Hari Senin Pekan I Prapaskah
Im. 19:1-2,11-18
Mzm. 19:8,9,10,15
Mat. 25:31-46
Bertumbuh dalam kasih
Pada hari ini saya membaca kembali sebuah homili tentang masa prapaskah yang diberikan oleh santo Fransiskus dari Sales pada tanggal 9 Februari 1622. Saya tertarik untuk mengutip sebagian isi homili orang kudus dan mengomentarinya: “Saya berpikir untuk berbicara kepada kalian tentang kondisi-kondisi yang membuat puasa menjadi baik dan bermanfaat. Pahamilah bahwa puasa itu sendiri bukanlah suatu kebajikan. Puasa hanya menjadi kebajikan jika disertai dengan syarat-syarat yang membuatnya berkenan di hadapan Allah. Kami sendiri menemukan beberapa orang yang berpikir bahwa untuk berpuasa dengan baik selama masa Prapaskah, cukuplah dengan tidak makan makanan yang dilarang. Kita tahu betul bahwa tidak cukup berpuasa secara lahiriah jika kita tidak berpuasa secara batiniah, dan jika kita tidak mengiringi puasa tubuh dengan puasa roh.” Banyak orang yang ketika memasuki masa prapaskah selalu mengajukan pertanyaan yang sama kepada para pastor tentang puasa dan pantang berkaitan dengan makanan dan minuman. Dalam surat gembala para uskup juga diberikan petunjuk-petunjuk praktis tentang puasa dan pantang. Hanyak saja setelah masa prapaskah orang belajar untuk melupakannya lagi. Santo Fransiskus dari Sales mengatakan bahwa kita tidak hanya berpuasa secara lahiria saja tetapi juga berpuasa secara batiniah.
Selanjutnya beliau berkata: “Sekarang, di antara semua syarat yang diperlukan untuk berpuasa dengan baik, saya akan memilih tiga syarat utama… Syarat pertama adalah kita harus berpuasa dengan sepenuh hati, dengan rela, sepenuh jiwa, secara universal dan menyeluruh. Syarat kedua adalah jangan pernah berpuasa dengan kesombongan, tetapi selalu dengan kerendahan hati. Syarat ketiga yang diperlukan untuk berpuasa dengan baik adalah memandang kepada Tuhan dan melakukan segala sesuatu untuk menyenangkan Dia, menarik diri kita sendiri dengan meniru orang kudus yang agung, Santo Gregorius Agung yang mengasingkan diri ke tempat rahasia di mana ia tinggal untuk sementara waktu.” Ketiga syarat yang bagi saya sangat berguna bagi kita semua.
Pada hari ini Tuhan menyapa kita dengan sabda-Nya untuk mengejawantah masa prapaskah kita dengan baik, terutama supaya kita berpuasa secara seimbang baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Satu hal yang kita lakukan adalah dengan melakukan perbuatan kasih kepada semua orang. Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengajak kita semua untuk melakukan perbuatan kasih. Apa yang harus kita lakukan? Tuhan mengharapkan supaya kita memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang haus, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, memberi penginapan kepada para tuna wisma, mengunjungi orang sakit dan mengunjungi orang yang berada di dalam penjara. Tuhan Yesus mengatakan: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40).
Perbuatan kasih yang diajarkan Tuhan Yesus ini, di dalam gereja lebih dikenal sebagai perbuatan-perbuatan kerahiman Allah yang bersifat jasmani. Ada tujuh perbuatan kerahiman Allah yang bersifat jasmani yakni: (1) memberi makan kepada orang-orang lapar, (2) memberi minum kepada orang yang haus, (3) memberi pakaian kepada orang yang telanjang, (4) menyambut orang asing, (5) mengunjungi orang sakit, (6) mengunjungi orang di penjara dan (7) menguburkan orang mati. Kiranya ketujuh perbuatan kerahiman Allah yang bersifat jasmani ini menjadi kebiasaan kita dalam masa prapaskah ini.
Perkataan Tuhan Yesus dalam bacaan Injil juga merupakan wujud nyata bagi kita dalam mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri (Im 19:18). Ini merupakan hukum kasih yang patut kita lakukan di dalam hidup kita, lebih lagi di dalam masa prapaskah ini. Dan perbuatan kasih kepada sesama juga menjadi jalan kekudusan sebagaimana dikehendaki Tuhan bagi kita semua. Tuhan sendiri berkata kepada Musa: “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus.” (Im 19:2). Jalan kekudusan terbuka bagi kita ketika kita mampu mengasihi dengan kasih Tuhan dan melakukan perintah-perintah-Nya. Kesepuluh perintah Tuhan (dekalog) merupakan jalan praktis bagi kita untuk bertumbuh di dalam kekudusan.
P. John Laba, SDB