RABU ABU – Pantang dan Puasa.
Yl. 2:12-18
Mzm. 51:3-4,5-6a,12-13,14,17
2Kor. 5:20-6:2
Mat. 6:1-6,16-18
Tuhan pasti membalasnya kepadamu
Kita memasuki masa prapaskah, yang kiranya menjadi serupa dengan sebuah retret agung bagi umat Allah selama empat puluh hari di tahun 2019 ini. Ini adalah masa yang kita nantikan untuk membaharui diri dari saat ke saat supaya layak merayakan paskah dengan hati yang suci dan murni. Paus Fransiskus pada tanggal 26 Februari yang lalu menulis pesan prapaskah kepada seluruh Gereja dengan tema: “Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan” (Rom 8:19). Paus Fransiskus dalam pesan prapaskah ini berharap agar kita semua sebagai Gereja tidak membiarkan masa retret agung ini berlalu begitu saja, sebaliknya kita harus berusaha untuk hidup sebagai anak-anak Allah yang mengakui dan patuh kepada hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya dan menghayatinya dengan saudari dan saudara di sekitar kita. Di samping itu beliau berharap agar umat katolik membaharui dirinya. Ia menulis: “Dosa telah menuntun manusia sehingga menganggap dirinya sebagai allah ciptaan, untuk melihat dirinya sendiri sebagai penguasa mutlak dan memanfaatkan ciptaan, bukan untuk tujuan yang dikehendaki oleh sang Pencipta melainkan untuk kepentingannya sendiri.” Tuhan menganugerahkan kasih dan kebaikan-Nya kepada orang berdosa yang bertobat sebagai balasannya.
Mengapa kita butuh kesempatan untuk membaharui diri selama masa prapaskah ini? Kita memang perlu dan harus membaharui diri karena kita semua orang berdosa. Kita telah berdosa melawan Tuhan dan sesama dengan sadar dan sengaja. Saya mengingat St. Theresa dari Kalkuta. Beliau pernah berkata: “Beberapa orang kudus menggambarkan diri mereka sebagai penjahat yang mengerikan karena mereka melihat Tuhan, mereka melihat diri mereka sendiri dan dari situ mereka menemukan letak perbedaannya.” Perkataan orang kudus moderen ini menggambarkan kehidupan kita yang nyata di hadirat Tuhan. Kalau kita berada di hadirat Tuhan kita akan merasa bahwa diri kita tidak lebih dari sebutir debu. Betapa diri kita itu hina di hadirat Tuhan karena dosa dan salah yang sadar dan tidak sadar kita lakukan di setiap waktu kehidupan. Tuhan Allah sendiri berkata: “Dosa itu sudah mengintip di depan pintu, ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej 4:7).
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini memberikan pesan konkret yang dapat kita lakukan supaya menjadi sungguh-sungguh Kristiani. Ketiga hal yang dimaksudkan adalah derma, doa dan puasa. Ketiga kata kunci ini menjadi trilogi yang harus kita jalani selama masa prapaskah. Saya kembali meminjam komentar paus Fransiskus dalam pesan prapaskahnya tentang trilogi ini. Pertama, derma. Dalam berderma kita berusaha untuk melepasakan diri dari kegilaan menimbun segalanya bagi kita sendiri, dalam keyakinan ilusi bahwa kita dapat menjamin masa depan yang bukan milik kita. Kita berderma berarti kita melakukan karya amal kasih kepada sesama yang sangat membutuhkan, sebab mereka adalah Kristus yang kelihatan saat ini. Kedua, doa. Doa mengajarkan kita untuk meninggalkan sikap menyembah berhala dan kemandirian ego serta mengakui bahwa kita memang membutuhkan Tuhan dan belas kasih-Nya. Ketiga, puasa. Berpuasa adalah belajar untuk mengubah sikap kita terhadap orang lain dan semua ciptaan dengan berpaling dari godaan untuk melahap segalanya demi memuasakan kerakusan kita, dan siap sedia untuk menderita karena kasih, yang dapat mengisi kekosongan hati kita. Kalau kita beramal, berdoa dan berpuasa dengan baik maka Tuhan akan membalasnya kepada kita.
Kita mengawali masa pra paskah ini dengan menerima abu yang ditaburkan di kepala atau di dahi. Abu adalah tanda pertobatan. Di dalam Kitab Suci membantu kita untuk mengerti bahwa abu adalah tanda pertobatan, misalnya dalam kisah pertobatan orang-orang Niniwe (Yun 3:6). Kita juga diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Kej 2:7) artinya ketika ketika meninggal dunia kita akan kembali menjadi debu tanah. Sebab itu kita menggunakan masa retret agung ini untuk ‘Bertobatlah, dan percaya kepada Injil’. Tuhan akan membalasnya kepada kita dengan memberikan hidup baru, yang membawa kita kepada kehidupan kekal kelak.
PJ-SDB