Hari Kamis, Pekan Biasa I
1Sam. 4:1-11
Mzm. 44:10-11,14-15,24-25
Mrk. 1:40-45
Turut Mewartakan Yesus
Saya pernah bertemu dengan sepasang suami dan istri di ruang tunggu Airport Soeta, Cengkareng, Jakarta. Mereka hendak melakukan perjalanan ke Indonesia Timur untuk melakukan karya amal kasih di sebuah paroki. Sang suami adalah seorang katekis, sedangkan sang istri adalah seorang counsellor. Mereka berniat untuk melayani selama sebulan, dan kalau memang masih dibutuhkan mereka akan memperpanjang pelayanan mereka. Sang suami berharap agar pelayanan amal kasih ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk mewartakan Tuhan Yesus Kristus. Saya bertanya kepada mereka, mengapa sebagai suami dan istri memilih untuk melakukan pelayanan yang luhur di daerah terpencil. Kedua-duanya sama-sama mengakui semua mukjizat yang pernah mereka alami dalam hidup berkeluarga, semata-mata karena kasih setia Tuhan. Sebab itu, sebagai ungkapan syukur, mereka mau memberi diri dalam pelayanan kasih kepada sesama manusia. Pengalaman ini memang luar biasa. Masing-masing orang yang sudah dibaptis memiliki tugas mulia untuk mewartakan Yesus dalam hidupnya yang nyata.
Kita semua mengenal lagu ‘Jadilah saksi Kristus’. Perhatikanlah liriknya yang sederhana namun menggugah hidup kita: “Setelah dirimu dis’lamatkan, jadilah saksi Kristus. Cahaya hatimu jadi terang, jadilah saksi Kristus. Tujuan hidupmu jadi nyata, jadilah saksi Kristus. Setelah dirimu kau tinggalkan, jadilah saksi Kristus. Kehidupan baru kau dapatkan, jadilah saksi Kristus. Api cinta Kristus kau kobarkan, jadilah saksi Krisus.” Kalau kita sendiri merasa dan mengalami secara pribadi keselamatan dari Tuhan maka tugas kita adalah menjadi saksi Kristus dalam hidup yang nyata. Kita bersaksi tentang Kristus karena kita sudah diselamatkan oleh darah-Nya yang mulia. Mari kita membaca lirik lagu ini sekali lagi, merefleksikannya dan mengatakan bahwa Tuhan Yesus sungguh baik karena telah menyelamatkan kita. Mari kita mewartakan-Nya dengan sukacita.
Penginjil Markus melanjutkan kisah Yesus di depan umum. Ia menyembuhkan semua orang yang datang kepada-Nya. Mereka mengidap berbagai jenis penyakit dan ada yang dirasuki roh-roh jahat. Dikisahkan oleh Markus bahwa ada seorang kusta juga ikut datang kepada Yesus dan memohon kesembuhan. Posisi tubuhnya menandakan bahwa ia sungguh membutuhkan Yesus di dalam hidupnya. Sebab itu ia berlutut dan memohon bantuan Yesus untuk menyembuhkannya. Posisi tubuh ini menandakan bahwa ia rendah hati dan sangat membutuhkan pertolongan Tuhan Yesus. Ia juga memohon, berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhannya. Ia juga pasti percaya bahwa Yesus akan menyembuhkannya.
Orang kusta ini memang beda. Pada zaman Yesus, orang kusta dianggap najis karena luka apalagi kalau tubuhnya berdarah-darah. Sebab itu orang kusta biasanya diasingkan ke tempat yang terisolasi, ada anggapan bahwa orang kusta itu sudah mati meskipun badannya hidup. Mereka harus berpakaian compang-camping, memiliki rambut yang tidak terurus, dan kalau berjalan di jalan raya mereka harus berteriak bahwa mereka orang kusta sehingga orang sehat menghindar. Ini benar-benar sangat diskriminatif tetapi sebuah realita pada zaman itu. Ia melihat Yesus dan mendekati Yesus bukan menjauhi sebagaimana ketika berhadapan dengan manusia lainnya. Ia percaya bahwa Yesus akan melakukan yang terbaik baginya.
Reaksi Yesus juga luar biasa. Ia tidak menjauh dari manusia yang dianggap najis ini. Ia malah merasa tergerak hati oleh belas kasihan, mengulurkan tangan, menjamah dan menyembuhkannya. Orang kusta merasa disembuhkan Yesus. Yesus memintanya untuk menunjukkan dirinya kepada imam, supaya nantinya ia boleh beribadah bersama orang lain. Yesus bahkan melarangnya untuk tidak menceritakan tentang kisah peyembuhan yang dilakukan Yesus bagi dirinya. Namun sukacita karena penyembuhan ini tidak dapat dibendung. Orang kusta yang sudah sembuh ini pergi dan mewartakan Yesus dengan sukacita. Yesus semakin dikenal dan semua orang mencari-Nya.
Kisah Yesus dalam Injil ini luar biasa. Kita semua merasa disapa, ditegur, didampingi Tuhan Yesus supaya menjadi lebih baik lagi dalam hidup sebagai pengikut-Nya. Kita semua disapa Yesus sebagai ‘orang sakit’ yang membutuhkan-Nya. Kita seharusnya berusaha untuk mendekati bukan menjauhi-Nya. Kita semua ditegur Yesus karena menungkirkan sesama manusa di dalam hidup kita. Kita menolak dan menganggap mereka bukanlah bagian dari hidup kita. Kita memilih-milih orang yang kita sukai dan menguntungkan hidup kita. Padahal Yesus tidak pernah bersikap seperti itu sehingga kita layak untuk ditegur. Kita butuh Yesus untuk mendampingi dan membimbing kita supaya menghargai manusia yang lain.
Pada hari ini kita memohon supaya Tuhan Yesus memampukan kita supaya mampu mewartakan-Nya di dalam hidup setiap hari. Semoga tutur kata dan tingkah laku kita menyerupai Yesus. Jadilah saksi Kristus!
PJ-SDB