Deus Omnia omnibus!
Pada suatu kesempatan saya mendapat sebuah pesan singkat dari seorang sahabat. Dia menanyakan makna sebuah ungkapan dalam bahasa Latin: “Ut sit Deus Omnia omnibus”. Saya menerjemahkannya secara harafiah, dan mengingat perkataan St. Paulus: “Tetapi segala sesuatu telah ditaklukan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.” (1Kor 15:28). Maka “ut si Deus Omnia omnibus” berarti: “Supaya Allah menjadi semua di dalam semua”.
Apakah kita pernah menyadari hidupmu bahwa “Allah menjadi semua di dalam semua?” Allah adalah segalanya bagi manusia. Ia menciptakan kita bahkan segala ciptaan diperuntukkan bagi kita. Nah, kita butuh revolusi melawan lupa. Mengapa? Karena kita mudah lupa Tuhan Allah dan segala kebaikanNya. Kita merasa bahwa segalanya terjadi secara alamiah maka tak perlu disyukuri. Ada yang berpikir bahwa segalanya memang tugasnya Tuhan bagi manusia. Ya, memang demikian tetapi kita perlu bersyukur karena Dia menjadi semua di dalam semua.
Paulus juga menulis: “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.“ (Rm 11:36). Tuhan adalah asal muasal segalanya. Kita berasal dari padaNya, hidup bagiNya dan terarah menuju kepadaNya. Hidup dan mati ada di tanganNya. St. Siprianus mengatakan bahwa ketika lahir kita sudah memiliki tali kematian. Kita akan ditarik menuju kepada kematian dan selanjutnya bersatu dengan Allah. Sadarilah, anda dan saya memiliki tali kematian yang selalu mengarah kepadaNya, entah kapan!
PJSDB