Homili 7 Februari 2024 – Dari Bacaan Pertama

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-V
1Raj. 10:1-10
Mzm. 37:5-6,30-31,39-40
Mrk. 7:14-23

Mengalami hikmat Tuhan

Pada pagi hari ini, saya diundang untuk merayakan Misa Kudus bersama para siswa-siswi TK-SD Santa Laurensia, Suvarna, Tangerang. Saya sudah lama mendengar nama sekolah ini dan merasa bersyukur karena diundang untuk merayakan Misa Kudus. Pada saat tiba di lobby sekolah saya disambut dengan ramah, diantar ke ruangan untuk misa Kudus. Ruangan untuk perayaan Misa Kudus dipersiapkan dengan baik. Saya melihat anak-anak TK dan SD duduk terpisah. Para guru sendiri duduk di antara anak-anak sambil membantu mereka untuk mengikuti perayaan Misa dengan baik. Semua pertugas liturgi adalah anak-anak SD. Perayaan Misa berlangsung dengan meriah, semua anak diberkati sebelum menuju ke ruangan kelas untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Saya sendiri di antar ke loby sekolah untuk kembali ke komunitas.

Dalam perjalanan kembali ke komunitas, saya merasa bersyukur kepada Tuhan karena merayakan Misa Kudus di sekolah Santa Laurensia dan mengalami anak-anak usia dini yang tidak semuanya beragama Katolik mengikuti perayaan Misa Kudus dengan penuh konsentrasi. Pikiran saya tertuju pada Lembaga Pendidikan yang dikelola oleh kaum awam ini namun memiliki disiplin dan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Nilai-nilai seperti keramahan dalam menerima tamu, menemani dan berbicara bersama, sikap para guru yang duduk di antara anak-anak TK dan SD sambil mendampingi mereka supaya tetap tertib, anak-anak yang begitu tertib selama Misa Kudus berlangsung merupakan hal-hal positif yang saya alami pagi tadi. Saya merasa yakin bahwa situasi ini juga menjadi daya tarik bagi para orang tua untuk menyekolakan anak-anak mereka dari usia dini di Lembaga Pendidikan Katolik. Lembaga Pendidikan Katolik bukan hanya memiliki Gedung yang indah dari luar, mereka juga memiliki manusia-manusia yang berakal budi dan berhati Nurani yang jernih.

Pengalaman sederhana ini mengingatkan saya akan kisah perjumpaan Raja Salomo dan Ratu Syeba di dalam Kitab Pertama Raja-Raja (1Raj 10:1-10). Dikisahkan bahwa Ratu Syeba sudah lama mendengar tentang Raja Salomo dan segala hikmatnya. Sebab itu ia datang hendak mengetahui apakah memang benar bahwa Raja Salomo demikian bijaksana dan berusaha menanyakannya dengan berbagai teka teki.Ratu Syeba dating dengan pasukannya, unta-unta yang membawa rempah-rempah, emas dan batu permata yang mahal-mahal. Perlu kita ketahui bahwa Kisah Ratu Syeba ini muncul dalam Kitab Suci agama-agama Monosteis. Kita mendapat gambaran bahwa beliau adalah Ratu dari Timur. Para ahli modern percaya bahwa ia berasal dari Kerajaan Axum di Ethiopia, atau Kerajaan Saba di Yaman.

Perjumpaan Ratu Syeba dan Raja Salomo ini penuh keramahan. Ratu Syeba bertanya dan Raja Salomo menjawabnya dengan sangat tepat. Raja Salomo benar-benar penuh hikmat. Di samping itu situasi yang dialami Ratu Syeba juga sangat baik. Rumah Raja Salomo tertata rapi, makanan di meja, cara duduk para pegawai, cara pelayan-pelayan melayani dan berpakaian, semua minuman dan kurban persembahan kepada Tuhan. Semua ini membuat Ratu Syeba mengakui bahwa Raja Salomo benar-benar bijaksana. Semua yang ia dengar dan melihat sendiri sudah membuktikan betapa penuh hikmatnya raja Salomo. Ratu Syeba bahkan ikut memuji Yahwe karena semua yang diberikan-Nya kepada Salomo.

Kisah Ratu Syeba dan pengalaman saya pada hari ini sangat mengedukasi kita semua. Kita banyak mendengar sesuatu dan pingin tahu seperti Ratu Syeba dan pada akhirnya ia merasa yakin akan kebijaksaan Salomo. Saya sendiri merasa bangga karena bisa mengalami Lembaga Pendidikan Katolik yang dikelola kaum awam, penuh disiplin dan kebaikan. Maka satu hal yang bisa kita pelajari adalah Ketika ada pertanyaan yang terlintas dalam pikiran kita tentang seseorang atau sesuatu, jangan langsung memberi penilaian tetapi datanglah, lihatlah, tinggallah, alamilah dan berikan penilaianmu. Singkatnya jangan menilai sebuah buku dari judul atau kulit bukunya saja.

Hal lain yang dapat kita pelajari dari kish-kisah ini adalah bahwa hal-hal sederhana, ternyata dapat memberi dampak positif. Perjumpaan yang hangat, penyambutan yang ramah, cara berpakaian, tutur kata, hidangan di atas meja, kebersihan adalah hal-hal sederhana namun sangat bermakna. Ketika orang datang ke rumah kita, mereka bisa menilai semua orang yang tinggal di dalam rumah dengan melihat apakah toilet kita bersih, apakah dapur kita bersih. Dua hal ini sudah cukup membantu orang untuk menilai keluarga atau komunitas kita. Kita perlu berhikmat, mulai dari hal-hal yang kecil dan lama-kelamaan kita akan sungguh menjadi bijaksana.

P.John Laba, SDB