Kematian dimanakah sengatmu?

Kematian di manakah sengatmu?

Pada hari ini kita mengenang kembali kematian saudara-saudara kita yang sudah dipanggil Tuhan. Kita mendoakannya dan kita juga percaya bahwa mereka sudah diterima oleh Bapa di dalam Kerajaan kedamaian di Surga.
Kita semua masih berada di dalam pekan pertama Adven, sebuah pekan penuh dengan harapan bahwa Tuhan akan memberi hidup baru seperti sebuah kelahiran baru bagi kita semua. Masa Adven sebagai masa penuh harapan juga sama dengan misteri kematian yang penuh harapan. Harapan akan kehidupan baru yang Tuhan berikan kepada saudara-saudara yang sudah dipanggil Tuhan.

Santu Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus membantu permenungan kita tentang wafat dan kebangkitan Kristus. Ia menegaskan bahwa Tuhan Yesus sudah wafat dan juga sudah bangkit. Tuhan Yesus yang satu dan sama itu telah menampakkan diri kepada para rasul-Nya dan yang terakhir Ia menampakkan diri kepada Paulus seperti seorang bayi yang prematur atau yang lahir sebelum waktunya. Setelah merenung tentang kematian dan kebangkitan Kristus, Paulus membantu kita untuk merenung lebih dalam lagi tentang kematian tubuh kita. Paulus bertanya: “Hai kematian, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (1Kor 15:5).

Pertanyaan santu Paulus ini sangat bermakna. Pesan utamanya adalah pernyataan kemenangan, dalam arti bahwa kematian telah dikalahkan secara permanen melalui kebangkitan Yesus Kristus sang Anak Allah. Mari kita perhatikan lagi pertanyaan ini: “Hai kematian, di manakah kemenanganmu? Hai kematian, di manakah sengatmu?” Perkataan ini sekaligus menjadi sebuah ejekan retoris terhadap kekuatan kematian yang telah kehilangan kuasa mutlaknya atas orang-orang beriman, anda dan saya.

Lalu apa yang dapat kita renungkan tentang kematian?

Pertama, kekuatan dosa telah dipatahkan oleh kebagkitan Kristus. Bagi santu Paulus dalam 1 Korintus 15:56 dikatakan: “Taring maut adalah dosa, dan kekuatan dosa adalah hukum”. Kristus, melalui pengorbanan dan kebangkitan-Nya, telah menghilangkan hukuman dan kekuatan dosa, sehingga melucuti maut dari “taringnya” atau kemampuannya untuk menimbulkan kerusakan rohani yang abadi.

Kedua, Jaminan akan Kebangkitan kita. Santu Paulus berbicara tentang kepastian kebangkitan tubuh jasmani orang Kristiani. Karena Yesus bangkit dari kematian, orang beriman dijamin bahwa mereka juga akan dibangkitkan dengan tubuh yang tidak dapat binasa dan abadi pada kedatangan-Nya.

Ketiga, Kebebasan dari Ketakutan. Bagi mereka yang percaya pada Yesus, dalam hal ini, anda dan saya, kematian tubuh bukanlah akhir, melainkan transisi ke kehidupan kekal bersama Allah. Hal ini memberikan harapan dan penghiburan yang besar, menggantikan ketakutan akan kematian dengan kepastian akan masa depan yang bebas dari kebusukan, penderitaan, dan air mata.

Keempat, Kemenangan Akhir. Perkataan Paulus ini mencapai puncaknya dengan ucapan syukur kepada Allah “yang memberikan kemenangan kepada kita melalui Tuhan Yesus Kristus” (1 Korintus 15:57). Kita percaya bahwa kubur tidak lagi memiliki kata akhir; Allah yang memilikinya, melalui kemenangan Kristus yang sempurna dan akhir atas kematian.
Masihb ada harapan! Ada kematian tetapi ada harapan akan hidup baru karena kita dibangkitkan oleh Kristus. Kita semua lebih dari pemenang!

P. John Laba, SDB