bunda kita semua. Kelahiran santa Perawan Maria menandai ‘Fajar Keselamatan’ dan awal rencana keselamatan dari Allah bagi umat manusia. Menjadi pertanyaan adalah mengapa perayaannya pada tanggal 8 September? Memang tidak ada dan bukan sebuah peristiwa di dalam Kitab Suci namun kita mengingat kembali perayaan Santa Perawan Maria dalam liturgi yakni Maria dikandung tanpa noda dosa kitavrayakan bersama pada tanggal 8 Desember. Apabila kita menghitung dari tanggal 8 Desember sampai 8 September maka genap 9 bulan, saatnya Maria dilahirkan. Tradisi ini berakar pada tulisan-tulisan para Bapa Gereja dan menekankan peran unik Maria, kemurnian, kerendahan hati, dan imannya, yang menjadi inti pesan Kristiani tentang harapan dan pembaruan.
Gereja di Yerusalem adalah yang pertama kali merayakan Kelahiran Santa Perawan Maria dengan sebuah perayaan yang kemungkinan besar semakin berkembang dalam Gereja Katolik pada akhir abad ke-7. Perayaan ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia Barat, terutama di Prancis. Sebuah tradisi kuno, yang terdapat dalam Injil Apokrif dari Santu Yakobus, menceritakan tentang orang tua Perawan Maria, yaitu santo Yoakim dan Santa Anna. Kelahiran Maria merupakan juga merupakan salah satu perayaan besar dalam tahun liturgi Bizantin karena menandai dimulainya rencana keselamatan dan penulisan Sabda Allah dalam sejarah umat manusia. Sejak abad ke-6, orang-orang beribadah di Yerusalem, dekat kolam Bethesda, tempat di mana Perawan Maria dilahirkan. Di Basilika Kelahiran Maria, Santo Yohanes Damaskus (Pujangga Gereja 675-749) mengumumkan, “Mari kita rayakan dengan sukacita besar hari ini yang menyaksikan kelahiran Ibu Kristus, Dia yang adalah ‘awal keselamatan’”.
Dalam liturgi Gereja Katolik, hanya Tuhan Yesus Kristus, Yohanes Pembaptis, dan Santa Perawan Maria yang kelahiran mereka diperingato dengan meriah. Mengapa? Satu alasn yang mungkin adalah karena hanya mereka bertiga yang suci sejak awal. Mereka disucikan oleh Allah di dalam kandungan, bukan disucikan melalui anugerah dan ujian panjang selama hidup mereka di dunia. Sebagaimana saya katakana sebelumnya bahwa tidak ada catatan dalam Kitab Suci tentang tempat dan tanggal kelahiran Perawan Maria. Nama orang tuanya juga tidak ditemukan dalam Kitab Suci, meskipun tradisi mengatakan bahwa mereka adalah Yoakim dan Anna. Baru pada abad keenam terdapat pengetahuan pasti tentang perayaan liturgi kelahiran Maria. Hal ini tidaklah aneh. Maria hidup dalam kehidupan yang tersembunyi, dan makna teologis dan historisnya tetap tersembunyi hingga Konsili Efesus pada tahun 431 yang secara resmi menyatakan Maria sebagai Bunda Allah. Sejak definisi tersebut, setiap aspek hidupnya menjadi sumber warisan spiritual dan teologis yang kaya.
Sabda Tuhan yang kita dengar pada hari ini juga membuka wawasan kita tentang sukacita kelahiran santa perawan Maria. Perikop dari Kitab Mikha mengungatkan kita bahwa Allah akan membangkitkan seorang Raja Mesias yang akan datang dari Betlehem, kota kecil yang tidak dianggap penting, untuk menyelamatkan dan menggembalakan umat-Nya dengan kasih dan damai sejahtera, meskipun mereka pernah menderita karena kejahatan para pemimpin mereka. Tuhan Allah sendiri dapat memakai hal yang kecil dan sederhana untuk karya-Nya yang besar, dan memberikan pengharapan bagi orang-orang yang merasa kecil dan terabaikan. Maria adalah dia yang kecil dan sederhana menjadi ibu bagi sang Putra.
Sementara Santu Paulus sendiri dalam suratnya kepada jemaat di Roma, menekankan bahwa janji Allah bahwa Ia bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan orang-orang yang mengasihi-Nya, bahkan di tengah kesulitan. Tenti saja Allah memiliki rencana kekal untuk memilih, memanggil, membenarkan, dan memuliakan umat-Nya, menjadikan mereka serupa dengan Yesus Kristus, anak-Nya. Semu aini menjadi nyata dalam kehidupan Maria.
Sementara penginjil Matius menceritakan Silsilah Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Tuhan Allah sendiri setia pada janji-janji-Nya dan rencana keselamatan-Nya digenapi melalui Yesus, sang Immanuel (Allah yang menyertai kita), yang lahir dari santa Maria karena kuasa Roh Kudus. Silsilah Yesus Kristus menunjukkan karya Allah di tengah sejarah manusia, termasuk orang-orang berdosa, dan kelahiran-Nya merupakan tanda harapan baru di tengah keterbatasan manusia. Berkaitan dengan Bunda Maria, ibu Yesus dikatakan bahwa ia bertunangan dengan Yusuf. Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan memberi kabar sukacita kepadanya untuk menjadi ibu Yesus. Ketika Yusuf mengetahui keadaan Maria ini, ia ingin berpisah dengan Maria secara dian-diam. Namun Tuhan memiliki rencana yang indah untuk menjadikannya sebagai Bapa pengasuh Yesus dan melindungi Maria.
Nilai-nilai kehidupan yang kita pelajari dari Bunda Maria sang Anak Dara adalah iman, kasih dan kesetiaan kepada Tuhan dan manusia. Mari kita belajar dan menghayatinya di dalam hidup kita. Santa Maria, doakanlah kami. Amen.
P. John Laba, SDB