Hari Senin, Prapaskah III
2Raj 5:1-15
Mzm 42: 2-3; Mzm 43: 3-4
Luk 4:24-30
Cinta kasih merobohkan tembok pemisah manusia
Saya punya satu pengalaman menarik. Ketika masih berkarya sebagai pastor paroki di St. Yohanes Bosco Sunter, kami memiliki team yang bagus. Kehadiran “RomPet” dan “RomOn” membawa angin segar dan perubahan yang berarti di Paroki ini. Salah satunya adalah doa bersama sebelum bekerja disertai renungan singkat yang dibawakan kami para romo. Dari semua karyawan di Gereja lebih banyak beragama Islam. Setiap hari mereka-mereka ini selalu nomor satu yang hadir di depan Plaza Bunda Maria untuk berdoa bersama secara umum. Kebiasaan ini berkembang terus hingga saat ini dan menjadi suatu kebiasaan yang baik. Cinta kasih itu universal dan sifatnya mempersatukan semua orang dari segenap suku dan bahasa serta agama dan kebudayaan. Cinta kasih yang lahir dari doa bersama. Satu hal positif yang saya lihat dalam persekutuan majemuk ini adalah mereka yang bukan katolik kadang hadir lebih tepat waktu. Mengapa? Karena mereka juga mencintai Tuhan yang mereka imani.
Kadang-kadang orang merasa status quo sebagai orang yang dibaptis. Bahkan yang sudah lama dibaptis juga masih berpikir status quo sehingga mereka lupa dan menjadi sombong secara rohani. Di dalam keanggotaan sebagai jemaat Tuhan saja masih saling membandingkan diri orang lain dengan dirinya, membandingkan gereja lain dengan gerejanya. Bahkan lebih parah ada yang tidak begitu tahu tentang sejarah Gereja dalam hal ini orang katolik yang merasa bahwa gereja tetangga lebih hidup dari pada gereja katolik. Gereja katolik kuno dan kaku! Para gembala pun dengan sendirinya tidak dihargai oleh umatnya sendiri ketika memunculkan gosip, menganggap pastornya kurang gaul dalam memberi homili karena terlalu kaku, pokoknya ada litani serba salah dari pastor. Maka kadang pastor lebih dihargai di luar parokinya, dari pada di antara keluarga dan sahabat kenalan di dalam parokinya sendiri. Kadang pastor lebih dihargai saudara-saudara dari jemaat Gereja lain di bandingkan umat katolik sendiri.
Tuhan Yesus dalam bacaan hari ini sedang berada di Nazaret, kampung halamanNya. Di sana Ia masuk ke dalam Sinagoga dan membaca Firman Tuhan dari Kitab nabi Yesaya. Setelah selesai membacanya semua orang takjub, merasa heran akan hikmat dan kebijaksanaanNya. Tetapi ada juga orang yang merasa terganggu dan mempertanyakan eksistensi Yesus. Orang-orang itu hanya melihat hal-hal yang sifatnya manusiawi seperti latar belakang keluarga. Oleh karena itu Yesus dengan tegas berkata: “Sungguh tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya”. Yesus menjadi orang asing di negeri sendiri.
Selanjutnya Yesus mengambil contoh-contoh dalam dunia perjanjian lama untuk membuka pikiran mereka. Contoh pertama adalah janda di Sarfaat yang mendapat kunjungan nabi Elia. Sarfaat adalah daerah Sidon, daerah orang kafir bagi komunitas Yahudi. Contoh kedua Naaman orang Siria disembuhkan atas perintah nabi Elisa di sungai Yordan. Dua orang asing memperoleh keselamatan karena menerima utusan Tuhan sedang di Israel sendiri mereka tidak diterima secara penuh. Para nabi sendiri disadarkan Tuhan bahwa cinta kasih itu universal jadi di luar komunitas yahudi pun Tuhan berkarya dan menyelamatkan. Sementara di dalam komunitas sendiri ada penolakan. Tentang hal ini Yesus berkata, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah karena upahmu besar di Surga, sebab demikianlah juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu”. (Mat 5:11-12).
Kedua contoh di atas juga membuktikan bahwa Yesus melakukan pekerjaan Bapa seperti pekerjaan yang dilakukan para nabi dalam Perjanjian Lama. Elia dan Elisa adalah dua nabi yang menghadirkan belas kasih Allah yang melimpah kepada orang-orang yang dianggap kafir oleh orang yahudi. Kemiskinan sang janda dan sakit kustanya Naaman menjadi perhatian istimewa dari Allah bagi manusia yang tidak diperhitungkan dalam masyarakat sosialnya. Yesus juga melakukan hal yang sama dengan mengorbankan diriNya sebagai tebusan bagi semua orang. Dia yang meskipun kaya, rela menjadi manusia yang miskin dan menderita supaya manusia miskin menjadi kaya atau layak sebagai anak Allah (2Kor 8:9).Dia adalah tabib yang menyembuhkan sakit penyakit (Luk 5:31). Sungguh, cinta kasih itu merubuhkan tembok-tembok pemisah. Cinta kasih itu mempersatukan semua orang.
Doa: Tuhan, ajarilah kami cinta kasihMu dan biarkanlah kami terus menerus mengasihiMu dan sesama kami. Amen
PJohnSDB