Gosip itu najis
Kita menutup hari ini dengan merenung sejenak tentang kata najis. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan gosip sebagai obrolan tentang orang-orang lain; cerita negatif tentang seseorang; pergunjingan. Gosip sebagai obrolan tentang orang lain cenderung bersifat negatif sehingga menimbulkan pergunjingan tertentu dalam sebuah relasi antar pribadi. Pikirkanlah pengalaman-pengalaman ketika anda bergosip. Pasti ada obrolan negatif tentang orang lain. Semakin seseorang bergosip, semakin ia berpikir sebagai orang tak bersalah, sempurna kalau dibandingkan dengan orang lain. Padahal belum tentu benar. Mungkin saja orang jauh lebih baik dari kita.
Saya teringat pada George Eliot (1819-1880). Beliau adalah seorang penulis. Ia sangat kreatif menuliskan kata-kata ini: “Gosip adalah sejenis asap yang berasal dari pipa-pipa tembakau kotor dari orang-orang yang menyebarkannya: itu tidak membuktikan apa-apa selain rasa buruk si perokok.” Saya sepakat dengan pemahamannya tentang gossip. Baginya, gosip itu benar-benar seperti asap yang berasal dari pipa-pipa tembakau kotor. Pasti asap itu bau dan tidak sehat bagi manusia. Demikian juga gossip memang tidak sehat bagi manusia. Apa untungnya anda bergosip? Gosip itu najis!
Tuhan Yesus pada hari ini menjelaskan tentang hal yang menjadi sumber kenajisan. Bagi Tuhan Yesus, segala sesuatu yang masuk dari luar seperti makanan tidak menajiskan manusia. Yang perlu diwaspadai adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam manusia. Berkaitan dengan hal ini Yesus berkata: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.” (Mrk 7: 20-23).
Sekarang pikirkanlah hidupmu pada hari ini. Apakah anda suka bergosip, dan merendahkan orang lain? Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan kita demikian. Mari kita menghindari diri dari kebiasan bergosip, dengan mengutamakan perhatian pada harkat dan martabat menusia. Itu benar-benar asas manfaat bagi kita.
PJ-SDB