Hampir genap waktunya
Ada seorang kepala suku. Ia mempunyai tiga orang anak yang sangat dikasihinya. Pada suatu kesempatan sang kepala suku jatuh sakit. Ia menyadari bahwa saatnya meninggal dunia sudah di ambang pintu. Maka dengan legowo ia memanggil ketiga anaknya. Ia berpesan kepada mereka bahwa saat meninggalnya sudah di ambang pintu. Oleh karena itu ia harus mewariskan takhta sebagai kepala suku kepada salah seorang anaknya. Syaratnya adalah ketiga anak disuruh untuk mendaki gunung yang ada di dekat kampung di mana suku mereka menetap. Mereka harus menemukan hadia yang istimewa yang dapat dipersembahkan kepada ayah mereka. Maka terjadilah bahwa mereka bertiga mendaki gunung tersebut. Ini adalah pendakian yang menegangkan karena mereka harus melirik apa yang kiranya menjadi hadia bagi sang ayah.
Anak sulung melihat sebuah batu yang indah. Ia mendekati dan mengamati batu tersebut. Ia berpikir bahwa batu yang indah itu adalah hadia yang tepat buat sang ayah, lagi pula batu itu unik di daerah tersebut. Anak yang kedua menemukan sebuah bunga. Ia memetiknya dan mengatakan dalam hatinya bahwa bunga itu indah. Ayahnya pasti senang menerima bunga itu, lagi pula, ayahnya menyenangi tanaman bunga. Anak yang ketiga tidak menemukan material tertentu untuk dijadikan hadiah. Ia hanya terpesona dengan indah dan suburnya daerah yang berada di belakang gunung tersebut. Sambil berada di bawah pohon ia membayangkan bahwa sekiranya Tuhan menghendaki maka pada suatu saat yang tepat, suku mereka akan berpindah ke sana. Mereka bertiga pun turun gunung dengan membawa hadia masing-masing untuk ayah. Anak pertama membawa batu dan menjelaskannya kepada sang ayah tetapi ayah tidak mau karena batu bukan barang unik baginya. Demikian terjadi juga dengan anak kedua. Sang ayah mengatakan bahwa bunga bukanlah yang unik dan penting baginya. Anak ketiga tanpa membawa apa-apa masuk dan menjelaskan isi otaknya. Ia terpesona dengan indah dan suburnya daerah di belakang gunung tersebut. Ia membayangkan kalau sekiranya Tuhan menghendaki maka suku mereka dapat berpindah ke sana. Ayahnya memuji si bungsu karena memiliki visi dan misi yang jelas untuk masa depan sukunya.
Hari ini adalah hari ketiga puluh Renungan Harian untuk Pria Katolik. Sejak hari pertama Djohan dan saya berusaha menawarkan kepada para pria katolik tema-tema yang dapat menjadi spiritualitas khas bagi para pria katolik. Permenungan-permenungan yang didengar dalam format audio berisi pendalaman iman, motivasi untuk bertumbuh dalam iman dan harta terpendam yang belum di jamah oleh pria katolik di dalam dirinya dan diri sesama. Lihatlah bahwa di dalam diri masing-masing ada potensi besar yang Tuhan titip dan harus dikembangkan untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa. Ad Maiorem Dei Gloriam!
Kini kita bersama melihat ke depan dengan visi yang jelas bahwa segala potensi kehidupan kita haruslah menjadi seperti talenta yang dipakai untuk kebahagiaan diri sendiri dan banyak orang di dalam gereja dan negara. Harta terpendam di dalam diri kita masing-masing haruslah kita olah untuk kebahagiaan banyak orang. Jangan pernah menjadi seperti tikus yang mati di dalam karung beras. Ada potensi tetapi mematikannya, takut untuk melayani.
Tuhan Yesus memberi contoh kepada kita bagaimana Ia menghayati visi dan misiNya. Ketika hampir genap waktunya Ia diangkat ke Surga, Ia mengarahkan pandanganNya untuk pergi ke Yerusalem dan Ia mengirim beberapa utusan untuk mendahului Dia. (Luk 9:51-52). Ketika saatNya hampir tiba Yesus mengarahkan pandanganNya ke Yerusalem. Kalimat ini meringkas semua hal yang ada di dalam diri Yesus dalam hubunganNya dengan BapaNya. Yesus selalu optimis sehingga Ia mengarahkan pandanganNya ke Yerusalem. Di sanalah Ia akan menggenapi semua janji keselamatan bagi umat manusia. Yesus akhirnya pergi ke Yerusalem dan menggenapi semuanya. Keselamatan pun kita rasakan hingga saat ini.
Renungan Pria Katolik yang kami rintis selama tiga puluh hari terakhir sedang mencari identitasnya. Kami memiliki visi ke depan dengan harapan bahwa para rekan-rekan pria katolik dapat menggali semua potensi yang ada di dalam diri masing-masing untuk memuliakan Tuhan. Dengan demikian tema-tema yang kami hidangkan mendukung dan mengoreksi serta membimbing untuk semakin bertumbuh sebagai pria katolik sejati di dalam Gereja dan negara. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para pemirsa yang setia mendengar dan membaca Renungan Harian Pria Katolik selama tiga puluh hari terakhir ini. Dukunglah kami dalam doa-doamu untuk merasul di media ini. Semoga semakin banyak orang menjadi akrab dengan Allah Tritunggal, Bapa, Putera dan Roh Kudus.
PJSDB