Homili 5 April 2022

Hari Selasa, Pekan Prapaskah ke-V
Bil. 21:4-9
Mzm. 102:2-3,16-18,19-20
Yoh. 8:21-30

You never be alone!

Pada pagi hari ini ada seorang sahabat yang mengirim kepada saya sebuah kutipan ayat Kitab Suci yang sangat meneguhkan hati. Bunyinya: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (Ul 31:6). Saya memahami kutipan ini berasal dari perkataan Musa kepada Yosua pada saat Tuhan menghendaki supaya Yosua mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan bangsa Israel dari Musa kepada Yosua. Musa dengan rendah hati memberikan kekuatan dan peneguhan kepada Yosua supaya hatinya teguh, tidak merasa takut dan gentar karena Tuhan senantiasa menyertainya. Tuhan tidak akan membiarkannya sendirian dalam mengantar bangsa Israel untuk masuk ke tanah terjanji. Kehadiran dan pendampingan Tuhan tetap akan dirasakan hingga Bangsa Israel mendiami tanah terjanji.

Pengalaman bangsa Israel adalah pengalaman keseharian kita. Sebagai contoh, dalam masa pandemi ini banyak di antara kita yang merasa bahwa Tuhan sedang tidur, Tuhan melupakan kita sehingga membiarkan pandemi ini merengut nyawa banyak orang. Atau ketika menyaksikan saudara dan saudari yang meninggal dunia setelah banyak waktu berbaring di rumah sakit. Ada protes dari pihak manusia kepada Tuhan. Ini memang wajar. Kalau manusia tidak protes maka bukan lagi manusia karena manusia memang selalu bertegar hati di hadirat Tuhan. Kita mengingat perkataan Tuhan melalui nabi Yesaya yang meneguhkan kita semua yang merasa bahwa Tuhan sedang tidur atau sedang melupakan kita: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak a dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.” (Yes 49:15-16) Ternyata Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendirian. Dia menyertai kita sampai tuntas hidup kita di dunia ini.

Pada hari ini kita sungguh merasa dikuatkan oleh Tuhan Yesus dan pengalaman relasi-Nya dengan Bapa di surga. Kepada banyak orang yang berada di hadirat-Nya saat itu, Ia mengatakan bahwa Dia akan pergi dan orang-orang itu akan mencari Dia, namun mereka sendiri tidak akan mengetahui tempat yang ditujui-Nya. Mengapa mereka tidak mengetahui tempat yang ditujui Yesus? Karena hati mereka masih penuh dengan dosa dan salah. Yesus sendiri bahkan mengatakan bahwa kalau mereka tidak bertobat maka mereka akan mati dalam dosa-dosanya. Perkataan Yesus ini membuat orang-orang saat ini memiliki persepsi yang berbeda. Mereka berpikir bahwa Yesus mau membunuh diri-Nya. Kita dapat melihat kualitas Yesus sebagai Tuhan dan manusia yang lemah dan berdosa begitu berbeda. Beda persepsi ini juga yang sering kita alami dalam hidup bersama dan dapat menimbulkan konflik tertentu.

Lebih lanjut Tuhan Yesus menjelaskan jati diri-Nya sebagai Tuhan namun orang-orang yang berada bersama-Nya pun tidak memahami perkataan-Nya. Yesus berkata: “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” (Yoh 8:23-24). Yesus menunjukkan jati diri-Nya sebagai Tuhan yang berasal dari atas yakni surga tempat kediaman Bapa. Manusia berasal dari bawah yakni dari dunia ini. Kalau saja orang dapat bertobat maka mereka akan dekat dengan Tuhan dan percaya kepada-Nya. Ketidakpercayaan kepada Tuhan karena kenikmatan dosa hanya membawa kepada kematian.

Dalam bacaan pertama kita mendapat informasi tentang contoh dosa di dalam dunia Perjanjian Lama. Dosa yang dimaksudkan adalah bangsa Israel memiliki kebiasaan bersungut-sungut kepada Allah melalui Musa soal makanan dan minuman. Bersungut-sungut merupakan Tindakan melawan Allah dan Musa. Ini adalah dosa, dan benar bahwa bangsa Israel yang keras atau tegar hati itu mati karena dosa. Banyak di antara mereka yang digigit ular tedung dan meninggal dunia. Untunglah bahwa bangsa Israel menyadari kesalahan-kesalahannya dan berani mengakui dosa-dosa mereka di hadapan Musa.Tuhan pun mengampuni mereka dan menyelamatkan mereka dengan memandang patung ular tedung yang dibuat Musa. Ada dosa, pertobatan, pengampunan dan kehidupan atau keselamatan. Kita perlu memiliki kesadaran sebagai orang berdosa dan membangun pertobatan.

Tuhan Yesus melakukan karya perutusan Bapa. Sebab itu segala sesuatu yang dilakukan-Nya selalu dalam nama Bapa di Surga. Yesus sendiri menyadari diri-Nya sebagai Utusan Bapa dan sebagai Utusan, Dia taat untuk melakukan segala pekerjaan Bapa. Pekerjaan-pekerjaan ini menjadi saksi bagi diri-Nya sebagai Anak Allah. Yesus tidak pernah melakukan semua ini sendiri. Dia pernah mengatakan bahwa Dia sebagai Anak dan Bapa adalah satu, maka semua pekerjaan yang Dia lakukan adalah pekerjaan-pekerjaan Bapa. Sebab itu Ia berani berkata: “Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” (Yoh 8:29). Perkataan ini sekaligus menunjukkan penyertaan dan kasih Bapa bagi Yesus Putera-Nya.

You never be alone! Engkau tidak pernah sendirian. Tuhan selalu menyertaimu. Ini adalah kata-kata peneguhan yang selalu kita dengar dalam hidup kita. Yesus sendiri mengalami penyertaan Bapa dalam melakukan karya Penebusan. Jawaban atas penyertaan Bapa adalah Dia melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berkenan kepada Bapa. Pekerjaan yang paling besar adalah bahwa Dia akan menderita, wafat dan bangkit sebagai tebusan bagi orang-orang berdosa. Dia tidak membiarkan manusia mati dalam dosanya, tetapi memberi hidup abadi kepada manusia. Kita pun tidak pernah sendirian. Tuhan Yesus tetap menyertai kita hingga akhir zaman.

P. John Laba, SDB