Homili 6 November 2024 – Injil Untuk Daily Fresh Juice (DFJ)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXXI/B
Flp 2:12-18
Mzm Tanggapan: Mzm 27: 1.4.13-14
Injil: Luk 14: 25-33

Lectio:

Pada suatu ketika orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Yesus berkata kepada mereka, “Jika seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudarinya, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”.

Sebab siapakah di antaramu, yang mau membangun sebuah menara, tidak duduk membuat anggaran belanja dahulu, apakah uangnya cukup untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Jangan-jangan sesudah meletakkan dasar ia tidak dapat menyelesaikannya. Lalu semua orang yang melihat itu akan mengejek dengan berkata, ‘Orang itu mulai membangun, tetapi tidak dapat menyelesaikannya.’

Atau raja manakah yang hendak berperang melawan raja lain, tidak duduk mempertimbangkan dulu apakah dengan sepuluh ribu orang ia dapat melawan musuh yang datang menyerang dengan dua puluh ribu orang? Jika tidak dapat, ia akan mengirim utusan selama musuh masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikianlah setiap orang di antaramu yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Demikianlah Injil Tuhan.

Terpujilah Kristus.

Renungan:

Membenci Keluarga?

Pada suatu kesempatan saya mengikuti sebuah Talkshow tentang bagaimana menjadi pengikut Kristus yang baik. Romo sebagai nara sumber dalam Talkshow itu bertanya kepada semua umat yang hadir seperti ini: “Apakah anda sekalian ingin mengikuti Kristus supaya memperoleh keselamatan?” Semua umat yang hadir menjawab: “Ya kami mau memperoleh keselamatan”. Romo dengan suara lantang berkata: “Silakan bencilah keluargamu!” Seluruh ruangan itu terdiam sejenak, kemudian saling bertanya, suara protes pun muncul dalam ruangan itu. Romo sekali lagi bertanya: “Apakah kalian siap untuk membenci keluargamu?” Semuanya menjawab: “Tidak!” Hanya seorang bapa yang berdiri dan berkata: “Saya siap membenci keluarga saya demi mencintai Tuhan Yesus Kristus”. Semua orang memandang bap aitu dan Romo itu memberi jempol kepadanya. Ia berkata: “Benar sekali jawabanmu itu!”

Pada hari ini kita mendengar kisah Injil yang menarik perhatian kita. Yesus sangat viral pada saat itu sehingga banyak orang berduyun-duyun mengikuti Dia dalam perjalanan-Nya. Menjadi pertanyaan adalah, apakah orang banyak itu sadar dan sungguh percaya kepada Yesus. Apakah orang banyak itu benar-benar mencintai Yesus? Ternyata tidak semuanya sadar, percaya dan mencintai Yesus. Tuhan Yesus lalu mengedukasi mereka dengan perkataan ini: “Jika seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudarinya, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”.

Perkataan Yesus ini menimbulkan pertanyaan serius: “Apakah Tuhann Yesus mengajar kita untuk membenci orang tua dan sanak keluarga kita?” Bukankah Tuhan memberi perintah: “Hormatilah ayah dan ibumu” (Kel.20:12). Kalau saja kita mengertinya secara harafiah maka kita akan keliru dan memiliki persepsi negatif kepada Yesus. Lalu apa maksud ‘membenci’ di sini? Tuhan Yesus menggunakan Bahasa Semitis dengan gaya Bahasa hiperbola.Paadahal yang Tuhan Yesus maksudkan adalah bahwa kita harus mengasihi-Nya sedemikian rupa sehingga kita bersedia untuk mengutamakan Dia di atas segalanya, melebih orang tua dan sanak keluarga kita. Tuhan Yesus begitu mengasihi kita sehingga Dia menyerahkan tempat-Nya di surga untuk kita. Tidak ada yang harus kita korbankan yang sebanding dengan hal ini.

Tentu saja Tuhan Yesus tidak menuntut kita untuk membenci sanak keluarga. Perkataan Yesus menggambarkan betapa mahalnya harga yang harus dibayar untuk mengikuti-Nya. Setiap calon pengikut harus dengan senang hati menyerahkan segalanya, mengasihi Dia tanpa syarat-untuk menjual segalanya demi memiliki Dia sebagai harta tertinggi Anda (Mat. 13:44-46). Kasih kita kepada Kristus haruslah sedemikian kuat dan berkualitas sehingga, jika dibandingkan, semua kasih yang lain tampak seperti sebuah kebencian.

Maka di sini sebagai syarat untuk mengikuti Yesus adalah: Pertama, mengasihi Yesus lebih dari keluarga duniawi Anda (ayat 26). Kedua, Memikul salib dan mengikut Dia (ayat 27) dan ketiga, Bersedia untuk menanggalkan segala sesuatu-bahkan nyawamu-dan mengikut Dia dengan sungguh-sungguh (ay. 33).

Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa untuk menjadi murid Yesus yang setia, kita harus memiliki skala prioritas sama seperti perintah utama yang diajarkan Yesus yakni mengasihi Tuhan di atas segalanya dan mengasihi sesame seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Tuhan selalu nomor satu diikuti oleh sesama terdekat yakni keluarga dan sesame lainnya. Tuhan tidak bisa menjadi nomor dua, maka jangan menomorduakan Tuhan dalam hidup dan tetap mengasihi sesama kita.

Doa: Tuhan Yesus, Engkau memanggil kami untuk mengikuti-Mu dari dekat. Bantulah kami untuk mengasihi Engkau lebih dari segalanya dan persatukanlah kami kelak bersama Engkau di surga. Bunda Maria yang selalu menolong doakanlah kami selalu. Amen.

P. John Laba, SDB