Hari Selasa, Pekan Paskah IV
Kis 11:19-26
Mzm 87:1-3,4-5,6-7
Yoh 10:22-30
I am a Christian
Ketika berada di Mesir untuk pertama kali, para petugas imigrasi Mesir merasa heran karena nama saya Yohanes dan pekerjaan saya adalah seorang biarawan. Ia memadang saya dan bertanya: “Apakah anda sungguh-sungguh orang Indonesia?” Saya menjawab, “Ya, saya seratus persen warga negara Indonesia.” Ia bertanya lagi: “Mengapa namamu Yohanes dan pekerjaanmu seorang biarawan? Andakan seorang muslim? Saya menjawabnya: “Indonesia negaraku adalah negara yang pluralis dan sangat toleran. Saya seorang pengikut Kristus yang setia dan sedang belajar untuk tetap setia selamanya. Saya bangga memiliki Pancasila, bangga memiliki sahabat kenalan yang berbeda agama dan kepercayaan denganku.” Ia mengagguk dan memberikan pasportku. Setelah menerima pasportku, saya mengatakan kepadanya: “Saudara harus menjadi orang yang pintar dan cerdas, bukan seolah-olah pintar dan cerdas.” Air mukanya berubah, penuh kekesalan. Ya, banyak orang di Timur Tengah selalu berpikir bahwa semua orang Indonesia beragama Islam.
Banyak di antara kita juga yang suka memperhatikan tanda-tanda lahiria berupa asesoris keagaamaan. Kalau melihat patung orang kudus, Rosario dan salib dengan Corpus pasti seratus persen orang katolik. Ada kepuasaan tersendiri melihat benda-benda rohani itu. Kalau melihat salib tanpa Corpus berarti orang Kristen Protestan. Kalau melihat tasbih dan tulisan arab berarti saudara Muslim. Kalau melihat patung Budha berarti orang Budha. Memang sangat lucu karena hidup keagaaman hanya dilihat lahirianya saja. Tanda-tanda lahiria atau aksesoris itu tidak seratus persen menggambarkan agama dan kepercayaan seseorang. Misalnya, kalau seorang memiliki tulisan Arab, belum tentu ia beragama Islam, karena tulisan itu adalah doa Bapa kami dalam bahasa Arab. Ketika orang hanya berhenti pada tanda-tanda lahiria saja maka ia belumlah orang yang beriman. Dia mungkin hanya beragama tetapi belum beriman.
Pada hari ini kita mendengar kisah perkembangan Gereja perdana. Gereja perdana berkembang karena ada penganiayaan, penderitaan dan kemalangan. St. Lukas melaporkan dalam Kisah Para Rasul bahwa jemaat Gereja Purba tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia. Mereka tetap berani untuk memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Hal yang baik adalah mereka berani untuk memberitakan Injil tetapi sayangnya hanya untuk orang Yahudi. Mereka masih berpikir bahwa orang kristiani hanyalah orang Yahudi saja sedangkan orang dari bangsa yang lain tidak diakui. Gereja purba akhirnya mengubah mentalitasnya untuk terbuka dengan bangsa lain yang belum mengenal hukum Taurat dan tidak bersunat. Mereka dari golongan ini jugapercaya bahwa Yesus Kristus sungguh bangkit dari alam maut dan bahwa Dia adalah Tuhan. Tuhan memihak mereka dengan tanganNya yang perkasa dan banyak orang berbalik kepada Tuhan.
Berita bahwa ada orang bukan Yahudi, dari bangsa lain yang tidak bersunat juga percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan InjilNya juga di dengar di Yerusalem. Barnabas diutus ke Antiokhia untuk menyelidiki kebenaran berita ini. Ketika Barnabas tiba di Antiokhia, ia sangat bergembira karena kasih karunia Allah ada di dalam komunitas itu. Mereka setia kepada Tuhan. Barnabas kemudian mencari Saulus dan membawanya ke Antiokhia. Komunitas Antiokhia menamakan dirinya untuk pertama kali sebagai orang Kristen bersama Saulus yang tinggal satu tahun di tempat itu.
Kisah ini memabantu kita untuk merasa bahwa menjadi orang Kristen itu sebuah perjuangan, butuh pengorbanan diri bahkan menyerahkan nyawa sebagai martir. Kita tidak hanya berbangga sebagai orang katolik, orang Kristen tetapi lebih dari itu, kita siap untuk menjadi serupa dengan Kristus. Artinya kita siap untuk memikul salib dan mengikutiNya hari demi hari. Kristus harus menjadi besar dan kita menjadi kecil. Kata Christian kalau dipenggal menjadi Christ-ian dan kepanjangannya Christ, I am nothing. Kristus, saya tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5).
Penginjil Yohanes melaporkan bahwa Yesus berjalan-jalan di serambi Salomo. Banyak orang berada dalam kebimbangan tentang identitas Yesus. Mereka merindukan seorang Mesias yang bisa membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi. Harapan mereka kepada Yesus tentu akan meleset. Yesus adalah Mesias yang membebaskan kita dari dosa-dosa. Banyak orang juga masih belum percaya kepada Yesus dan bisa masuk kategori bukan domba yang percaya kepadaNya. Orang-orang yang sungguh percaya kepada Yesus akan mendengar dan mentaatiNya.
Pada hari ini pikiran kita diarahkan pada luhurnya nilai pengurbanan diri. Kita belajar dari Yesus yang mengurbankan dirinya bagi kita. Kita belajar dari para rasul yang menderita penganiayaan tetapi tetap berani mewartakan Injil. Mereka patut menjadi domba yang baik yang mendengar suara gembalanya dan mengikutinya. Apakah anda dan saya adalah domba yang baik, yang setia kepada Kristus? Apakah anda dan saya sungguh-sungguh beriman kristiani atau hanya beragama katolik?
Doa: Tuhan, bantulah kami supaya mengimani Engkau dengan sepenuh hati. Amen.
PJSDB