White and Green Christmas
Adalah Irving Berlin. Beliau adalah penulis lagu ‘I am dreaming of a white Christmas’ dan lagu ini menjadi popular dalam film ‘Holyday in’ pada tahun 1942, dan dinyanyikan oleh Bing Crosby. Kini lagu White Christmas tetap popular di masa natal. Kita semua yang mendengar lagu ini hanya bisa membayangkan suasana natal yang putih karena di daerah tertentu di planet ini ditutupi oleh salju.
Mungkin perlahan-lahan kita juga mempopulerkan ‘Green Christmas’ atau Natal yang hijau. Banyak tempat membuat hiasan-hiasan natal berwarna hijau karena warna hijau menunjukkan ‘kehidupan’ yang sangat berharga di mata Tuhan sang Pencipta. Banyak pohon natal, balon-balon berwarna hijau, gaun-gaun hijau yang benar-benar menunjukkan suasana ‘hidup baru’. Natal adalah hidup baru bagi kita semua.
Paus Fransiskus menjelang Natal tahun 2018 ini mengatakan: “Terang yang terpancar dari lampu-lampu pohon Natal mengingatkan kita bahwa Yesus adalah terang dunia, cahaya jiwa kita yang menghalau gelapnya kebencian dan memberi ruang bagi pengampunan.” Banyak di antara kita sudah memasang lampu-lampu natal pada pohon natal, sangat indah kelihatannya namun sebagaimana bapa Paus katakan bahwa sambil melihat pohon natal dan lampu-lampu itu, pikiran kita lebih focus pada Yesus sebagai terang. Kita jujur di hadapan Tuhan dan mengatakan bahwa sekarang ada saat yang tepat untuk memiliki ruang pengampunan karena terang Kristus.
Natal putih dan hijau. Maknanya adalah Kekudusan dan kehidupan. Sekarang cobalah kita membayangkan saudara dan saudari kita di Lampung, dan daerah pesisir Banten yang barusan mengalami bencana alam. Saudari dan saudara di Palu dan Lombok yang masih mengalami kegelapan karena kehilangan segalanya saat mengalami bencana alam. Sebenarnya kita harus berempati dengan mereka, memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka. Namun dalam situasi yang sama, banyak orang yang masih sibuk dengan partainya, junjungannya yakni calon presiden dan legislatif, sambil memajukan kebohongan public, me meningkatkan ujaran kebencian dan aneka tindakan yang tidak manusiawi. Ruang pengampunan rasanya sudah tidak perlu bagi mereka padahal sebenarnya perlu, dan yang ada hanya ruang kebencian. Apa yang salah dalam pikiran dan hidup manusia? Kita butuh natal yang putih melebihi salju, sebuah natal yang kudus. Kita butuh natal yang hijau sebagai tanda kehidupan. Masa adventus membaharui kita untuk merayakan natal yang putih dan hijau.
Tuhan memberkati dan selamat memasuki masa Natal 2018.
Dengan berkat Tuhan,
P. John Laba, SDB