St. Agustinus
Hari Kamis, Pekan Biasa XXI
1Kor 1:1-9
Mzm 145:2-3.4-5.6-7
Mat 24:42-51
Too late have I loved you!
Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan pesta St. Agustinus. Banyak di antara kita sedikit mengetahui masa lalunya. Ia hidup dalam kegelapan tetapi atas doa, kesabaran dan pengorbanan diri ibunya Monika maka ia bertobat dan dibaptis oleh Ambrosius, Uskup Milano. Ia menulis banyak traktat filsafat dan teologi dan pengaruhnya amat besar dalam pemikiran Gereja Katolik. Dalam bukunya “Pengakuan St. Agustinus” ia mengungkapkan isi hatinya misalnya: “Too late I loved you, o Beauty so ancient, O beauty so new. Too late I have loved you!” Ini merupakan ungkapan kesadaran Agustinus di hadirat Tuhan. Ia merasa sudah lambat mengasihi Tuhan, tetapi Tuhan sendiri tidak pernah terlambat mengasihi dirinya. Kasih itu suatu keindahan yang luar biasa dari Allah. Memang, bagi manusia ada sesuatu yang terlambat misalnya dalam mengasihi Tuhan, tetapi bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang terlambat, selalu datang pada waktunya. Dia yang lebih dahulu mengasihi kita. Dialah yang memanggil kita untuk menjadi kudus karena Dia setia kepada kita umat manusia.
Belajar dari pengalaman pribadinya, Agustinus berkata: ”Tuhan kita memiliki kekuatan untuk meletakkan kehidupan-Nya dan mengangkat-Nya kembali. Tapi kita tidak bisa memilih berapa lama kita akan hidup, dan kematian datang pada kita bahkan ketika hal tersebut bertentangan dengan kehendak kita. Kristus, dengan wafat-Nya, telah mengatasi kematian. Kebebasan kita dari kematian berasal dari kematian Kristus. Untuk menyelamatkan kita Kristus tidak memerlukan kita. Namun tanpa Kristus, kita tidak bisa melakukan apapun. Ia memberikan diri-Nya bagi kita seperti pokok anggur dan rantingnya; kita tidak bisa hidup bila terpisah dari Kristus”. Selain itu ia juga berkata: “Lebih mudah menginginkan sesuatu dari Tuhan dan bukan menginginkan Tuhan sendiri; seolah-olah karunia atau hadiah lebih disukai daripada Sang Pemberi.” Semua pengalaman rohani Agustinus ini berasal dari inisiatif Tuhan untuk menguduskannya. Semua semata-mata karena kasih Allah yang tidak berkesudahan baginya.
Apa kata Tuhan pada hari ini? Di dalam bacaan pertama, St. Paulus menyampaikan salam dan pesan-pesan rohani kepada jemaat di Korintus. Ia mengungkapkan syukurnya kepada Tuhan. Dalam bagian salam kepada jemaat Korintus, Paulus mengungkapkan iman dan kepercayaan kepada Tuhan Allah yang telah memanggilnya untuk menjadi rasul Kristus Yesus. Ia hidup bersama jemaat Allah di Korintus maka di matanya, orang-orang Korintus adalah orang-orang yang dikuduskan di dalam Kristus Yesus dan dipanggil menjadi orang-orang kudus. Selain orang Korintus, Paulus juga menyapa semua orang di segala tempat yang sama-sama dipanggil Tuhan untuk menjadi kudus. Harapan Paulus adalah kasih karunia dan damai sejahtera Tuhan tetap menyertai umat Allah.
Di samping ucapan salam, Paulus juga mengucap syukur kepada Tuhan karena kasih karunia yang boleh Tuhan berikan kepada jemaat di Korintus melalui Kristus Yesus. Hanya di dalam Yesus jemaat menjadi kaya dalam segala hal, dalam segala macam perkataan dan pengetahuan. Paulus percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus meneguhkan jemaat selamanya dan menjadikan mereka kudus. Dia yang memanggil yakni Tuhan itu setia adanya.
Pengalaman rohani Paulus yang diungkapkan dalam suratnya ini merupakan pengalaman gereja. Gereja bertumbuh dalam damai (shalom). Shalom menjadi tanda sukacita murid Tuhan yang telah dipanggil untuk menjadi kudus. Kasih karunia Tuhan juga menyertai orang-orang yang percaya kepadaNya. Gereja harus selalu bersyukur kepada Tuhan untuk anugerah hidup kekal dan kesetiaan dari Allah yang menyertai umatNya. Pengalaman gereja ini juga dialami oleh para kudus seperti St. Agustinus. Ia mengalami kasih Allah yang tiada berkesudahan sehingga dengan iman ia berani berkata: “Terlambat aku telah mengasihiMu!” Kesadaran manusia itu selalu lambat ketika Tuhan sudah lebih lama mengasihinya. Agustinus dalam pengakuannya berkata: “Engkau telah bersamaku tetapi aku sendiri tidak bersamaMu.” Tuhan memang setia menyertai kita tetapi kita selalu lupa dan tidak menyertaiNya.
Apa yang harus kita lakukan? Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil mengingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga dan berdoa senantiasa karena kita semua tidak tahu pada hari mana Tuhan datang untuk memanggil kita dan tinggal bersamaNya selamanya. Sikap selalu bersiap sedia adalah sikap rohani kristiani. Kalau kita kembali ke dalam kehidupan St. Agustinus, ia menjawab dengan sempurna harapan Tuhan Yesus ini. Ia berjaga-jaga dan percaya kepada rencana Tuhan yang indah baginya. Ia menulis: “Hal-hal indah telah menjauhkan aku dariMu padahal tanpaMu mereka juga tidak bisa ada.” Agustinus merasakan penyertaan Tuhan yang luar biasa.
Sambil merayakan pesta St. Agustinus ini, kita semua patut bersyukur karena Tuhan memberi orang kudusNya untuk menginspirasikan hidup kita supaya dari hari ke hari kita juga bisa berjalan dalam jalan kekudusan. Banyak kali kita tidak setia tetapi Tuhan setia adanya. Kita tidak mengasihi Tuhan, tetapi Tuhan selalu mengasihi kita. Mari kita membuka hati kita untuk menerima kasih dan kebaikan Tuhan sebagai anugerah yang indah, yang selalu baru hari demi hari.
Doa: Tuhan, kami bersyukur kepadaMu karena anugerah kekudusan yang Engkau berikan kepada kami. Amen
PJSDB