Hari Senin, Pekan Paskah IV
Kis 11:1-18
Mzm 42:2-3.43:3-4
Yoh 10:11-18
Roh Kudus juga turut bekerja
Komunitas Gereja perdana sedang mencari identitasnya. Setelah hari raya Pentekosta, para rasul memperoleh kekuatan dan keberanian untuk mewartakan Kristus di Yerusalem dan sekitarnya. Inti pewartaannya adalah bahwa Yesus dari Nazaret adalah orang benar. Ia sudah dibunuh namun bangkit dari kematianNya pada hari ketiga. Hanya dalam nama Dialah semua orang diselamatkan. Pertanyaan kita adalah apakah hanya ada kegembiraan dimiliki oleh para rasul dalam mewartakan Kristus? Jawabannya adalah ternyata butuh pengorbanan yang besar bahkan nyawa-nyawa pun melayang sebagai martir bagi Kristus. Petrus dan Yohanes dihadapkan beberapa kali di hadapan Mahkamah Agama Yahudi untuk mempertanggungjawabkan iman mereka. Sementara itu jumlah orang yang percaya kepada Kristus semakin bertambah sehingga butuh pelayan-pelayan baru yakni para Diakon. Ketika para diakon baru mulai melayani jemaat, Stefanus salah seorangnya dibunuh sebagai martir pertama. Sejak saat itu gereja mulai mengalami banyak penderitaan, apalagi ketika Saulus tampil dengan segala kekejamannya. Banyak anggota gereja perdana harus berdiaspora. Setelah Saulus bertobat menjadi Paulus maka gereja mulai leluasa mewartakan kebangkitan Kristus dan Injil kepada segala bangsa.
Petrus melakukan perjalanan misionernya ke Lida dan Yope. Setelah menyembuhkan Eneas dan membangkitkan dorkas, ia mendapat satu pengalaman iman yang baru dalam komunitas. Ketika itu para rasul dan jemaat di Yudea masih berpikir bahwa Yesus hanya untuk mereka dan merasa cemburu kalau ada orang bukan Yahudi juga ikut percaya kepada Yesus dengan menerima FirmanNya. Muncullah saat itu kelompok bersunat dan tak bersunat. Orang-orang bersunat menganggap Petrus tercemar karena ia masuk dan makan bersama kaum tak bersunat. Petrus lalu menjelaskan penglihatannya kepada mereka. Ketika sedang berdoa, ia melihat suatu benda berbentuk kain segi empat turun dari langit. Di atas kain itu terdapat aneka hewan yang berkaki empat, binatang liar, menjalar dan burung-burung. Petrus mendengar suara yang memerintahkannya untuk menyembeli dan memakannya namun ia menolak. Semuanya ditarik kembali ke langit.
Setelah penglihatannya selesai, Petrus melihat ada tiga orang yang datang untuk menjemputnya. Mereka pergi ke rumah seorang perwira Romawi bernama Kornelius. Dia adalah seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah juga terkenal baik di antara orang-orang Yahudi. Petrus masuk ke rumah Kornelius dan mereka semua dibaptis oleh Petrus. Bagi Petrus ini adalah bagian dari rencana Allah bahwa Ia mengutus Yesus PuteraNya untuk menyelamatkan semua orang. Hal yang menarik perhatian adalah, ketika Petrus berbicara dan seisi rumah Kornelius penuh dengan Roh Kudus. Ini adalah Pentekosta baru. Mereka mengingat kembali perkataan Yesus bahwa Yohanes sudah membaptis dengan air tetapi mereka sendiri akan dibaptis dengan Roh Kudus. Dengan medengar penjelasan Petrus tentang pembaptisan Kornelius ini maka semua murid menjadi tenang. Mereka menjadi sadar bahwa kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.
Pengalaman Petrus ini adalah pengalaman ekumenis. Tuhan mengasihi semua orang dan tidak perlu ada yang berpikir status quo keselamatan. Artinya tak perlulah kita merasa bahwa menjadi orang katolik itu adalah jaminan seratus persen diselamatkan. Menjadi katolik saja belumlah cukup, kita harus hidup sungguh-sungguh kristiani, hidup seperti Yesus Kristus.Banyak orang hanya beragama katolik tetapi tidak beriman kristiani. Kita perlu menyadari bahwa ternyata kepada bangsa-bangsa lain Allah juga mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.
Saya teringat pada Mahatma Gandhi. Ketika masih muda ia berada di Afrika selatan dan saat itu masih ada apartheid. Orang berkulit putih mengusirnya karena ia berkulit hitam. Ia tidak boleh bergabung dengan orang berkulit putih untuk berdoa bersama. Pada kesempatan lain, ada seorang misionaris protestan bertanya kepadanya, apakah ia mau menjadi pemeluk kristiani, karena ternyata ajaran dan pandangan hidupnya sangat kristiani. Mahatma Gandhi mengatakan bahwa ia memang mencintai Kristus tetapi bukan bagi orang kristiani. Mereka hanya mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan tetapi hidup mereka jauh dari Yesus Kristus sendiri.
Tuhan Yesus adalah gembala yang baik. Gembala yang baik mengenal dan mengasihi domba-dombanya dengan menyerahkan nyawa bagi domba-dombanya. Sifat ekumenis ditunjukkan Yesus ketika Ia berkata: “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini. Domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dan satu gembala.” (Yoh 10: 16). Artinya bahwa Yesus diutus Bapa untuk mengasihi semua orang. Dialah yang menyerahkan nyawaNya bagi kita semua.
Gereja senantiasa diperbaharui dalam Roh. Hal yang penting di sini adalah kita sebagai UmatNya terbuka kepadaNya dan siap untuk melakukan kehendakNya.Kita butuh Roh Kudus yang datang untuk membaharui muka bumi supaya semua orang sehati dan sejiwa dalam Kristus. Bukalah dirimu kepada Tuhan, biarlah ia membaharui dirimu.
Doa: Tuhan, bukalah hati kami untuk patuh kepada RohMu. Amen
PJSDB