Homili 6 April 2022 – Injil Untuk Daily Fresh Juice (DFJ)

Hari Rabu Pekan V Prapaskah
Dan. 3:14-20,24-25,28
MT Dan. 3:52,53,54,55,56
Yoh. 8:31-42

Lectio:

Sekali peristiwa, Yesus berkata orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jawab mereka: “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” “Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.” Jawab mereka kepada-Nya: “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka: “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.”
Demikianlah Sabda Tuhan
Terpujilah Kristus

Renungan:

Merdeka!

Kita sedang berada di hari Rabu, pekan prapaskah kelima, sepekan sebelum memasuki pekan suci. Apa kiranya fokus perhatian kita pada pekan kelima prapaskah ini? Di dalam prefasi yang didoakan oleh para imam dalam merayakan Ekaristi selama pekan kelima ini, kita semua diarahkan kepada kekuatan salib, di mana di dalam prefasi didoakan begini: “Secara amat meyakinkan, pada salib tersingkaplah hukuman dunia, dan bersinarlah kuasa Penyelamat yang nenyerahkan diri bagi kami. Bahkan seluruh dunia mulai menyadari bahwa keagungan-Mu pantas dipuji”. (Prefasi Sengsara Tuhan). Yah, In Cruce Salus, pada salib ada keselamatan kita. Kita juga selalu berdoa: “Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Salib adalah segala perjuangan dan pergumulan yang kita alami, yang benar-benar memanggil kita untuk berkorban atau mengorbankan diri demi kebahagiaan atau demi memerdekakan orang lain. Sesama kita yang mengalami belenggu-belenggu kehidupan merasa merdeka karena pengorbanan diri sesama manusia. Mungkin saja pengorbanan diri itu tidak diapresiasi, tetapi tujuannya tetap mulia yakni memerdekakan sesama manusia. Hal inilah yang juga menjadi cita-cita dan harapan Tuhan Yesus Kristus sendiri yakni memerdekakan kita semua.

Kita mendengar bacaan Injil yang ditujukan kepada ‘orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya’. Ketika itu Yesus berkata: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:31-32). Di dalam masa prapaskah ini, kita tidak hanya dipanggil untuk bersedekah, berdoa dan berpuasa. Kita semua juga dipanggil untuk akrab dan bersahabat dengan Kitab Suci. Artinya kita semakin rajin berdoa dan membaca serta merenungkan Kitab Suci. Dengan demikian, perkataan Yesus ini menjadi sangat tepat ketika kita tetap tinggal di dalam Firman-Nya. Firman Tuhan benar-benar masuk, melebur dalam hidup dan mengubah hidup kita dari dalam. Konsekuensi dari persekutuan dengan Firman adalah kita benar-benar menjadi murid Kristus, kita mengenal kebenaran yang tidak lain adalah Yesus sendiri dan bahwa kebenaran itulah yang memerdekakan kita. Yesus lah yang diutus Bapa untuk memerdekakan kita dari kuasa kejahatan dan dosa.

Seseorang dinyatakan sebagai pribadi yang sungguh-sungguh merdeka kalau dia tidak jatuh lagi ke dalam dosa. Mengapa? Karena Yesus sendiri mengatakan bahwa sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Seorang hamba dosa adalah dia yang memang memiliki dosa atau terbiasa untuk mengulangi dosa yang sama tetapi dia sendiri tidak menyadari dirinya sebagai seorang pendosa. Baginya soal dosa itu biasa saja. Para pendosa seperti ini bukanlah orang yang merdeka karena belum mengenal kebenaran di dalam Yesus Kristus. Yesus berkata: “Apabila Anak memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” Yesus adalah satu-satunya yang memerdekakan kita.

Bagaimana kita menata kemerdekaan kita sebagai anak-anak Allah? Tuhan Yesus menganjurkan jalan-jalan tertentu yang perlu kita lewati. Pertama, Yesus adalah Firman hidup maka kita berusaha untuk selalu tinggal di dalam Firman. Kita tinggal, mengalami dan mengasihi Yesus sang Sabda. Kedua, percaya bahwa Yesus adalah kebenaran. Dialah Jalan, kebenaran dan hidup kita (Yoh 14:6). Ketiga, jalan pertobatan. Kita dipanggil kepada pertobatan sejati dengan mengandalkan Allah sebagai Tuhan kita dan mengakui bahwa keselamatan hanya di dalam nama Yesus Kristus. Kalau saja kita menyadari dan menjalani ketiga hal ini maka kemerdekaan adalah milik kita.

Merdeka! Ini bukan sekedar slogan. Ini adalah sebuah panggilan. Kristuslah Kebenaran yang memerdekakan kita. Pada masa prapaskah ini, marilah kita berusaha untuk memerdekakan sesama kita terutama mereka yang berkekurangan, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Kita harus menjadi Kristus lain yang memerdekakan mereka.

Doa: Tuhan yang Mahabaik, kami bersyukur kepada-Mu karena Yesus Kristus Putera-Mu adalah Firman hidup dan Kebenaran yang memerdekakan kami dari dosa dan salah. Kami mohon kepada-Mu semoga kami mampu memerdekakan sesama kami yang berkekurangan, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Bunda Maria tolonglah kami anak-anakmu. Amen.

P. John Laba, SDB