Homili 3 Februari 2023

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-IV
Ibr 13:1-8
Mzm. 27:1,3,5,8b-9abc
Mrk. 6:14-29

Peliharalah kasih persaudaraan!

Hari ini kita merayakan hari Jumat Pertama (Jumper) kedua di tahun 2023 ini. Setiap kali memasuki hari Jumat Pertama di dalam bulan pikiran kita tertuju pada sosok Hati Amat Kudus Yesus. Banyak di antara kita yang mendoakan doa yang sama: “Yesus, Engkaulah andalanku.” Yah, Dia adalah andalan di dalam hidup kita setiap hari. Ketika sedang sekarat di atas kayu Salib, lambung-Nya ditikam oleh seorang algojo. Dari lambung-Nya ini keluar darah dan air yang melambangkan sakramen-sakramen di dalam Gereja. Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus karena kita semua dikuduskan oleh Tuhan dengan darah dan air lambung Kristus. Dosa-dosa kita dihapuskan oleh Tuhan Yesus dengan darah dan air lambung-Nya yang kudus itu. Semua ini karena Dia adalah kasih.

Bacaan-bacaan liturgi pada hari Jumat Pertama ini sangat menguatkan kita semua. Dalam bacaan pertama, penulis surat kepada umat Ibrani memulai dengan sebuah kalimat singkat: “Peliharalah kasih persaudaraan” (Ibr 13:1). Mengapa kita perlu memelihara kasih persaudaraan dalam hidup ini? Karena kita semua percaya pada Tuhan Yesus Kristus. Kita semua menjadi saudara dalam Kristus. Dan Tuhan Yesus Kristus sendiri menurut penulis surat kepada umat Ibrani: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibr 13:8). Dia yang menumpahkan darah-Nya yang mulia karena mengasihi kita adalah Yesus yang satu dan sama: kemarin, hari ini sampai selama-lamanya. Tuhan Yesus tidak berubah!

Bagaimana kita dapat mewujudkan kasih persaudaraan di dalam hidup kita?

Kita perlu melakukan karya-karya belas kasih Allah yang bersifat jasmani dan rohani. Katekismus Gereja Katolik (KGK 2447) mengajarkan adanya karya-karya belas kasih yang bersifat jasmani dan rohani. Karya-karya belas kasih yang bersifat jasmani adalah: memberi makan orang yang lapar, memberi minum orang yang haus, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, memberi tumpangan kepada orang asing, menyembuhkan/merawat orang sakit, melawat orang yang ada dalam penjara, menguburkan orang yang meninggal. Selain karya-karya belas kasih yang bersifat jasmani, terdapat juga karya-karya belas kasih yang bersifat rohani yakni: memberi nasihat kepada orang yang bimbang, mengajar orang yang tidak tahu, menasihati orang berdosa, menghibur orang yang berdukacita, mengampuni pelanggaran, menanggung dengan sabar orang-orang yang melukai hati kita, berdoa bagi orang-orang hidup dan yang sudah meninggal.

Surat kepada umat Ibrani yang barusan kita dengar dalam bacaan pertama memberikan kepada kita gambaran karya belas kasih jasmani seperti memberi tumpangan kepada orang, sama seperti kita menjamu malaikat-malaikat. Kita mengingat orang-orang hukuman, tentu saja mereka yang berada di dalam penjara sebagai tanda solidaritas kita sebagai orang hukuman karena dosa. Solidaritas kita kepada orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang dan tidak adil. Kita juga diingatkan untuk menghormati keluhuran perkawinan dan kekudusan tubuh. Tentu saja hal ini bertentangan dengan sikap Herodes di dalam Injil yang merebut Herodias, istri saudaranya Herodes Filipus. Karena sikapnya ini maka dia ditegur oleh Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis lalu meninggal sebagai martir karena mengatakan kebenaran.

Hal lain yang patut kita lakukan untuk membangun kasih persaudaraan adalah merasa puas dengan apa yang kita miliki saat ini. Penulis surat kepada umat ibrani menulis: “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.” (Ibr 13:5). Kalau saja ada kekurangan dalam hidup ini, Tuhan akan hadir sebagai penolong dalam hidup kita. Satu hal lagi yang penting dalam membangun kasih persaudaraan adalah menghormati para pemimpin dengan mengikuti teladan baik mereka. Kita membaca: “Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.” (Ibr 13:7). Bagi saya, ini adalah hal-hal yang penting yang dapat membantu kita bertumbuh sebagai saudara dan dalam usaha untuk terus menerus membangun kasih persaudaraan.

P. John Laba, SDB