Pokok- Pokok Pikiran Homili Hari Minggu Biasa V/C

Hari Minggu Biasa ke-V/C
Yes. 6:1-2a,3-8
Mzm. 138:1-2a,2bc-3,4-5,7c-8
1Kor. 15:1-11
Luk 5:1-11

Tema: Saya Berani dan Siap Diutus

Bacaan Pertama: Yes. 6:1-2a,3-8

Pokok-Pokok Permenungan Bacaan I:
• Nama Yesaya berasal dari Bahasa Ibrani Yeshayahu berarti: ‘Yahweh adalah penyelamat’ atau ‘Keselamatan dari Allah’ . Yesaya adalah anak Amos (Yesaya 38:1). Ia dipanggil menjadi nabi pada tahun 740 sebelum Masehi dalam usia kurang lebih 25 tahun.
• Tuhan menampakkan diri dan kemuliaan-Nya (Teofani) bukan lagi di padang gurun atau di atas puncak gunung. Nabi Yesaya bersaksi bahwa Tuhan menampakkan diri dan ia sendiri menyaksikannya di dalam Bait Suci.
• Data historisnya: wafatnya Raja Uzia. Raja Uzia (2 Tawarikh 26) adalah putra dan penerus Amazia, dan raja Yehuda selama 52 tahun (sekitar 791-739 sM). Ia memerintah selama 42 tahun (783-742 sM).
• Yesaya melihat Tuhan di dalam Bait Suci: Ia duduk di atas takhta-Nya yang tinggi, ujung jubah Tuhan memenuhi Bai Suci. Para Serafim berdiri di samping-Nya sambil memuji Tuhan: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yes 6:3).
• Yesaya menyadari kelemahan dan dosanya. Ada perasan takut di hadirat Tuhan. Ia berkata: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam.” (Yes 6:5).
• Tuhan mengubah Yesaya melalui Serafim yang membawa bara api dari mezbah dan menyentuh mulutnya sambil berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” (Yes 6:7).
• Dialog Tuhan dan Yesaya: Yesaya mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka Yesaya menjawab: “Ini aku, utuslah aku!” (Yes 6:8).

Pesan Penting:

1) Panggilan dan perutusan untuk melakukan pekerjaan. Tuhan berasal dari Tuhan sendiri dan bukan berasal dari manusia. Konsekuensinya adalah ada ketaatan manusia kepada kehendak Tuhan.
2) Tuhan Allah kita adalah Kudus adanya maka kita juga terpanggil untuk menjadi kudus dan menguduskan sesama.
3) Kelemaham dan dosa kita: perkataan yang kasar, kekerasan verbal dan kata-kata cacian, sumpah serapah dari mulut kita.

Bacaan II: 1Kor. 15:1-11

Pokok-Pokok Permenungan bacaan II:
• Paulus menulis bagian ini tentang kesaksian akan kebangkitan Kristus. Ia sendiri menjadi pewarta kebangkitan kepada bangsa-bansa bukan Yahudi. Ia mengingatkan jemaat di Korintus tentang Injil yang ia wartakan dan jemaat yang berdiri teguh di atas Injil yang menyelamatkan mereka.
• Paulus mengemukakan intisari iman yang diterumanya yaitu misteri paskah dan penampakan Kristys setelah bangkit dari kematian-Nya. Ia berkata: “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci. Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci. Bahwa Ia telah menampakkan
diri” (1Kor 15:3-5).
• Yesus sendiri menampakkan diri kepada Kefas, kedua murid dalam perjalanan ke Emaus, kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus. Kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Paulus menyadari dirinya sebagai orang yang lemah dan rapuh namun Tuhan yang
menganugerahkan Rahmat-Nya yang berlimpah kepada-Nya. Ia bersaksi: “Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah
menganiaya Jemaat Allah.”

• Pesan-pesan penting:

1) Paulus berani dan siap diutus sebagai pewarta kebangkitan Kristus.

2) Paulus menyadari kelamahan manusiawinya sebagai penganiaya jemaat.

3) Injil menyelamatkan kita maka kita berdiri teguh di atas Injil yaitu Yesus sendiri.

Bacaan Injil: Luk 5:1-11

Pokok-Pokok Permenungan Bacaan Injil:
• Lukas menceritakan tentang pewartaan Injil sebagai sukacita yang dilakukan Yesus sang Injil kehidupan di Nazaret. Injil sebagai Khabar Sukacita diharapkan menyebar kepada segala bangsa. Yesus sendiri saat ini menjadi sumber pewartaan Gereja. Perkemangan Gereja dan kesuburannya berasal dari Yesus sendiri seperti dicontohkan dalam kisah penangkapan ikan.
• Yesus berdiri di Pantai danau Galilea dan orang banyak mengerumuni dan mau mendengar-Nya. Ia bertindah sebagai pewarta Khabar Sukacita kepada orang banyak di atas perahu milik Simon. Sebelumnya Simon dan teman-temannya melakukann pekerjanan mereka sebagai nelayan.
• Ajakan Yesus: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan”. (Luk 5:4).
• Kita mengenal perkataan: “Duc in Altum’. Ketiga kata Latin ini berarti, “Masuklah ke tempat yang dalam.” Artinya kita sebagai Gereja diingatkan Tuhan: “Masuklah lebih dalam ke dalam kehidupan rohani batin kita” atau “Ambillah risiko dan masuklah ke dalam hubungan pribadi dengan Yesus Kristus,” atau “Percayalah pada Sabda Tuhan sebagai panduan
untuk kehidupan sehari-hari kita.”
• Simon menyadari kelemahannya ketika menangkap ikan di mana semalam-malaman mereka sebagai nelayan tulen tetapi tidak menankap apa-apa namun ia taat kepada perintah Yesus untuk menebarkan jala.
• Buah dari ketaatan Simon adalah bahwa mereka dapat menangkap sejumlah besar ikan dan jala mereka mulai koyak. Mereka tidak mengandalkan diri sendiri tetapi mengharapkan kerja sama dengan sesama nelayan dalam menangkap ikan.
• Kesadaran Simon akan kelamahannya: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” (Luk 5:8). Sebab mereka takjub karena banyaknya ikan yang mereka tangkap.
• Tuhan Yesus berkata: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan
menjala manusia.” (Luk 5:10)
• Reaksi Simon dan teman-temannya: “Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus” (Luk 5:11).

Pesan-Pesan Injil:

1) Yesus adalah pewarta Sejati di setiap tempat dan waktu.

2). Yesus menghendaki agar para murid-Nya menjadi pewartaSabda yang handal, apapun situasi dan tantangannya.

3). Pewarta sejati menyadari keleman dan dosa serta tersungkur di hadapan Yesus seraya
memohon pengampunan. 4) Pewarta sejati berani meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus dari dekat.

Kesimpulan:
Pertama, Kita harus berani dan siap untuk diutus sebagai orang yang sudah dikuduskan melalui sakramen pembaptisan.
Kedua, Panggilan untuk mewartakan Sabda Tuhan adalah sebuah urgensi. St. Paulus berkata: ‘Celakalah aku jika tidak mewartakan Injil” (1Kor 9:16).
Ketiga, Pewarta yang hadal mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Ia berusaha untuk memurnikan dirinya di hadirat Tuhan.

PJ-SDB