No news is good news!
Saya barusan menerima sebuah pesan WhatsApp dari seorang sahabat lama. Mungkin sekitar lima belas tahun yang lalu ia menyimpan nomor hand phone saya. Ia berpikir bahwa saya sudah menggantinya, padahal nomor hp saya ini sejak tahun 2001, saat pertama kali memegang hp Nokia 3310. Dia menulis banyak, sekaligus curhatnya. Dan ada kalimat awal percakapan kami yang menarik. Ia menulis: “Hello Pater John, no news is good news”. Peribahasa Inggris ini kalau diartikan maka artinya seperti ini: “Tidak ada berita berarti beritanya baik” artinya tidak ada hal buruk yang terjadi.
Saya tersenyum saja. Setelah percakapan kami berakhir saya mengingat perkataan “good news”. Kata ‘good news’ dalam bahasa Inggris juga berkaitan dengan Kabar Baik atau Kabar Sukacita. Kabar baik atau Good News selalu berkaitan dengan kata Injil (bahasa Yunani: ευαγγέλιον, euangelion – yang berarti Kabar Baik. Dalam masa adventus ini, pikiran kita tertuju pada Tuhan Yesus yang datang ke dunia untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah.
Kita mengingat Tuhan Yesus ketika berada di Sinagoga di Nazaret. Ia menyampaikan visi dan misinya seperti ini: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19). Kutipan yang dibaca Tuhan Yesus ini berasal dari Kitab nabi Yesaya 61:1-2 dan 58:6. Perikop yang kita dengar dalam bacaan pertama hari ini dan kemarin pada Hari Minggu Gaudete.
Perhatian kita saya arahkan ke perkataan: “Menyampaikan Kabar baik kepada orang-orang miskin”. Dalam bahasanya nabi Yesaya: “Mewartakan Kabar baik kepada orang yang sengsara”. Baik orang miskin dan orang sengsara ada kemiripan, dan butuh kabar baik yang membuat mereka sadar diri sebagai manusia yang bermartabat.
Masa Adventus merupakan kesenpatan untuk kita berpartisipasi aktif dalam mewartakan Kabar Baik kepada orang-orang miskin dan sengsara. Kita berada dalam masa pandemi, dan ini menjadi kesempatan kita mewartakan Injil dengan hidup kita. Kita dapat mewartakan Injil dengan ‘sharing is caring’ dan menbahagiakan sesama manusia. Mereka merasa sebagai manusia bermartabat.
Mari kita wujudkan cita-cita Yesus sebagai pewarta sabda kepada sesama dengan kata dan tindakan hidup kita.
St. Yohanes dari Salib, doakanlah kami. Amen.
PJ-SDB