Sesama bukanlah penghalang melainkan peluang!
Banyak di antara kita yang selalu berpikir bahwa sesama manusia bisa menjadi penghalang di dalam menjalankan tugas perutusan kita. Ketakutan akan persaingan yang tidak sehat di dalam meniti karier, mungkin saja ada sesama yang lebih mampu, ketrampilannya melebihi diri kita. Itu sebabnya orang selalu merasa takut kalau ada sesama yang hadir bersama dalam tugas dan pekerjaan-pekerjaan kita. Para pria katolik yang sedang menjalani tugas perutusan di tempat-tempat tertentu pasti memiliki pengalaman yang sama. Di tempat kerja masing-masing bisa saja ada persaingan yang sehat dan tidak sehat. Ada orang yang kariernya mulus, dan yang lainnya terhambat karena alasan-alasan yang sangat manusiawi.
Ada seorang sahabat memiliki pengalaman yang unik karena sungguh-sungguh mengubah kehidupannya. Konon, ada tetangganya yang tinggal sendirian dirumahnya. Di pekarangan rumahnya ditumbuhi pohon-pohon dan rerumputan yang tidak terurus sehingga mengurangi keindahan rumahnya. Berkali-kali ia ditegur oleh ketua RT karena dinilai malas dalam mengurus rumah dan pekarangannya. Setelah beberapa kali ditegur, sahabatku yang kebetulan mendengarnya, berani pergi dan melihat sendiri keadaan tetangganya ini. Apa yang ia temukan di sana? Ternyata ia baru mengetahui bahwa tetangganya ini memiliki penderitaan yang luar biasa. Ia adalah seorang janda yang ditinggal pergi suami karena tidak memiliki anak dan sekarang sedang mengalami penyakit kanker payudara stadium satu. Karena kesulitan ekonomi, ia juga harus bekerja part time, dan sesekali pergi ke rumah sakit untuk control dan kemo. Maka rumah dan pekarangannya tidak diurus dengan baik.
Sahabat itu adalah seorang pria katolik, kembali ke rumahnya dengan perasaan malu karena di tengah kemegahan perumahan itu ada seorang tetangga yang sedang menderita lahir dan bathin. Ia mengumpulkan beberapa tetangga lainnya untuk mengadakan kerja bakti, yakni membersihkan rumah dan pekarangan tetangganya yang sedang menderita itu. Mereka menanam bunga yang baru di taman, rumahnya ditata dengan rapi dan rasanya ada angin segar yang memberi kehidupan kepadanya. Semua orang yang lewat di rumah itu merasa ada kehidupan baru di dalamnya. Rumah yang tadinya seperti rumah hantu sudah berubah menjadi hunian bagi manusia yang ceriah.
Beberapa hari kemudian tetangga yang menderita itu menulis surat kepada ketua RT: “Selama ini anda selalu menegur saya karena rumah dan pekarangan saya tidak terawat. Anda hanya bisa menegur tetapi tidak pernah mengajak warga untuk membantu saya yang sedang menderita ini. Tetapi saya bangga dengan para tetangga dekat saya karena mereka bukanlah penghalang melainkan peluang. Mereka tidak menghalangi kehidupan saya, tetapi menjadi peluang untuk memberi kehidupan kepada saya. Sekarang saya boleh tersenyum dan merasa hidup kembali”. Konon orang ini kemudian sembuh total dari sakit kanker payudarahnya.
Kisah sederhana ini menjadi inspirasi bagi para pria katolik untuk peka terhadap kehidupan sesama. Banyak kali orang pandai mengajar orang lain untuk menjadi sesama tetapi dirinya sendiri tidak dapat menjadi sesama. Memang pertanyaan bagi kita semua adalah bukan siapakah sesamaku manusia tetapi apakah aku juga sesama bagi manusia yang lain. Kita ingat kisah Injil tentang orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37). Orang Samaria itu tidak mengajak orang lain untuk menjadi sesama bagi orang Yahudi, musuh kerajaannya, tetapi dirinya sendiri menjadi sesama bagi orang Yahudi yang sekarat. Memang lebih mudah mempertanyakan siapakah sesama dan sangat sulit menjadi sesama manusia.
Dunia kita akan berubah ketika para pria katolik memiliki habitus baru untuk menjadi sesama bagi semua orang. Habitus baru ini tentu didasari oleh cinta kasih dan keadilan yang mesti dimiliki dan dibagi kepada sesama yang lain. Kemampuan untuk berbagi, berempati dengan sesama terutama yang menderita patut dimiliki oleh kita semua. Untuk itu kita berusaha supaya dengan rahmat Tuhan, kita mampu masuk ke dalam kehidupan sesama, dan dari dalamnya kita mengubah kehidupan mereka. Sesama bukanlah penghalang tetapi peluang untuk berbuat baik dan mengasihi.
Doa: Tuhan, semoga kami memiliki kemampuan untuk berbagi dengan sesama. Amen
PJSDB