Hari Minggu Biasa XXXIII/A
Ams 31: 10-13.19-20.30-31
Mzm 128:1-2.3.4-5
1Ts 5:1-6
Mat 25: 14-30
Tuhan Menguji Kesetiaanmu
Saya mengawali Homili hari ini dengan mengutip Perkataan Tuhan melalui nabi Yeremia: “Aku memikirkan rancangan damai, bukan bencana; kamu akan berseru kepadaKu dan Aku akan mendengarkan kamu; Aku akan membawa kamu kembali dari semua tempat pembuanganmu.” (Yer 29: 11.12.14). Perkataan Tuhan ini sangat meneguhkan hati karena Ia mengasihi kita apa adanya. Ia tidak merencanakan kejahatan bagi kita, Ia semata-mata memperhatikan kita dengan kasih karunia yang selalu baru hari demi hari. Ia senantiasa mendengar doa-doa dan harapan yang kita sampaikan kepadaNya. Persoalannya adalah bagaimana kita menanggapi kasih dan kebaikan Tuhan di dalam hidup kita.
Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil memberikan perumpamaan tentang talenta. Perumpamaan ini mengarahkan pandangan kita kepada hari kedatangan Tuhan dan pengadilan terakhir. Tuhan mau menekankan bahwa penilaian terakhirNya tentang manusia sangat berkaitan dengan tingkah laku manusia saat ini. Penginjil Matius mengisahkan bahwa di atas bukit Zaitun Yesus menceritakan sebuah perumpamaan kepada para muridNya. Hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang yang mau bepergian ke luar negeri. Ia memanggil para hamba untuk memberikan talenta-talenta menurut kesanggupan mereka. Hamba pertama diberinya lima talenta, hamba kedua diberinya dua talenta dan hamba ketiga diberinya satu talenta.
Reaksi dari ketiga hamba itu berbeda-beda. Hamba pertama dan kedua segera menunjukkan tanggungjawabnya sebagai hamba setia dengan mengusahakan talenta itu sehingga menghasilkan talenta-talenta baru. Hamba pertama menghasilkan keuntungan lima talenta, hamba kedua menghasilkan keuntungan dua talenta. Hamba ketiga tidak menunjukkan tanggung jawabnya dan tidak setia kepada tuannya. Ia menggali lubang dan menyembunyikan talenta itu di dalam tanah.
Lama setelah itu, tuan hamba-hamba ini kembali. Ia meminta pertanggungjawaban dari ketiga hamba ini. Hamba pertama membawa lima buah talenta milik tuannya dan lima talenta yang merupakan keuntungannya. Hamba pertama ini dipuji oleh tuannya sebagai hamba yang baik dan setia serta bertanggung jawab sehingga layak tinggal dan merasakan kebahagiaan bersama tuannya. Hamba kedua datang membawa dua talenta milik tuannya dan dua talenta lain sebagai keuntungan dari usahanya mengembangkan talenta tuannya itu. Ia pun dipuji sebagai hamba yang baik dan setia serta bertanggung jawab sehingga boleh bergabung dalam suasana bahagia bersama tuannya.
Hamba yang ketiga hanya membawa talenta milik tuannya dan mengembalikan kepadanya. Inilah anggapannya terhadap tuannya: “Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!” (Mat 25: 24-25). Hamba ini mengadili dirinya berdasarkan perkataannya sendiri. Ia sungguh-sunggu lupa akan kebaikan tuannya dann tidak menunjukkan tanggung jawab kepada tuannya itu. Penderitaan adalah bagian dalam hidupnya selama-lamanya.
Perumpamaan ini sangat menarik perhatian kita. Setiap orang Kristen diberikan talenta atau anugerah besar oleh Tuhan Yesus yang sudah bangkit dengan mulia dan duduk di sisi Bapa untuk dikembangkan. Anugerah itu adalah InjilNya sendiri yang berisikan pemerintahan Allah dalam diri Yesus yang merupakan tanda kehadiran Kerajaan Allah. Tuhan memberi kepercayaan kepada manusia maka manusia memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar untuk mengembangkannya. Jadi bukan hanya sekedar anugerah dan selesai, tetapi sungguh-sungguh menjadi modal kerja dan tanggung jawab. Orang yang dibaptis memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah dalam hidupnya yang konkret. Apakah anda merasa diri sebagai bagian dari Injil dan siap untuk mewartakannya?
Amsal dalam bacaan pertama mengambil contoh relasi dalam keluarga manusia. Ia mengatakan bahwa istri yang cakap adalah pribadi yang bekerja secara optimal dan hal ini menunjukkan imannya kepada Tuhan. Istri seperti ini layak untuk dihormati dan dihargai selama-lamanya. Ia memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dalam keluarga. Penulis Kitab Amsal juga mengharapkan supaya orang jangan terpesona karena cashing atau tampak luarnya. Baginya, kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia. Diharapkan juga supaya segala potensi yang dimiliki oleh seorang wanita di manfaatkan semaksimal mungkin untuk kebaikan bersama. Seorang istri yang mampu menggunakan segala potensi untuk membahagiakan keluarga dan masyarakat akan menjadi bahagia selama-lamanya.
St. Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita untuk selalu siap menanti kedatangan Tuhan. Kedatangan Tuhan akan terjadi secara tiba-tiba dan dan saatnya juga tidak terduga. Tuhan Yesus sendiri sudah mengatakan bahwa sebagai Anak dan para malaikat di surga tidak tahu, hanya Bapa saja yang tahu kapan semuanya akan berakhir (Mat 24:36; Mrk 13:32). Untuk itu diharapkan supaya kita selalu siap menanti kedatangan Tuhan dan hidup dalam terang. Kita harus berjaga-jaga dan sadara diri.
Sabda Tuhan pada hari ini luar biasa. Mari kita berusaha supaya mengembangkan Injil yang Tuhan berikan kepada kita. Tugas anda dan saya adalah mewartakan Injil sampai ke ujung bumi dengan setia. Artinya selalu bertahan dalam segala situasi hidup kita, bahkan penderitaan dan maut sekali pun. Tuhan selalu menyertai kita maka jangan takut untuk mewartakan Injil? Apakah anda juga seorang hamba yang setia?
Doa: Tuhan, aku bersyukur kepadaMu karena Sabda yang menguatkan dan menyegarkanku. Amen.
PJSDB