Homili 6 Agustus 2014

Pesta Yesus Menampakkan KemuliaanNya
Dan 7:9-10.13-14 atau
2Ptr 1:16-19
Mzm 97:1-2.5-6.9
Mat 17:1-9

Menikmati kemuliaanMu

Fr. JohnBeberapa hari yang lalu saya melihat sebuah buku bacaan rohani di perpustakaan komunitas. Saya mengambil dan membuka beberapa halaman untuk melihat sepintas isi buku itu. Di dalamnya terdapat sebuah pembatas buku dengan tulisan tangan yang indah, kiranya itu sebuah sebuah lirik lagu bukan sebuah puisi atau sajak. Bunyinya: “Bawaku lebih dalam, masuk dalam hadiratMu. Lebih lagi lebih lagi, menikmati kemuliaanMu. Penuhiku Roh Kudus, dengan kuasa urapanMu. Lebih lagi lebih lagi, sampai RohMu menguasaiku.” Kata-kata dalam pembatas buku ini sederhana tetapi bagiku cukup insipratif karena bisa menjadi sebuah doa memohon supaya Tuhan sendirilah yang membawa diri pribadi kita masuk lebih dalam lagi di hadiratNya dan menikmati kemuliaan Tuhan.

Pada hari ini seluruh Gereja Katolik juga Gereja Ortodox dan Gereja Anglikan merayakan pesta Yesus menampakkan kemuliaanNya. Pesta ini sering disebut juga dengan nama Transfigurasi. Perayaan ini sebelumnya sangat populer di Gereja Timur. Di Gereja Barat atau Gereja katolik, perayaan ini resmi dirayakan secara liturgis pada tahun 1457. Pesta ini juga menjadi ucapan syukur atas kemenangan tentara kristiani yang memukul mundur pasukan Turki di Belgrado.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita untuk mengasihi Yesus sebagai satu-satunya Penebus kita. St. Petrus dalam bacaan pertama mengatakan bahwa dia adalah salah satu saksi mata kebesaran Yesus Kristus. Ia bersama para rasul lainnya menikmati kemuliaan Tuhan Yesus Kristus dan diwariskan turun temurun di dalam Gereja. Petrus menulis: “Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.” (2Ptr: 1:17-18). Pengalaman iman ini bagi Petrus sangat meneguhkan dan ia berharap supaya Gereja juga ikut merasakannya “seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.” (2Ptr 1:19).

Para Penginjil melaporkan bahwa Yesus selalu menggunakan kesempatan tertentu setelah melayani manusia untuk pergi menyendiri di atas bukit dan berdoa, kadang semalam-malaman Ia berdoa di sana. Namun kali ini Yesus mengajak tiga murid inti yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk mendaki sebuah gunung yang tinggi. Mereka sendirian saja di sana. Di atas puncak gunung itu Yesus berubah rupa: “Wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.” (Mat 17:2; Mrk 9:2-3). Peristiwa Yesus berubah rupa atau transfigurasi ini mirip dengan pengalaman Musa ketika berjumpa dengan Yahwe di atas gunung Sinai: “Ketika Musa turun dari gunung Sinai, kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa, ketika ia turun dari gunung itu, tidaklah ia tahu bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan Tuhan.” (Kel 34:29). St. Paulus berkata: “Mata orang Israel tidak tahan menatap wajah Musa yang cemerlang.” (2Kor 3:7). Di dalam perikop Injil kita, Tuhan Yesus menampakkan kemuliaanNya bersama Musa (Torah) dan nabi Elia (seorang nabi besar) di hadapan Petrus Yakobus dan Yohanes yang mewakili para muridNya.

Menjadi pertanyaan kita adalah apa makna Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas gunung yang tinggi? Sebelumnya Yesus sudah memberitahu tentang penderitaanNya (Mat 16: 21). Kali ini Yesus menampakkan kemuliaanNya untuk mempertegas pemberitahuanNya itu bahwa Ia akan pergi ke Yerusalem dan di sana Ia akan menanggung banyak penderitaan, ditolak dan disalibkan. Pengalaman PaskahNya ini sebenarnya sudah ada dalam Kitab Taurat (Musa) dan Kitab para nabi (Elia). Pada saat yang sama, Allah Bapa sendiri bersaksi: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia” (Mat 17:5). Allah Bapa bersaksi untuk memuliakan PuteraNya karena Yesus Putera taat kepadaNya. Awan terang yang menaungi Yesus dan para muridNya adalah shekinah, tempat Allah bersemayam dan mengingatkan orang-orang Yahudi yang berharap bahwa ketika Mesias datang, awan kemuliaan Tuhan akan menaungi kembali Bait Suci di Yerusalem (Kel 16:10; 19:9; 33:9; 1Raj 8:10; 2 Mak 2:8).

Pada hari ini Tuhan Yesus menghendaki agar kita yang mendengar sabdaNya pun ikut menikmati kemuliaanNya. Tuhan Yesus juga membuka jalan bagi kita untuk menikmati kemuliaan Bapa dengan mengikutiNya, mendengar dan melakukan sabdaNya di dalam hidup kita. Allah Bapa sendiri menghendaki agar kita mendengar PuteraNya. Dengan mendengar Yesus, kita mendengar Bapa sendiri karena Yesus dan Bapa adalah satu.

Apa yang harus kita lakukan? Kita diingatkan untuk tidak berhenti percaya kepada Yesus, satu-satunya Penyelamat kita. Caranya adalah pertama, dengan mendengar, mentaati, mengasihi Tuhan melalui SabdaNya. Kedua, dengan kesiapan hati untuk memikul salib dan mengikutiNya. Kebanggaan sebagai Pengikut Kristus adalah ketika menjadi sahabat seperjalanan, memikul Salib bersama Yesus. Ketiga, merasa bahwa Yesus adalah segalanya. Ketika Petrus, Yakobus dan Yohanes mengangkat kepala, mereka hanya melihat Yesus seorang diri saja. Kita pun hendaknya demikian!

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk hari demi hari ikut merasakan kemuliaanMu.  Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply