Hari Minggu Biasa XXXI
Keb 11:22-12:2
Mzm 145:1-2.8-9.10-11.13cd-14
2Tes 1:11-2:2
Luk 19:1-10
Dia Mencari dan Menyelamatkan Kita
Pada suatu kesempatan datanglah kepadaku seorang pemuda untuk berbicara. Ia sangat serius dengan masalah yang sedang dia hadapi dengan kedua orang tuanya. Orang tuanya memiliki pekerjaan yang baik dan sebagai anak tunggal ia merasakan hidup dalam kelimpahan kekayaan. Tidak pernah ada kata tidak yang keluar dari mulut kedua orangtuanya setiap kali ia membutuhkan sesuatu. Baginya, ini adalah berkat yang luar biasa dari Tuhan. Tuhan memberikannya orang tua yang baik, bekerja keras dan memperhatikan kebutuhannya. Ia juga merasakan berkat Tuhan karena hasil belajarnya selalu bagus. Ia mendapat peringkat yang bagus di sekolahnya. Namun demikian, belangan ini ia merasakan sebuah kekurangan besar yang sedang dia alami. Ia belum merasakan kehadiran orang tuanya di dalam hidupnya karena mereka selalu sibuk. Ia belum merasakan kasih sayang yang benar seperti dialami orang-orang muda lain yang meskipun sederhana tetapi selalu ceriah karena orang tuanya mengasihi mereka. Figur orang tuanya masih belum dirasakan sepenuhnya di dalam hatinya.
Saya memperhatikan orang muda itu dan memang tatapannya kosong. Ia hidup dalam kelimpahan harta tetapi miskin dalam kasih sayang. Dia bukan hanya sendirian tetapi banyak kaum muda yang merasakannya. Mereka berusaha mengunci dirinya di dalam dunianya sendiri tetapi merasakan sebuah kesulitan yang besar dalam berelasi dengan sesama terutama bersama orang tuanya sendiri. Mungkin saja orang tuanya mengatakan sudah memberi segalanya, tetapi materi saja belum cukup. Sebuah sapaan, pelukan, belaian, ciuman lebih bermakna dari pada sebuah kamar yang penuh dengan harta yang dapat rusak. Cinta kasih dan perhatian tidak akan mengalamai kerusakan.
Pada hari ini kita berjumpa dengan figur Tuhan Yesus, Zakheus dan orang banyak. Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai yang kaya raya. Ia memiliki banyak harta karena ikut memeras orang-orang Yahudi lainnya. Tindakannya ini menguntungkan kaum Romawi dan diri Zakheus. Meskipun hidup dalam kelimpahan harta tetapi hatinya kosong. Ia memiliki kerinduan untuk berjumpa dengan Yesus tetapi hartanya, ibarat orang banyak yang menjadi penghalang untuk berjumpa dengan Yesus. Yesus adalah Anak Allah yang rela menjadi miskin, berasal dari Nazareth dan tinggal di daerah Galilea. Ia berjalan dalam lorong-lorong kehidupan manusia, melakukan pendekatan pertama untuk memanggil orang ke jalan yang benar. Dialah yang pertama melihat Zakheus di atas pohon dan memintanya turun karena Ia mau menginap di rumah Zakheus. Orang banyak menjadi penghalang Zakheus untuk melihat Yesus. Bisa juga bukan hanya manusia yang menjadi penghalang tetapi semua harta kekayaan, kekuatiran dan kecemasan di dalam hidup juga dapat menjadi penghalang baginya untuk bertemu dengan Yesus. Untunglah Yesus yang melakukan inisiatif pertama.
Apa yang menarik perhatian kita dari kisah Zakheus ini? Yesus sang Pengembara yang tidak punya tempat untuk meletakkan kepalanya melihat Zakheus yang kaya raya tetapi hatinya kosong karena tidak ada kasih. Ia melihat Zakheus, memanggilnya dan berinisiatif untuk tinggal di rumah Zakheus. Yesus tidak memperhitungkan dosa dan salah yang sudah dilakukan oleh Zakheus. Ia memilih diam dan melarutkan kasihNya ke dalam hidup Zakheus. Dampaknya adalah Zakheus berubah total dan berkata: “Tuhan, separo dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan ku kembalikan empat kali lipat”. Cara Yesus menyelamatkan manusia adalah memiliki inisiatif untuk hadir dan memberi kasihNya kepada manusia. Manusia yang merasakan kasihNya akan berubah secara radikal.
Pengalamana Zakheus adalah juga pengalaman umat perjanjian lama. Dalam bacaan pertama dari Kitab Kebijaksanaan dikatakan bahwa jagat raya itu laksana sebutir debu di atas neraca atau seperti embun pagi yang jatuh ke bumi. Tuhan memiliki kuasa yang begitu besar atas segala sesuatu. Tuhan juga mengasihani dan tidak memperhitungkan dosa-dosa manusia serta memberi kemungkinan bagi mereka untuk bertobat. Tuhan juga memberikan RohNya yang baka kepada segala ciptaan. Perikop ini mau mengatakan bahwa kuasa Tuhan itu terwujud dalam kasihNya tanpa batas kepada manusia. Orang-orang berdosa sekali pun tetapi dikasihi oleh Tuhan. Ia sabar dan memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat.
St. Paulus di dalam Bacaan Kedua mengatakan kepada jemaat di Tesalonika sebuah janji bahwa ia dan para rekannya selalu berdoa supaya Tuhan menyempurnakan karyaNya di dalam diri mereka. Dengan demikian Tuhan Yesus akan dimuliakan di dalam diri mereka dan mereka juga dimuliakan di dalam Yesus. Semua ini akan terlaksana karena kasih karunia yang Tuhan berikan kepada mereka. Oleh karena Tuhan sendiri menyempurnakan karyaNya di dalam diri manusia maka diharapkan agar manusia juga menjadi sempurna sehingga nama Tuhan menjadi mulia.
Sabda Tuhan pada hari Minggu ini mengarahkan kita pada beberapa hal yang penting di sini. Pertama, Tuhan memiliki inisiatif untuk mendekati manusia dan menolong untuk bertobat. Meskipun manusia dianggap jahat tetapi ada juga kerinduannya untuk berjumpa dengan Tuhan yang mahabaik. Manusia menilai sesamanya jahat karena manusia memang jahat. Tuhan menilai manusia jahat menjadi baik karena Dia mahabaik. Yesus menunjukkanNya di dalam hidupNya yang konkret. Kedua, Orang berdosa terbuka pada tawaran keselamatan dari Allah. Zakheus adalah model yang insipiratif. Ia merasa disapa oleh Tuhan sehingga bersedia untuk berbagi dengan sesama yang lain. Ketiga, Kisah Zakheus mau mengatakan kepada kaum pendosa yang mengalami beban berat karena disingkirkan oleh masyarakat bahwa Tuhan selalu mencari dan menyelamatkan mereka. Keempat, Kisah Zakheus juga mengoreksi umat yang “berlaku saleh” sehingga menghalangi sesama untuk berjumpa dengan Yesus. Seharusnya kita menjadi sesama dengan Yesus yang memiliki inisiatif untuk menyelamatkan sesama dari dosa dan salah.
Doa: Tuhan terima kasih atas rahmat pengampunan yang Engkau berikan kepada kami. Amen
PJSDB