What’s in a name?”
What’s in a name adalah sebuahperkataan William Shakespeare dalam drama Romeo and Juliet empat abad silam. What’s in a name artinya apalah arti sebuah nama. Perkataan ini memang sering disalahpahami banyak orang karena kurangnya pemahaman konteks kisah Romeo dan Juliet. Perkataan ini sebenarnya diucapkan Juliet sebagai pernyataan cintanya kepada penyandang nama Montague, dan bukan terhadap nama Montague, apalagi nama keluarga yang Montague yang telah memisahkan mereka berdua. Maka nama Montague, bagi Juliet, hanyalah sebuah nama.
Tentu saja kita tidak akan mengatakan apalah arti sebuah nama yang disematkan pada jati diri Tuhan sendiri. Orang-orang Yahudi mengenal tulisan ini: יהוה, atau YHWH. Mereka konsisten menyebutnya “Elohim”. Kita mengingat pengalaman perjumpaan Musa dan Allah. Ketika Musa menanyakan nama Allah (=Elohim) (Kel. 3:13) dan Sang Ilahi menjawab pertanyaan Musa dengan berkata “Aku adalah Aku” (Kel. 3:14). Dan perintah Allah dalam dekalog menyebutkan: “Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu, tidak dengan rasa hormat” (Kel 20:7). Bagaimana dengan nama Yesus? Nama “Yesus” adalah bentukan dari bahasa Latin Iesus. Iesus berasal dari bahasa Yunani Ἰησοῦς (Iēsoûs). Nama Iēsoûs merupakan Helenisasi dari bahasa Ibrani יְהוֹשֻׁעַ (Yĕhōšhuă’, Yosua) atau dalam bahasa Aram יֵשׁוּעַ (Yēšhûă’), yang berarti “YHVH (TUHAN) menyelamatkan”.
Pemahaman kita menjadi jelas dan membantu kita mengerti mengapa Petrus dan Yohanes begitu berani mewartakan nama Yesus bahkan dalam situasi mereka yang sulit sekalipun. Intinya, hanya dalam nama Yesus ada keselamatan meskipun mereka sempat dilarang: “Jangan berbicara lagi dengan siapapun dalam nama itu.” (Kis 4:17). Semakin mereka tertekan dan dilarang, Petrus dan Yohanes berkata: “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.” (Kis 4:19-20).
P. John Laba, SDB