Hari Selasa, Pekan Biasa XXXIII
2Mak 6:18-31
Mzm 3:2-3.4-5.6-7
Luk 19:1-10
Memilih untuk tidak menyesatkan orang lain
Ada sepasang suami istri. Sebelum menikah, mereka saling berjanji untuk tidak menyesatkan anak-anak yang akan Tuhan berikan kepada mereka, dengan tidak mengeluarkan kata-kata kotor atau kutukan kepada mereka. Mereka bersyukur kepada Tuhan karena telah memberikan mereka 2 orang anak yang sehat dan baik-baik. Pasutri ini puas karena anak-anak mereka tidak pernah mendengar kata-kata kotor dan kutukan keluar dari mulut mereka. Ketika ditanya resep sehingga mereka tidak mengeluarkan kata-kata kotor dan kutukan yang menyesatkan di depan anak-anak, pasutri ini mengakui selalu berjuang hari demi hari untuk mewujudkan komitmen itu. Memang bukanlah hal yang mudah untuk melakukan sebuah janji dengan tulus tetapi pasutri ini berhasil di sepuluh tahun pertama pernikahan mereka.
Saya mengingat St. Dominikus Savio (1842-1857). Dia adalah murid Don Bosco di Oratorium. Ia membuat empat janji yang bagus pada saat menerima komuni pertama. Keempat janji Dominikus adalah: Pertama, Saya akan menerima sakramen tobat dan ekaristi sesering mungkin. Kedua, Saya akan merayakan hari Minggu dan hari raya bagi Tuhan. Ketiga, sahabat-sahabat terbaikku adalah Yesus dan Maria. Keempat, lebih baik mati daripada berbuat dosa. Keempat janji Dominikus Savio ini memang sesuai dengan konteks Katekismus Gereja Katolik pada zaman itu. Di keuskupan Turin saat itu, anak-anak yang hendak menerima komuni pertama harus membuat janji-janji tertentu. Dominikus membuat keempat janjinya dan ia melaksanakannya sampai tuntas. Dia adalah seorang anak remaja tetapi sudah memiliki komitmen kepada kekudusan. Ia memilih lebih baik mati dari pada berbuat dosa. Mungkin anak-anak saat ini lebih memilih berbuat dosa dari pada mati.
Pada hari ini kita berjumpa dengan tiga figur penting dalam bacaan-bacaan Kitab Suci. Siapakah mereka?
Pertama, Eleazar. Nama Eleazar kita temukan dalam Kitab kedua Makabe. Ia digambarkan usianya sudah uzur namun keyakinan imannya sangat kuat. Ia dipaksa oleh raja untuk memakan daging babi tetapi ia berani memuntahkannya dari mulutnya. Ada teman-teman yang mengenalnya dan mempengaruhinya untuk memakan daging lain yang mereka siapkan, namun ia tetap pada pendirian untuk tidak memakannya. Sikap tegasnya ini menandakan kesetiaan imannya kepada Yahwe sehingga ia memilih lebih baik mati dari pada berbuat dosa. Eleazar menginspirasikan kita untuk tidak menyesatkan atau menjadi batu sandungan bagi mereka yang masih muda atau yang lemah tak berdaya. Sebagai orang yang sudah uzur, ia tetap pada pendirian untuk tidak mencemarkan dirinya. Kita semua dapat belajar dari komitmennya ini untuk tidak menyesatkan sesama. Yesus berkata, “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya dan ditenggelamkan di laut” (Mat 18:6). Mengapa Eleazar bersikap demikian? Karena dari namanya, ia tetap mengharapkan Allah sebagai satyu-satunya penolong.
Kedua, Zakheus. Zakheus dalam bacaan injil digambarkan sebagai seorang pria yang pendek secara fisik tetapi dalam kehidupan sosial, ia adalah manager bea cukai. Ini berarti ia memiliki banyak harta yang diperoleh dari gajinya dan mungkin dari pungutan liar yang oleh Zakheus disebut pemerasan. Ia memiliki keinginan untuk melihat siapakah Yesus itu namun ia terhalang oleh orang-orang lain. Ia memanjat pohon dan dari atas, tempat yang nyaman, ia boleh melihat Yesus. Namun demikian Yesuslah yang pertama melihatnya. Yesus berkeinginan untuk menginap di rumahnya. Ini adalah saat yang tepat di mana Zakheus bertobat. Ia berjanji akan memberi harta kekayaannya kepada kaum miskin, dan kalau ia pernah memeras orang, ia berjanji mengembalikannya empat kali lipat. Zakheus menjadi baru dan mengikuti Yesus. Ia memilih tidak mati karena dosa-dosanya, tetapi tetap hidup karena Yesus.
Ketiga, Yesus Kristus. Tuhan Yesus Kristus digambarkan melakukan perjalanan ke Yerusalem. Ini adalah perjalanan yang dilakukan untuk mewujudkan rencana Bapa di Surga yakni memberikan penebusan berlimpah kepada umat manusia. Dia melihat manusia dengan pengalaman penderitaan karena dosa. Dia bergaul akrab dengan kaum pendosa dan mereka pun berubah karena kehadiranNya di tengah-tengah mereka. Misalnya, Yesus tidak menegur Zakheus atau menghitung kesalahan Zakheus. Ia hadir di rumahnya dan menerima Zakheus apa adanya. Inilah yang membuat Zakheus berubah total. Ia bahkan mengatakan bahwa Zakheus juga mengalami keselamatan karena dia juga anak Abraham. Misi Yesus adalah mencari orang berdosa untuk diselamatkan.
Ketiga figur ini sangat inspiratif bagi kita semua. Silakan anda bebas memilih untuk menjadi Eleazar yang memilih lebih baik mati dari pada berbuat dosa, atau Zakheus yang memiliki keinginan yang besar untuk mencari Yesus, menerimaNya dan bertobat secara radikal karena Yesus mengasihinya, atau Tuhan Yesus sendiri yang menerima orang berdosa apa adanya dan menganugerahkan keselamatan kepada mereka. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita semua untuk bertumbuh sebagai murid yang setia kepada Kristus.
Doa: Tuhan, semoga kami mengalami pertobatan radikal sepanjang hari ini. Amen
PJSDB