Jangan marah-marah!
Pada siang hari ini saya mendapat kiriman kutipan ayat Kitab Suci ini dari seorang sahabat yang terkenal mudah marah: “Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.”(Yak 1:19-21). Saya hanya tersenyum, sambil membayangkan wajahnya ketika ia marah. Tetapi kali ini ia membagikan ayat Kitab Suci ini, dan saya menduga mungkin diam au bertobat dari kebiasaannya untuk marah-marah dengan orang yang di sekitarnya. Saya ciba bertanya kepadanya tentang hal ini. Dia menjawabku: “Pater, waktu sudah berubah, saya juga berubah!” Saya mengirim jempol dan hati saya bersukacita karena Dia mau berubah dari kebiasaannya ini.
Apakah anda juga mau berubah dari kebiasaanmu untuk marah atau kebiasaan lain yang menjerumuskanmu untuk jatuh ke dalam dosa? Ada orang yang berpikiri bahwa sampai maut datang untuk memanggilnya, dia tidak akan berubah. Ada yang masih percaya bahwa dia punya kesempatan untuk berubah. Ada yang hanya berpasrah saja dengan mengatakan berubah atau tidak berubah yang penting masih hidup. Saya lebih percaya pada perubahan. Anda, saya, kita memiliki waktu untuk berubah dengan belajar dari pengalaman sebagai guru kehidupan.
Santu Yakobus sangat cerdas ketika mengatakan bahwa setiap orang harus cepat untuk mendengar tetapi lambat untuk berbicara dan marah. Ia tahu bahwa kita memiliki dua telinga dan satu mulut maka banyak untuk mendengar sebelum berbicara atau mengungkapkan amarah. Kalau saja kita mendengar dengan dua telinga yang ada, akal budi kita juga bekerja maksimum maka kita akan taat dan mampu untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Mengapa relasi antar pribadi kita selalu terganggu? Sebab kita mengandalkan dua mulut, banyak perasaan dan satu telinga. Sekarang setelah mendengar perkataan St. Yakobus ini, mari kita berlomba-lomba untuk memadamkan amarah yang ada di dalam hidup kita. Biarkan Sabda Tuhan menguasai, mengubah dan membaharui hidup kita.
Jangan marah-marah ya. Itu nasihat yang lumrah kepada kita. Marah itu salah satu dosa pokok. Kalau kita sudah marah maka akan muncul dosa-dosa yang lain dalam hidup kita. Relasi kita dengan diri sendiri, dengan sesama, lingkungan dan Tuhan juga turut terganggu. Apa sih untungnya anda marah-marah? Bukankah hal terbaik dalam hidup ini adalah membawa sukacita, kedamaian, kasih, belas kasih dan keadilan kepada semua makhluk? Coba berusaha untuk mengurangi rasa marahmu dan engkau akan merasakan manfaatnya. Pesan Yakobus ini bagus untuk kita ingat: “Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.”
PJ-SDB