Hari Kamis, Prapaskah IV
Kel 32:7-14
Mzm 105: 19-23
Yoh 5:31-47
Lakukanlah kehendak Allah!
Habemus Papam! Viva il Papa! Ini tentu teriakan sukacita seluruh dunia untuk Kardinal Jorge Mario Bergoglio, Uskup Agung Emeritus Buenos Aires, Argentina yang terpilih menjadi Paus dengan nama Fransiskus I menggantikan Paus Benediktus XVI. Dalam sambutan awalnya semalam, Paus terpilih memohon doa dari seluruh umat katolik sebagai berkat baginya dalam menggembalakan umat katolik dan melakukan kehendak Allah. Memang tugas sebagai gembala adalah melakukan kehendak Allah hari demi hari dalam karya pelayanan. Paus Fransiskus I berhadapan dengan dunia yang modern, penuh tantangan. Banyak orang miskin, diperlakukan tidak adil dan dilecehkan martabatnya. Ini adalah opsi pelayanan Gereja masa kini. Kehendak Allah terwujud ketika setiap orang merasa dihargai martabatnya sebagai manusia yang diciptakan sewajah dengan Allah sendiri.
Bacaan-bacaan liturgi hari ini menghadirkan dua figur penting yang melaksanakan kehendak Allah. Pertama, Musa dalam dunia perjanjian Lama, Kedua, Yesus dalam dunia Perjanjian Baru. Dalam bacaan pertama dari Kitab Keluaran kita mendengar bagaimana orang-orang Israel lupa diri di kaki gunung Sinai. Pada waktu itu Musa naik ke atas Gunung Tuhan untuk bertemu dengan Tuhan Allah. Selama lebih kurang 40 hari berada di atas gunung membuat orang-orang Israel kehilangan pegangan hidup. Mereka meminta kepada Harun: “Marilah, buatlah untuk kami allah yang berjalan di depan kami, sebab kami tidak tahu apa yang terjadi dengan Musa yang telah membawa kami keluar dari Mesir” (Kel 32:1). Mengapa orang Israel dapat berlaku demikian? Karena mereka memang belum sepenuhnya bersatu dengan Tuhan. Kalau sekiranya mereka bersatu dengan Tuhan maka mereka akan melakukan kehendak Tuhan Allah sendiri.
Harun pun mengikuti permintaan mereka. Bahan-bahan dasar untuk membuat patung anak lembu tuangan berasal dari milik mereka berupa anting-anting emas dan mesbah untuk persembahan. Orang-orang Israel lalu menyembah patung anak lembu buatan tangan mereka. Tentu saja ini bukanlah kehendak Tuhan Allah. Mereka terang-terangan menjauhkan diri dari Tuhan sehingga patutlah mendapat hukuman. Relasi dengan Tuhan menjadi sulit dan Tuhan akan mengancam, menyiksa kemudian mengampuni. Situasi yang dihadapi orang Israel adalah bahwa ternyata hukum-hukum Tuhan itu belumlah cukup. Mereka butuh hati yang baru (Yer 31:31).
“Buatlah allah-allah bagi kami”. Rasanya orang Israel belum menerima Allah yang diwartakan Musa kepada mereka. Bagi mereka Allahnya Musa menuntut, menantang dan memerintahkan untuk menaklukan tanah Kanaan. Mereka lebih suka allah atau dewa mereka yang dipuja dengan simbol anak lembu emas. Ini adalah dewa El, yakni dewa kuno di Kanaan yang bagi mereka berwatak baik, menentramkan hati mereka. Dosa yang dibuat oleh mereka adalah membuat allah sesuai kebutuhan dan selera mereka, di samping membuat gambar Allah sendiri.
Dengan demikian Tuhan menunjukkan murkaNya kepada orang Israel yang lupa diri. Tuhan berbicara kepada Musa: “Aku melihat bahwa bangsa ini keras kepala. Sekarang biarkan murkaKu bernyala terhadap mereka. Aku akan membinasakan mereka, tetapi daripadamu Aku akan membangun sebuah bangsa besar”. (Kel 32:9-10). Tuhan mau supaya hanya dari keturunan Musa saja yang bisa lanjut ke tanah terjanji karena ternyata bangsa Israel tidak setia lagi kepada Tuhan. Namun Musa berusaha meredam murka Tuhan Allah. Ia berkata, “Tuhan mengapa murkaMu bernyala-nyala terhadap bangsa yang telah Kaubawa keluar dari negeri Mesir dengan kekuasaan besar dan dengan tenaga yang kuat?” Musa mengingatkan Tuhan akan janji-janjiNya kepada nenek moyang mereka yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Tuhan akhirnya luluh hatiNya dan mengampuni orang-orang Israel.
Pengalaman Musa kiranya mirip dengan pengalaman Yesus dalam Injil hari ini. Orang-orang yang mengikuti Yesus menyaksikan pekerjaan-pekerjaan Bapa di dalam diri Yesus tetapi orang-orang masih belum percaya kepada Yesus. Ia melakukan kehendak Bapa tetapi masih dipertentangkan oleh manusia. Mereka menuntut tanda-tanda tertentu. Yesus lalu mengingatkan mereka akan tiga tanda penting: Pertama, kesaksian Yohanes Pembaptis bahwa Yesus adalah Penebus. Kedua, pekerjaan-pekerjaanNya adalah pekerjaan Bapa dalam rupa mukjizat-mukjizat. Ketiga, Sabda Tuhan dari Kitab Suci yang mengacu kepadaNya. Semua kesaksian ini sudah ada dan mereka tahu tetapi hati mereka tetap tertutup pada Yesus.
Sabda Tuhan hari ini sangat nyata dalam hidup kita. Pertama-tama bayangkanlah allah-allah di dalam hidupmu. Temukan apa allah yang menghambatmu untuk berjumpa dengan Allah yang benar? Uang dan material, kekuasaan, kenikmatan, popularitas adalah allah-allah masa kini yang menghambat kita untuk mencapai Allah yang benar. Jadi membayangkan kalimat “buatlah allah-allah bagi kami” membuat kita seharusnya tegar untuk membakar allah-allah itu seperti yang dilakukan oleh Musa terhadap patung anak lembu buatan tangan orang Israel. Pada zaman ini orang yang mengaku beriman juga mencari suatu agama atau spritualitas yang rileks, bebas dari kontradiksi yang akan dihadapi apabila seseorang bekerja bagi Allah di dunia.
Kita juga diingatkan untuk terbuka menerima kehendak Tuhan dalam pengalaman hidup setiap hari. Orang-orang Israel menyembah berhala karena mereka tidak setia dan bersatu dengan Musa sebagai pemimpin mereka. Dalam pengalaman hidup menggereja, kita patut bersatu dengan para pemimpin atau gembala. Mereka adalah pilihan Tuhan untuk melayaniNya dan Gereja atau umat Allah. Ini menjadi momen yang tepat untuk menghargai dan mendoakan Bapa Suci terpilih Fransiskus I.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menyadari kasihMu dan semoga kami mampu menerima kehendakMu. Amen
PJSDB