Kesetiaan dan ketulusan itu penting!
Saya melihat kembali beberapa file di laptop saya sore ini. Saya menemukan dua buah kutipan inspiratif bagi kita semua. Pertama, kutipan perkataan dari Seneca yang berkata: “Kesetiaan adalah kekayaan termulia di dalam kalbu manusia.” Dan kutipan kedua dari Chanakya (371 SM-283 SM), seorang filsuf dari India yang berkata: “Sekali anda mengerjakan sesuatu, jangan takut gagal dan jangan tinggalkan itu. Orang-orang yang bekerja dengan ketulusan hati adalah mereka yang paling bahagia.” Bagi saya kedua kutipan ini sangat inspiratif karena mempertegas satu kata yang sama yaitu kesetiaan. Dan memang kesetiaan itu penting dan harus kita miliki. Orang yang setia dalam hidupnya menggambarkan suasana bathinnya sendiri. Orang yang setia dalam hidupnya pasti menunjukkan ketulusan hati dalam hidup dan karyanya. Orang seperti ini menjadi sosok yang paling bahagia dalam hidupnya.
Kesetiaan menjadi sebuah kata kunci dalam sebuah relasi. Relasi antar pasangan hidup selalu berhadapan dengan kata kesetiaan dan ketulusan hidup. Kalau saja salah satunya tidak setia dan tulus maka relasi itu dengan sendirinya akan rusak bahkan hancur. Maka dari itu, kesetiaan dan ketulusan menjadi sebuah perjuangan yang terus menerus, hari demi hari. Dalam dunia kerja, kesetiaan dan ketulusan sangatlah penting. Kita dapat mengobservasi kesetiaan dan ketulusan orang dalam hal performance atau kinerja dan pencapaiannya dalam bidang kerjanya. Semakin dia setia dan tulus dalam pekerjaan akan mempengaruhi kinerja dan disiplinnya dalam pekerjaannya. Kesetiaan dan ketulusan dapat kita lihat dalam relasi dengan bawahan dan atasan atau sebaliknya. Kesetiaan dan ketulusan tentu tercermin dalam kepatuhan hidupnya di tempat kerjanya. Kesetiaan dan ketulusan itu memang penting dan harus kita miliki.
Pada hari ini saya merasa sangat dikuatkan oleh sebuah perumpamaan Yesus tentang talenta (Mat 25:14-30). Talenta itu bukan hanya berkaitan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki sejak lahir. Talenta yang dimaksudkan Yesus dalam Injil Matius adalah anugerah-anugerah Kerajaan Allah dalam Injil yang harus ditumbuh-kembangkan dalam hidup setiap pribadi. Anugerah-anugerah Kerajaan atau pemerintahan Allah ini menuntut adanya tanggung jawab dan kreativitas dari para murid Kristus supaya bisa menghasilkan buah dalam kebajikan. Hanya kemalasan yang membuat orang menjadi gagal dalam mengembangkan talentanya. Kita bisa memperhatikan tiga hamba yang menerima talenta dari sang tuan yang hendak bepergian. Hamba pertama menerima lima talenta, mengembangkannya dan mendapat keuntungan lima talenta. Hal yang sama dilakukan oleh hamba yang menerima dua talenta. Dia mengembangkannya secara kreatif sehingga memperoleh keuntungan dua talenta. Hamba yang pertama dan kedua mendapat pujian sebagai pribadi-pribadi yang kreatif, penuh dedikasi dan tanggung jawab sehingga kebahagiaan adalah jaminan hidupnya dan tanggung jawab tentu semakin besar. Hamba yang ketiga adalah hamba yang menggambarkan pribadi-pribadi yang malas, berpikiran negatif terhadap sesama, memiliki prasangka buruk terhadap tuannya.
Sosok ketiga hamba dalam perumpamaan ini adalah gambaran diri kita yang terang benderang. Kadang kita begitu setia, penuh kreativitas, dan berani melawan arus. Kadang-kadang kita menjadi gambaran pribadi hamba yang ketiga yang tidak setia dan tulus dalam hidup. Kita hanya pandai melihat kelemahan orang dan lupa pada kelemahan kita sendiri. Tuhan menghendaki supaya kita bermetanoia. Mari kita berbalik kepada Tuhan yang selalu setia dan tulus kepada kita. Kesetiaan itu mahal, ketulusan itu laksana emas.
Pertanyaan-pertanyaan buat direnung bersama adalah apakah saya setia dan tulus dalam hidup ini mulai dari dalam keluarga dan di tempat di mana kita bekerja? Emang kamu setia? Emang kamu tulus?
Tuhan memberkati kita semua.
P. John Laba, SDB