Seorang pemuda dengan bangganya membagi pengalaman kebersamaan dengan orang tuanya. Ia mengatakan bahwa Tuhan memang luar biasa karena memberi orang tua terbaik untuknya. Setiap hari ia selalu merasakan kehadiran orang tuanya. Dirinya merasa disapa dengan sapaan sederhana tetapi penuh kasih. Setiap kali menelpon mamanya misalnya, pertanyaan pertama dari mamanya adalah: “Apakah kamu sehat? Sudah makan atau belum? Jaga kesehatan ya?” Dari pihak ayahnya, ia pasti selalu ditanya kapan ia bisa kembali ke rumahnya untuk bermain guitar bersama? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat sederhana namun tetap dikenang di dalam hati setiap anak. Banyak orang muda tidak menyukai pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Tetapi pemuda dalam kisah ini merasa disapa oleh orang tua. Ia merasa ada penyertaan dan kasih sayang yang tiada putus-putusnya diterima dari orang tua. Pengalaman manusiawi tentang penyertaan orang tua memang wajar. Anak-anak harus merasa di kasihi oleh orang tua. Tidaklah cukup memberikan barang ini dan itu, kehadiran orang tua dengan perkataan yang sederhana jauh lebih berkenan bagi mereka.
Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan bani Israel di dalam Kitab Keluaran. Tuhan melakukan banyak mukjizat melalui Musa dan Harun di depan Firaun tetapi Tuhan juga mengeraskan hati Firaun sehingga ia tidak mengijinkan bani Israel untuk pergi ke padang gurun demi menyembah Yahwe. Tindakan Tuhan ini seharusnya menarik perhatian kita. Di satu pihak ia menghendaki kemerdekaan bani Israel dari kejahatan Firaun, di lain pihak ia mengeraskan hati Firaun dan menguji kesabaran anak-anak Israel. Perayaan paskah dilakukan oleh bani Israel sebagai momen penting dalam mewujudkan relasi yang harmonis antara mereka dengan Yahwe. Apa yang harus mereka lakukan? Tuhan mengajar mereka untuk menyembeli anak domba atau kambing jantan, tanpa cacat. Mereka harus memanggang dagingnya, memakannya bersama roti tak beragi sampai habis pada hari itu juga. Darah anak domba akan dioles di depan pintu rumah sebagai tanda. Pada saat itu Tuhan akan lewat dan membasmi semua anak sulung Mesir termasuk hewan-hewannya. Tuhan melakukan semua rencanaNya dan membiarkan bani Israel selamat.
Yesus di dalam Injil juga menunjukkan kuasa yang diterima dari Bapa. Dalam suatu perjalanan bersama para muridNya di sebuah ladang pada hari Sabat, para muridNya merasa lapar maka mereka memetik bulir gandum dan memakannya. Ini menjadi kesempatan bagi kaum Farisi untuk mencari kesalahan Yesus dan para muridNya. Mereka mengatakan kepada Yesus bahwa para muridNya melakukan apa yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat. Yesus mengambil contoh-contoh tindakan yang melanggar hari Sabat dalam Kitab Perjanjian Lama. Daud pernah makan roti sajian yang seharusnya hanya dimakan oleh para imam (1Sam 21:1-10), para imam juga melanggar hukum Taurat di dalam Bait Allah (Bil 28:9-10). Selanjutnya Yesus mengatakan bahwa Tuhan menghendaki belas kasihan dan bukan persembahan (Hos 6:6). Semua yang diungkapkan Yesus ini seharusnya sudah diketahui kaum Farisi tetapi mereka tetap tertutup hatinya kepada Yesus yang adalah Tuhan atas hari Sabat.
Sabda Tuhan pada hari ini sangat menyejukkan hati kita. Mari bersyukur kepada Tuhan karena Ia selalu menyertai kita umatNya. Ia juga melindungi umat kesayanganNya. Hal ini sudah dialami bani Israel di Mesir, di mana menunjukkan betapa Tuhan mengasihi dan melindungi umatNya dari Firaun. Yesus di dalam Injil menunjukkan bahwa diriNya datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya (Mat 5:17). Ia adalah Tuhan atas hari Sabat. Oleh karena itu hukum yang benar itu senantiasa mencari kebaikan manusia bukan untuk membebaninya. Mari kita meninggalkan hidup Farisi yang legalistis dan berusaha untuk semakin serupa dengan Tuhan Yesus Kristus.