Homili 16 Februari 2024

16 Februari 2024 – Hari Jumat Sesudah Rabu Abu
Yes. 58:1-9a
Mzm. 51:3-4,5-6a,18-19
Mat. 9:14-15

Kitalah Sahabat mempelai

Apakah anda pernah sadar dan berbangga sebagai sahabat mempelai Yesus Kristus? Kita memang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan namun Tuhan Allah sungguh luar biasa. Ia tidak melihat siapakah diri kita, apa saja kelemahan-kelemahan manusiawi kita tetapi bahwa kita adalah ciptaan yang paling mulia maka Ia begitu mencintai kita. Tuhan Yesus berkata: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yoh 15:13-14). Yesus adalah Anak Allah. Dia merelakan diri menjadi manusia dalam peristiwa inkarnasi dan menyapa kita sebagai sahabat-sahabat-Nya. Kita berbangga sebagai sahabat-sahabat Kristus, sang mempelai sejati.

Pada hari ini kita mendengar kisah Yesus yang sangat menarik perhatian kita. Ketika itu para murid Yohanes datang dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” (Mat 9:14). Para murid Yohanes kelihatan legalis dan mau supaya murid Yesus serupa dengan mereka. Reaksi Yesus sangat membanggakan kita: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” (Mat 9:15). Kita berbangga karena apapun diri kita, kita tetaplah sahabat mempelai, sahabat Yesus sendiri.

Pertanyaan pada murid Yohanes juga menjadi sebuah pertanyaan dalam dunia Perjanjian Lama. Di dalam bacaan pertama kita menemukan pertanyaan ini: “Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? (Yes 58:3). Nabi Yesaya mengatakan bahwa pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu, Kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena, mengadakan hari merendahkan diri. Bagi nabi Yesaya: “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yes 58:6-7). Berpuasa berarti mengasihi.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk memahami dan melaksanakan puasa yang benar sehingga retret Agung kami benar-benar mengubah hidup kami supaya semakin layak di hadirat-Mu. Amen.

P. John Laba, SDB