Homili 6 Februari 2024

6 Februari – Peringatan Wajib St. Paulus Miki
1Raj. 8:22-23,27-30
Mzm. 84:3,4,5,10,11
Mrk. 7:1-13

Terlalu legalis!

Pada hari ini kita mengenang Santo Paulus Miki (1564-1597) dan teman-temannya. Mereka adalah para martir di Jepang. Ada sebuah perkataan yang meneguhkan dari santo Paulus Miki ketika ia sedang menderita penyaliban: “Seperti Tuanku, aku akan mati di kayu salib. Seperti Dia, tombak akan menembus jantungku, sehingga darahku dan cintaku, dapat mengalir ke atas tanah dan menguduskannya bagi nama-Nya.” Perkataan Paulus Miki ini benar-benar dialaminya bersama rekan-rekannya yang lain. Kemartiran mereka merupakan wujudnyata dari sikap legalis dari penguasa Hideyoshi yang melarang orang Jepang untuk menganut Agama Katolik.

Kita mendengar kisah Injil hari ini juga sejalan sikap yang terlalu legalis dari orang-orang Farisi dan para Ahli Taurat yang datang kepada Yesus dan melihat para murid Yesus makan dengan tangan najis karena tidak membasuhnya sebelum makan. Mereka bahkan bertanya kepada Yesus: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” (Mrk 7:5). Tuhan Yesus menjawab pertanyaan ini dengan pernyataan yang keras. Meminjam perkataan nabi Yesaya, Tuhan Yesus berkata: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” (Mrk 7:6). Orang-orang Farisi dan para Ahli Taurat itu bersifat terlalu legalis padahal hidup mereka yang nyata tidak sinkron dengan apa yang mereka ajarkan.

Mari kita mematikan sikap yang terlalu legalis dengan menumbuhkan semangat kerendahan hati dan keterbukaan kepada Tuhan. Raja Salomo yang bijaksana menunjukkan sebuah keteladanan yang bagus seperti tercermin dalam doa ini: “Ya Tuhan, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu” (1Raj 8:23). Kebajikan kerendahan hati dan keterbukaan dalam doa akan membuat kita lebih layak di hadirat Tuhan.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk mematikan sikap legalis yang terlalu berlebihan di hadapan sesama kami. Semoga kami lebih mawas diri dan rendah hati untuk hidup layak di haditat-Mu. Amen.

P. John Laba, SDB