Hari Selasa, Pekan III Adven
Kej 49:2.8-10
Mzm 72: 1-2.3-4b. 7-8.17
Mat 1:1-17
Tuhan menyelanatkan kita
Kita memasuki tanggal 17 Desember. Kedatangan Tuhan Yesus yang diwartakan para nabi semakin jelas. Kita sendiri diingatkan untuk semakin mengenal Yesus yang kita imani sebagai sungguh Allah dan sungguh manusia.
Tuhan Yesus sungguh Allah karena Dialah Allah Putra. Dia dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan. Tuhan Yesus sungguh manusia karena Ia masuk dalam sejarah hidup manusia. Ia memiliki silsilah keturunan sebagaimana ditulis oleh penginjil Matius. Silsilah keturunan Yesus ini membuat kita semakin bersyukur kepada Tuhan sebab untuk menyelamatkan kita, Ia rela menjadi manusia, lahir di dalam sebuah keluarga manusia. Tuhan kita memang beda.
Apakah nama-nama yang disebutkan dalam silsiah Yesus itu semuanya adalah orang kudus? Ya ada nama Yakub yang memperanakan Yusuf selaku bapa pengasuh Yesus, suami Bunda Maria. Namun kita juga mendengar nama orang yang lemah. Nama raja Daud adalah orang berdosa. Ia jatuh berkali-kali di dalam dosa namun Ia bertobat dan mengalami kasih Tuhan. Yesus sering dipanggil sebagai Anak Daud. Abraham dan para bapa bangsa juga memiliki titik-titik kelemahan di hadapan Tuhan.
Dalam silsilah Yesus ada juga nama 4 wanita yang tidak sempurna. Mereka adalah Pertama, Tamar, seorang wanita Kanaan (Mat 1:3) yang memiliki kekelaman hidup dengan Yehuda. Kedua, Rahab seorang wanita Kanaan (Mat 1:5) mantan wanita malam (Yos 2:1). Ketiga, Rut seorang wanita asing dari Moab (Mat 1:5), keturunan Lot yang juga jatuh dalam dosa. Keempat, Batsyeba (Mat 1:6) saat masih menjadi istri Uria, dia berselingkuh dengan Raja Daud. Nama-nama orang lemah ini masuk dalam silsilah Yesus untuk menunjukkan bawah Tuhan mengasihi dan menyelamatkan kita semua.
Apa yang kita renungkan dari silsilah Yesus ini?*
Silsilah Yesus adalah gambaran kehidupan kita di hadirat Tuhan. Kita semua memiliki sisi-sisi gelap di hadirat Tuhan. Kita butuh Tuhan untuk mengubah hidup kita. Pertobatan adalah sukacita luhur di hadirat Tuhan. Kita juga mengalami saat-saat untuk bertumbuh menjadi kudus seperti santu Yusuf. Ini juga menjadi sukacita bagi kita. Mari kita berubah untuk menyambut kedatangan Tuhan.
P. John Laba, SDB