HARI MINGGU PRAPASKAH IV/A
1Sam. 16:1b,6-7,10-13a
Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6
Ef. 5:8-14
Yoh. 9:1-41
Habis gelap terbitlah terang
Kita semua mengenal kumpulan surat-surat dari RA Kartini dengan judul ‘Door Duisternis Tot Licht’, dalam Bahasa Indonesia ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Kumpulan surat ini dibukukan oleh J.H. Abendanon, salah seorang sahabat pena Kartini yang saat itu menjabat sebagai menteri (direktur) kebudayaan, agama, dan kerajinan Hindia Belanda. Kita tentu tidak sedang membahas kumpulan surat Kartini tetapi dengan judul ‘Habis gelap terbitlah terang’ kiranya membuka wawasan kita pada Hari Minggu Prapaskah IV atau Hari Minggu Letare (Minggu Sukacita). Dikatakan Hari Minggu Sukacita karena mengingatkan kita akan penghiburan dan sukacita serta terang dari Allah yang Maharahim. Kita mengingat perkataan nabi Yesaya dalam Antifon ini: “Bersukacitalah, hai Yerusalem, dan berhimpunlah, kamu semua yang mencintainya; bergembiralah dengan sukacita, hai kamu yang dulu berduka, agar kamu bersorak-sorai dan dipuaskan dengan kelimpahan penghiburanmu.” (Yes. 66.10-11)
Sukacita diberikan Tuhan kepada umat Israel ketika mereka membutuhkan seorang raja yang akan memerintah atas nama Tuhan sendiri. Kita mendengar kisah Samuel mengurapi Daud, putera Isai. Dia adalah seorang gembala sederhana yang nyaris dilupakan. Tuhan menghendaki supaya ia menjadi raja Israel menggantikan Saul. Memang mengherankan karena Tuhan selalu menjatuhkan pilihan sesuai kehendak-Nya. Pilihan Tuhan menarik karena ‘manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati’. Kehadiran Daud diharapkan menjadi terang dan sukacita bagi umat pilihan Tuhan.
Habis gelap terbitlah terang! Santo Paulus mengatakan: “Saudara-saudara, memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran.” (Ef 5:8-9). Hidup lama dalam kegelapan dan dosa diubah menjadi hidup baru dalam terang Kristus. Pertobatan yang membawa sukacita adalah ketika kita bisa meninggalkan hidup lama dan membuka diri kepada hidup baru.
Habis gelap terbitlah terang! Ini menjadi nyata karena perjumpaan pribadi kita dengan Kristus sang Terang dunia. Dia juga menghendaki agar kita menjadi terang dunia. Nah, kita harus jujur untuk mengatakan bahwa masing-masing kita pernah memiliki masa lalu, kadang masa lalu penuh kegelapan. Namun Tuhan selalu hadir untuk memulihkan kita, membuka mata untuk melihat-Nya. Kita juga orang buta yang siap untuk pergi, membasuh diri supaya dapat melihat. Banyak orang kudus pernah memiliki masa lalu yang gelap. Mereka berubah menjadi terang sepanjang zaman karena sukacita pertobatan yang mereka alami.
P. John Laba, SDB