Hari Minggu Paskah III/A
Kis 2:14.22-33
Mzm 16:1.2a-5.7-8.9-10.11
1Ptr 1:17-21
Luk 24:13-35
Kamu ditebus dengan Darah yang Mahal
Kita memasuki Hari Minggu Paskah ke-III. Hari Minggu ini dikenal dengan nama lain yakni Misericordias Domini atau Hari Minggu Kasih Setia Tuhan (HMKST). Kasih setia Tuhan yang rela menderita, wafat dan bangkit dari kematian untuk menebus dosa manusia. Kasih setia Tuhan laksana cahaya yang terang benderang bagi orang-orang benar. Kasih setia Tuhan yange menebus manusia dengan DarahNya yang mahal laksana darah anak domba tak bercela. Kasih setia Tuhan yang menggerakkan hati kedua murid dalam perjalanan ke Emaus untuk memahami Tuhan Yesus yang sudah dinubuatkan di dalam Kitab Taurat, Mazmur dan para Nabi serta memberi diriNya dalam simbol Roti Ekaristi. Kasih setia Tuhan senantiasa dirasakan di dalam hidup setiap orang yang percaya dan berharap kepadaNya.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Hari Minggu ini mengantar kita untuk semakin mengenal dan akrab dengan Pribadi Tuhan Yesus yang telah menebus kita. Para murid sebelumnya juga merasa takut dengan orang-orang Yahudi di Yerusalem karena melihat Yesus sang Guru sudah dibunuh di atas kayu salib. Meskipun Yesus sudah bangkit dan menampakkan diriNya tetapi mereka juga belum berani untuk mewartakan kebangkitanNya. Mengapa? Karena sang Paraclitus, belum turun atas mereka. Situasi berubah ketika para Rasul bersama Bunda Maria menerima Roh Kudus pada hari Raya Pentekosta di mana mereka mengalami kekuatan baru untuk berani mewartakan kebangkitan Kristus dan InjilNya.
Lukas melukiskan keberanian para Rasul pada hari Raya Pentekosta. Petrus sebagai pemimpin berdiri bersama kesebelas murid dalam suasana persekutuan untuk mewartakan kebangkitan Kristus. Petrus dengan suara nyaring mengatakan tentang Yesus yang dikenal dan diimaninya. Petrus bersaksi kepada orang-orang di Yerusalem bahwa Yesus dari Nazareth adalah orang yang ditentukan oleh Allah dan kuasaNya. Ia membuat berbagai mukjizat dan sudah dialami oleh mereka semua. Bangsa-bangsa durhaka sudah membunuhNya dengan cara menyalibkanNya. Tetapi menurut Petrus, Allah telah membangkitkan Dia dengan melepaskanNya dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut.
Untuk lebih meyakinkan orang-orang di Yerusalem, Petrus mengambil contoh kisah-kisah di dalam dunia Perjanjian Lama, khusus tentang kehidupan Raja Daud. Daud senantiasa berdoa dengan mengatakan tentang Mesias: “Aku senantiasa memandang kepada Tuhan. Karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak akan goyah. Sebab hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak sorai bahkan tubuhku akan diam dengan tentram. Sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaKu jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapanMu.” Daud percaya bahwa dari keturunanNya akan muncul sang Mesias yang membebaskan umat manusia.
Ini adalah keyakinan Petrus dan diwartakannya kepada orang-orang di Yerusalem: Yesus adalah Mesias. Ia telah menderita, sengsara dan wafat. Allah sendiri telah membangkitkanNya dari maut. Petrus menekankan, “Kami semua adalah saksi.” Dia juga sudah ditinggikan dan memberi RohNya yang kudus kepada kami. Hari Raya Pentekosta merupakan hari istimewa di mana Gereja lahir. Tuhan sungguh menguatkan para RasulNya untuk berani memberi kesaksian bahwa Allah membangkitan Yesus PuteraNya.
Petrus dalam bacaan kedua memperdalam teman tentang pengurbanan Yesus. Petrus mulai dengan wejangan bahwa Allah akan menghakimi semua orang menurut perbuatannya tanpa memandang muka. Untuk itu Petrus mengharapkan supaya manusia hidup takwa kepada Tuhan. Manusia lama dikuasai oleh cara hidup yang sia-sia, penuh dosa. Selanjutnya Petrus berkata: “Kamu telah ditebus bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak dan emas, melainkan dengan darah yang mahal yaitu darah Yesus Kristus, yang sama dengan darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Sekali lagi Petrus menekankan: “Allah telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati dan memuliakanNya.” Konsekuensinya adalah iman dan harapan kita tertuju hanya kepada Allah.
Kotbah Petrus dalam Kisah Para Rasul dan wejangan Petrus membantu kita untuk melihat dan percaya bahwa Tuhan sangat mengasihi manusia. Ia menebus kita bukan dengan barang yang fana tetapi dengan Darah PuteraNya sendiri. Bagi orang Yahudi, darah itu adalah simbol kehidupan. Tuhan telah mengorbankan kehidupan PuteraNya untuk manusia yang berdosa. Apakah ada rasa syukur dan terima kasih di dalam hati kita? Apakah kita pernah berkata kepada Tuhan, “Terima kasih Tuhan karena Engkau sudah menebus aku dengan darahMu yang mulia?”
Rasa syukur kita kepada Tuhan Yesus karena Ia tidak pernah membiarkan kita sendirian. Masing-masing kita memiliki pengalaman yang keras, ditolak, dianiaya sehingga membuat kita menjauh dari Tuhan. Pada hari ini, kita juga mendengar kisah dua murid dalam perjalanan ke Emaus. Di saat mereka sedang mengalami kesedihan dan pencobaan, Tuhan Yesus datang untuk berjalan bersama, menemani, mendengar, menjelaskan isi Kitab Suci bahkan memecahkan roti atau memberi diriNya bagi mereka. Sabda Tuhan membuat hati kedua murid itu berkobar-kobar. Mereka dengan sukacita kembali ke Yerusalem untuk bersaksi bahwa Yesus sungguh bangkit.
Mari kita selalu bersyukur karena kasih Tuhan tiada berkesudahan. Kita semua mendapat kekuatan Ekaristi hari ini supaya mewartakan kasih setia Tuhan kepada sesama. Memang haruslah diakui bahwa setiap orang memiliki pergumulan hidup, tetapi Tuhan kita jauh lebih besar dan agung dari setia pergumulan itu. Dialah yang selalu mengasihi, Dialah yang selalu setia kepada kita orang berdosa.
Doa: Tuhan, terima kasih atas kasih setiaMu kepada kami, bantulah kami supaya menjadi pribadi-pribadi yang siap mewartakan kasih setiaMu kepada sesama. Amen
PJSDB