Food For Thought: Bukan Status Quo (BSQ)

Anda bukanlah status quo keselamatan!

Kita semua sering mendengar kata ‘status quo’. Kata status quo berasal dari bahasa Latin yang berarti sebuah keadaan tetap sebagaimana keadaan sekarang atau sebagaimana keadaan sebelumnya. Jadi kalau orang mengatakan bahwa dia mempertahankan status quo berarti ia berusaha untuk mempertahankan keadaan sekarang yang tetap seperti keadaan sebelumnya. Ada orang yang selalu berpikir bahwa ketika ia masuk ke dalam sebuah kelompok tertentu dan sedang berada di zona nyaman maka keadaannya saat itu menjadi jaminan selamanya bagi dia padahal belum tentu pengalaman itu menjadi jaminan selamanya bagi dia.

Pada hari ini saya terinspirasi oleh pengalaman Yesus di kampung halaman-Nya. Ia masuk ke dalam Sinagoga di Nazaret untuk memberikan visi dan misinya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19). Semua orang tentu merasa takjub ketika mendengar Yesus, tetapi ada juga yang kecewa dan menolah Dia. Itulah sebabnya Ia mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. (Luk 4:24).

Orang-orang di Nazaret menolak Yesus di kampung halaman-Nya karena mereka hanya melihat Yesus sebagai manusia Yesus. Mereka melihat latarbelakang keluarganya yang mereka kenal. Mereka juga melihat Yesus sebagai Yesus saja, tidak ada yang lebih daripada-Nya, meskipun Dia membuat tanda-tanda dan kuasa atas segala perkataan-Nya yang melebihi para nabi. Yesus memang sungguh berwibawa melebihi semua orang tetapi inipun tidak mempengaruhi hidup para pemimpin Yahudi. Kesalahan besar dari orang-orang di dalam Sinagoga adalah memandang Yesus sebagai manusia Yesus saja. Sebab itu mereka kecewa dan menolak Dia. Mereka berpikir bahwa keselamatan adalah status quo bagi mereka, padahal belumlah tentu.

Kita mungkin hanya bisa berbangga sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus sebab banyak kali kita juga menjadi orang paling depan untuk menolak Yesus dalam hidup kita. Kita memang dibaptis, mengakui diri pengikut Tuhan Yesus Kristus atau dengan bangga mengakui diri sebagai orang Katolik atau orang Kristen, sedangkan hidup kita jauh dari harapan. Keteladanan sebagai pengikut Kristus kepada para baptisan baru masih sangat kurang bahkan mungkin mereka tidak belajar apa-apa dari kita. Kita bukanlah status quo keselamatan. Kita harus berjuang untuk masuk melalui pintu yang sempit. Pintu yang tidak nyaman tetapi akan membuat kita bahagia kelak.

Masa prapaskah menjadi masa kita meninggalkan status quo, hidup lama menuju hidup baru di dalam Kristus. Baharuilah dirimu, ulangilah janji baptismu supaya layak hidup di hadirat Tuhan.

Tuhan memberkati kita semua.

P. John Laba, SDB