20 Februari 2024 – Hari Selasa Pekan I Prapaskah
Yes. 55:10-11
Mzm. 34:4-5,6-7,16-17,18-19
Mat. 6:7-15
Emang Kamu Berdoa?
Saya pernah mendengar kritikan kepada salah seorang umat yang didaulat untuk memimpin doa makan setelah ibadat Rosario di lingkungan. Ketika itu dia tampil di depan umum dan mengajak semua umat yang hadir untuk mendoakan doa Bapa Kami. Usai mendoakan doa Bapa Kami, ada di antara umat berbisik-bisik sambil memberi kritikan karena bagi mereka orang ini tidak berdoa secara spontan tetapi ‘hanya’ mendoakan doa Bapa kami saja. Kadang-kadang orang mudah mengritik orang lain padahal mereka juga kurang memahami apa yang sedang mereka kritik.
Doa Bapa kami adalah doa Tuhan sebab Tuhan Yesus sendiri ajarkan kepada para murid-Nya. Para murid selalu melihat Yesus berdoa di atas bukit dan kadang Ia berdoa pagi-pagi buta atau berdoa semalam-malaman. Mereka tertarik dan memohon supaya Ia mengajar mereka berdoa. Doa Bapa kami adalah doa yang sempurna karena memiliki tujuh permohonan, di mana ada tiga permohonan yang ditujukan kepada Tuhan dan empat permohonan ditujukan untuk keperluan manusia. Doa Bapa Kami dimulai dengan menyapa Allah sebagai Bapa kami yang menghuni Surga, dilanjutkan dengan menyampaikan tiga permohonan untuk memuji Bapa yaitu: “Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” (Mat 6:9-10). Selanjutnya ada empat permohonan untuk keperluan manusia yakni: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, dan lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” (Mat 6:11-13).
Doa Bapa kami keluar dari mulut Yesus sendiri. Maka harapannya adalah sebagaimana dikatakan nabi Yesaya: “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yes 55:10-11).
Masa Prapaskah menjadi kesempatan untuk lebih banyak berdoa. Santa Theresia dari Lisieux pernah berkata: “Kadang-kadang ketika saya berada dalam kondisi kekeringan rohani sehingga tidak ada satu pun pikiran baik yang terlintas dalam benak saya, saya mengucapkan doa ‘Bapa Kami,’ atau doa ‘Salam Maria,’ dengan sangat pelan, dan doa-doa ini sudah cukup untuk mengeluarkan saya dari diri saya sendiri, dan secara luar biasa menyegarkan saya.” Bagaimana dengan kita?
Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk berdoa di masa Prapaskah ini. Amen.
P. John Laba, SDB