Kisah keluarga Abram berlanjut. Setelah Ia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan maka ia menerima janji Tuhan. Tuhan memberi keturunan kepada Abraham dan tanah yang luas dan subur. Namun demikian fakta masih menunjukkan bahwa Sarai belum mendapat karunia anak dari Tuhan. Dalam pergumulan seperti ini Sarai meminta kepada Abram untuk menghampiri Hagar, sang hamba perempuan dari Mesir. Abram pun menghampiri Hagar sehingga hamillah ia. Ketika mengetahui bahwa Ia hamil maka ia mulai berlaku kasar terhadap Sarai istri sah Abram. Sarai merasakan penderitaan yang dilakukan oleh Hagar maka ia berkata kepada Abram: “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu. Akulah yang memberikan hambaku kepangkuanmu; tetapi baru saja ia tahu bahwa ia mengandung, ia memandang rendah aku. Tuhan kiranya menjadi hakim antara aku dan engkau.”
Ismael dalam bahasa Yahudi berarti Allah mendengarkan. Tuhan Allah mendengar keinginan Sarai supaya hambanya Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram. Meskipun ada saling menindas di antara Hagar kepada Sarai kemudian Sarai kepada Hagar namun kuasa Tuhan jauh melebihi pengalaman manusiawi mereka. Hagar nantinya diusir tetapi Tuhan tetap memeliharanya. Ia diberkati dengan banyak keturunan. Ismael, meskipun berarti Tuhan Allah mendengar, namun perilaku hidupnya akan liar, menimbulkan banyak masalah di dalam keluarga. Hal terpenting dalam kisah ini adalah Tuhan selalu memperhatikan umat kesayanganNya. Ia tidak akan membiarkan Sarai menderita selamanya karena tidak memiliki keturunan. Ia juga tidak akan membiarkan Hagar menderita di padang gurun tetapi diberi berkat untuk keturunan yang banyak. Ismael dengan perilaku hidup yang liar juga tetap akan diberkati Tuhan.
Dampak dari rasa tidak percaya kepada Tuhan adalah mengandalkan dirinya sendiri. Orang menjadi munafik terhadap dirinya dan sesama. Orang boleh melakukan banyak kegiatan dengan dalil demi nama Tuhan tetapi bisa jadi demi nama diri sendiri. Tuhan menjadi kerdil sedang diri menjadi lebih besar dan tenar. Tuhan tidaklah popular, diri saya sebagai manusia yang jadi lebih popular. Itu sebabnya dalam bagian terakhir kotbah di bukit Yesus bersabda: “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu “Tuhan, Tuhan” akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu di surga”. Di dalam masyarakat kita, banyak juga orang yang menyerukan nama Tuhan sambil berbuat jahat. Hati nuraninya telah mati, sehingga dalam nama Tuhan yang kudus mereka menghilangkan hidup orang lain. Sikap seperti ini yang membuat Tuhan membalikan wajahNya dari manusia. Tuhan akan terus terang mengatakan tidak mengenal kita karena terlalu banyak kejahatan yang kita lakukan.
Di pihak Tuhan cintaNya kekal bagi manusia. Di pihak manusia, perlu ada upaya-upaya tertentu misalnya setia mendengar Sabda Tuhan dan melakukannya di dalam hidup setiap hari. Ini adalah dasar yang kuat untuk bertumbuh dalam iman. Orang yang tidak mendengar Sabda dan melakukannya di dalam hidup itu sama dengan orang yang tidak bijaksana sehingga membangun rumah di atas pasir. Ini adalah orang-orang yang imannya sangat kecil bahkan tidak ada iman kepada Tuhan. Orang bijaksana akan membangun rumahnya di atas wadas yang kokoh.
PJSDB