Hari Minggu Paskah IV/A
Kis 2:14a.36-41
Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
1Ptr. 2:20b-25
Yoh 10:1-10
Kembalilah kepada Gembalamu!
Pada hari Minggu Paskah IV ini Gereja Katolik menyebutnya sebagai Hari Minggu Gembala Baik (Buon Pastore). Fokus perhatian kita semua sebagai umat beriman adalah mendoakan panggilan para imam dan biarawan-biarawati untuk melayani Tuhan di dalam Gereja. Paus Fransiskus menulis pesan pada hari doa sedunia untuk panggilan ke-51 dengan tema: “Panggilan, saksi terhadap kebenaran.” Paus menekankan dalam pesannya beberapa hal penting tentang doa memohon panggilan misalnya pertama, menyadarkan Gereja untuk berdoa memohon panggilan bagi para pekerja untuk tuaian. Yesus berkata: “Tuaian memang banyak tetapi pekerjanya sedikit. Karena itu mintalah kepada yang empunya tuaian supaya Ia mengirim pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat 19:35-38). Artinya Tuhan sudah punya pekerja maka sebagai Gereja kita memintanya melalui doa supaya Ia mengirimnya kepada tuaian di ladang. Kedua, Panggilan menjadi bermakna ketika seorang pekerja itu keluar dari dirinya sendiri (eksodus) sehingga hidupnya hanya berpusat kepada Kristus. Kekuatannya adalah Sabda Yesus. Ketiga, kita semua diajak untuk mendengar panggilan Tuhan. Panggilan itu mengalir dari hati Allah dan tumbuh kembang di tanah yang baik yakni kasih persaudaraan umat beriman. Keempat, Secara praktis Paus mengharapkan adanya pastoral panggilan: mendampingi kaum muda di jalan-jalan kekudusan. Kelima, hati umat beriman kiranya menjadi tanah yang subur bagi Sabda Tuhan pada saat mendengar, menerima dan menghayati Sabda sehingga menghasilkan buah-buah yang berlimpah.
Pesan Paus Fransiskus ini menarik perhatian kita semua. Gereja harus peka dan peduli untuk mendukung panggilan-panggilan baru di dalam Gereja melalui doa-doa. Gereja menyadari bahwa Tuhanlah yang memiliki pekerja-pekerja dan melalui doa-doa Ia akan murah hati memberikan pekerja-pekerjaNya ke ladangnya yang penuh dengan tuaian. Banyak kali orang berdoa memohon panggilan tetapi lupa bahwa Tuhanlah yang memiliki pekerja-pekerja. Tuhanlah yang murah hati untuk memberikan pekerja-pekerjaNya. Nah, Gereja tidak akan lenyap karena Tuhan pasti mengutus orang-orang pilihanNya.
Saya teringat pada seorang Romo yang bekerja sebagai misionaris. Dalam sebuah perayaan Ekaristi, Ia berkata kepada umatnya: “Seandainya kalian adalah domba dan aku gembalamu apa yang akan aku lakukan bagimu?” Seorang anak yang polos berkata kepada Pastornya: “Anda tidak akan menjadi gembala yang baik karena sebagai gembala anda akan mencukur bulu domba, memeras susunya untuk menjadi minuman, dengan kejam membunuh dan memakan dagingnya, kulitnya anda jadikan alat musik.” Romo ini hanya merasa diam dan kembali melanjutkan perayaan Ekaristi, tetapi dengan hati yang baik dan terbuka hanya kepada Tuhan sendiri. Mungkin saja para gembala di dalam gereja bersifat kejam terhadap domba-domba, tidak melayaninya dengan baik, berlaku tidak adil terhadap umat. Perkataan anak yang polos ini sangat dalam maknanya dalam konteks pastoral para pastor supaya berlaku sebagai gembala baik.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini membantu kita untuk bertumbuh sebagai gembala seperti Yesus sang gembala baik atau sekurang-kurangnya memanggil kita untuk kembali kepada Yesus sang Gembala baik, Di dalam bacan pertama, Petrus penuh dengan Roh Kudus, berani mewartakan kepada umat di Yerusalem bahwa Kristus Yesus sudah wafat dan bangkit dari kematianNya. Ia menjadi Tuhan dan Kristus. Perkataan Petrus ini membuka hati banyak orang sehingga mereka berani bertanya kepadanya: “Apa yang harus kami perbuat?” Petrus menjawab mereka supaya bertobat dan memberi dirinya dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa dan menerima Roh Kudus. Jumlah umat bertambah banyak. Nah, Petrus berlaku sebagai gembala yang baik. Ia berani menunjukkan sikap kegembalaannya dengan membagi pengalamannya bersama Kristus. Pengalaman konkret lebih banyak berbicara dari pada hal-hal teoritis.
Di dalam bacaan kedua, Petrus mengingatkan jemaat yang mengalami banyak penganiayaan karena beriman kristiani supaya bertahan dalam iman. Mereka harus menyadari bahwa penderitaan yang mereka alami adalah bagian dari kasih karunia Allah. Mengapa dikatakan sebagai kasih karunia Allah? Karena Yesus sendiri sudah lebih dahulu menderita dan sebagai pengikut bertugas untuk mengikuti jejakNya. Segala penderitaan yang dialaminya tak pernah dibalasnya. Misalnya ketika dicaci maki ia tidak membalasnya dengan caci maki. Ketika menderita, Ia tidak pernah mengancam tetapi menyerahkan diriNya. Ia memikul dosa-dosa kita di dalam tubuhNya. BilurNya menyembuhkan kita semua. Pada akhirnya Petrus mengajak jemaat untuk kembali kepada Yesus sebagai gembala utama dari kesesatan masa lalu. Nah, tugas sebagai gembala adalah berani untuk mengingatkan sesama supaya bertahan dalam penderitaan dan kembali kepada Yesus Kristus sang Gembala Agung.
Di dalam bacaan Injil Yesus menunjukkan diriNya sebagai gembala yang baik dan Pintu bagi domba-dombaNya. Sebagai gembala yang baik, Ia mengenal domba-dombaNya. Ia memanggil domba-domba sesuai dengan namanya (Yoh 10:3). Nah, bagi Yesus, kita bukan hanya sekedar masuk dalam kategori sejumlah besar domba tetapi Ia memiliki perhatian istimewa bagi setiap pribadi. Injil bukanlah sebuah doktrin tetapi diri pribadi Yesus yang menyatu dengan kita.Ia secara pribadi juga mengasihi kita. Dia adalah Gembala yang mengenal atau mengetahui domba-dombanya. Kata mengenal dalam Injil Yohanes bukan hanya sekedar berati sebuah tindakan intelek semata, tetapi tindakan yang menyeluruh untuk mengenal pribadi kita. Ia mengasihi kita secara pribadi apa adanya. Konsekuensinya adalah kita pun harus mengenal Yesus. Mengenal berarti mengasihi Yesus. St. Gregorius Agung mengatakan bahwa kita dapat mengenal Yesus bukan hanya melalui iman tetapi lebih-lebih melalui kasih. Tentu saja karena Allah itu kasih.
Yesus adalah pintu dan memang Dia adalah satu-satunya pintu. Yesus berkata: “Barangsiapa masuk melalui Aku akan memperoleh keselamatan.” (Yoh 10:9). Ia juga berkata: “Tidak seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. “ (Yoh 14:6). Petrus dalam kesaksiannya di depan Mahkamah Agama Yahudi mengatakan bahwa keselamatan hanya dalam nama Yesus Kristus (Kis 4:12). Jadi Yesus adalah satu-satunya pintu, satu-satunya Penyelamat kita.
Sabda Tuhan pada hari Minggu Panggilan ini sungguh meneguhkan kita semua. Kita semua dipanggil untuk untuk menjadi gembala bagi sesama. Para orang tua misalnya memiliki panggilan sebagai gembala dan pintu bagi anak-anak. Sebagai gembala berarti menciptakan kondisi supaya anak-anak merasa dikasihi karena Allah adalah kasih. Sebagai pintu, para orang tua menjadi pintu masuk untuk berjumpa dengan Yesus sang gembala baik. Para guru dan pembina kaum muda juga dapat menjadi gembala yang baik. Tugas kita adalah membuat manusia muda merasa dikasihi oleh Tuhan yang adalah kasih dan dari situ mereka juga mampu mengasihi. Kita juga menjadi pintu bagi mereka untuk berjumpa dengan Tuhan sang Penyelamat. Mari kita menyadari panggilan sebagai kesaksian akan kebenaran. Mari kita kembali kepada Yesus Kristus sang gembala agung.
Doa: Tuhan kami memohon semoga Engkau sendirilah yang mengirim pekerja-pekerja untuk setia melayani GerejaMu. Amen
PJSDB