Semangat Gembala Baik
Selamat sore menjelang malam bagimu. Saya mengakhiri hari ini dengan mengingat sebuah kisah Injil hari ini. Ada seorang yang memiliki seratus ekor domba. Salah satu ekor domba tersesat. Sang gembala itu akan meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan, pergi dan mencari satu yang tersesat. Ketika menemukan satu ekor yang tersesat itu ia amat bersukacita karena berhasil menemukannya (Mat 18:12-14).
Mungkin kita merasa aneh dengan sang gembala ini. Mengapa hanya satu yang tersesat bisa dicarinya sampai dapat dan menbiarkan yang sembilan puluh sembilan sendirian di pegunungan. Dalam kategori pemikiran manusiawi kita, hanya ada satu yang tersesat maka dibiarkan saja, dan terus memperhatikan sembilan puluh sembilan yang mayoritas itu. Tetapi Tuhan memiliki pikiran yang berbeda. Meskipun hanya ada satu ekor saja yang tersesat haruslah dicari sampai menemukannya. Betapa bersukacitanya ketika menemukan satu yang tersesat itu. Dan Yesus mengatakan: “Bapamu yang di surga tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak ini hilang.”
Semangat gembala baik ini haruslah kita miliki sepanjang hidup ini. Kalau saja hanya ada satu domba yang tersesat maka harus mencari dan mencari sampai menemukannya, lalu menyelamatkannya. Ini adalah misi Gereja untuk terlibat dalam menyelamatkan semua orang, terutama yang tersesat. Gereja tidak memiliki hak untuk mengucilkan orang-orang berdosa. Paus Fransiskus misalnya mengatakan bahwa Gereja harus rendah hati dan meminta maaf kepada kaum LGBTQ karena telah mendiskriminasi mereka. Mereka sebagai manusia tetap kita hormati, tetapi kita tidak setuju dan mendukung disorientasi seksual mereka. Jadi manusianya tetap dikasihi, perbuatannya yang jahat layak dikutuk.
Mari kita kembali ke dalam keluarga dan komunitas kita masing-masing. Optio fundamental kita adalah orang-orang kecil, miskin dan tak berdaya. St. Theresia dari Kalkuta mengatakan bahwa kita harus memilih yang paling esktrim dalam pelayanan-pelayanan kita. Ini benar-benar prinsip gembala baik. Orang-orang tua, yang sakit dan cacat adalah pilihan pelayanan setiap keluarga. Anak-anak jangan bersembunyi di balik panti jompo, rawatlah orang tuamu sampai saudara maut menjemput. Itulah semangat gembala baik.
Tuhan memberkati kita semua,
P. John Laba, SDB