Food For Thought: Nilai sebuah persahabatan

Nilai sebuah persahabatan

Saya pernah menyusuri sebuah gang kecil di sebuah kota di mana komunitasku berada. Di sana-sini terlihat anak-anak usia dini berkumpul sesuai dengan peer groupnya di depan rumah tertentu sambil bermain game online, mendengar musik atau membaca sesuatu di layer hand phone mereka. Ada yang sedang menonton TV bersama-sama. Saya meneruskan perjalanan melewati gang itu dan menemukan dua anak kecil dengan pakaian yang sangat sederhana, berjalan bersama, saling berangkulan dan wajahnya sangat ceriah.

Ketika kembali ke komunitas, saya mengingat kembali pengalaman yang saya saya saksikan di gang kecil itu. Situasi anak-anak masa kini seperti di gang kecil yang merasakan keceriaan di depan layer Hand Phone namun relasi sosial mereka hanya sebatas dirinya dengan layar Hand Phone saja, meskipun mereka sedang duduk bersama-sama di depan rumah. Mereka yang duduk di depan Televisi juga memang kelihatan bersama-sama namun hati dan pikiran mereka tentu tidak sedang bersama-sama. Saya lebih tertarik dengan kedua anak yang mungkin baru kembali memungut sampah, pakaian dan tangan mereka kotor namun menunjukan wajah yang ceriah. Mereka menikmati keringatnya sendiri meski belum masuk dalam usia kerja. Mereka tersenyum dalam suasana dunia yang keras. Dalam kesederhanaan ternyata mereka merasa bahagia satu sama lain, lebih lagi karena senasib dalam kesederhanaan dan kemiskinan.

Perhatikan gambar dan tulisan ini:

“Tidaklah dibutuhkan harta kekayaan yang mahal untuk membuatmu tersenyum manis di wajah, yang dibutuhkan hanyalah seorang sahabat yang baik”

Perkataan ini memang sederhana namun mengingatkan bahwa persahabatan itu mahal. Kita boleh memiliki banyak teman dan kawan namun hanya sedikit yang menjadi sahabat kita. Selamat persahabatan dan damai bagimu.

P. John Laba, SDB