Sebagaimana disebutkan di atas bahwa orang tua memang memiliki cita-cita dan harapan bagi anak-anak. Ibu anak-anak Zebedeus mungkin menyadari kedekatan Tuhan Yesus dan kedua putranya sehingga berani berlutut dan memohon tempat yang layak dan terhormat bagi mereka. Pikiran ibu Yakobus dan Yohanes memang baik tetapi sangat manusiawi. Itu memang harapan dia sebagai orang tua. Yesus menegur mereka dengan mengatakan: “Kalian tidak tahu apa yang kalian minta. Dapatkah kalian minum piala yang Kuminum?” Teguran ini bersifat menyadarkan mereka akan tujuan akhir atau masa depan kedua bersaudara ini. Yakobus dan Yohanes akan meminum piala penderitaan dengan cara yang berbeda. Yakobus akan wafat lebih dahulu sebagai martir dengan menumpahkan darahnya yang mulia, sedangkan Yohanes menjadi martir cinta kasih hingga usianya yang panjang.
Menjadi rasul sejati berarti menjadi martir bagi Kristus. St. Paulus dalam bacaan pertama menegaskan ciri khas pengikut Kristus yang setia yakni menjadi martir. Paulus mula-mula mengatakan bahwa harta pelayanan sebagai rasul mereka miliki di dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang berlimpah itu berasal dari Allah bukan dari manusia. Sebagai rasul mereka berlaku sebagai utusan yang bekerja bukan atas nama mereka sendiri melainkan atas nama Tuhan. Tuhanlah yang memberi kekuatan kepada mereka untuk melakukan karya pelayanan. Dengan kekuatan dari Allah, para rasul menjadi utusan yang memprioritaskan Tuhan di dalam hidup mereka.
Sebagai utusan Allah mereka harus selalu siap untuk meminum piala yang diminum oleh Kristus yaitu segala bentuk penderitaan. Paulus berkata: “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini”(2Kor 4: 8-11). Pengalaman penderitaan dan kemalangan tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Rom 8:39). Kristuslah yang senantiasa hadir dan memberi kekuatan kepada para utusanNya. Para utusan Tuhan memiliki roh iman yang sama yang memampukan mereka untuk dapat berkata-kata. Roh iman memampukkan para rasul untuk percaya pada Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dan itu juga yang di wariskan turun-temurun di dalam Gereja hingga saat ini.
Pengalaman kemartiran sebagai utusan Tuhan, meminum piala penderitaan Tuhan Yesus Kristus merupakan wujud pelayanan tanpa pamrih. Yesus berkata: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kalian, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kalian, hedaklah ia menjadi hambamu, sebagaimana Putra Manusia: Ia datang bukan untuk dilayani, tetapi melayani dan menyerahkan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat 20:27-28). Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk menjadi hamba yang siap mengabdi Tuhan dan sesama. Be a servant-leader!