Maria Imakulata
Kej 3:9-15.20 atau Ef 1:3-6.11-12
Mzm 98: 1-4
Luk 1:26-38
Maria Dikandung Tanpa Dosa
Kita sedang mengakhiri pekan pertama Adven dengan merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria dikandung tanpa noda. Mungkin banyak umat bertanya mengapa Solemnitas atau Hari Raya ini dirayakan selama masa adven?
Selama masa adventus kita memiliki model-model atau pribadi-pribadi yang dapat membantu kita menyiapkan diri dengan baik untuk menanti kedatangan Tuhan. Selama pekan pertama kita berjumpa dengan figur pertama yaitu Nabi Yesaya. Melalui bacaan pertama selama pekan pertama adven, kita dibantu Yesaya untuk berjalan menuju kepada Tuhan dengan kesiapan hati yang mantap. Tema-tema bacaan pertama dari nabi Yesaya selama pekan pertama adven adalah tentang keselamatan universal dari Tuhan, karya Roh Kudus, perjamuan, batu wadas, melihat terang dan belas kasih.
Figur kedua adalah Bunda Maria. Bunda Maria memiliki tempat yang istimewa dalam siklus liturgi ini karena perannya sebagai Ibu Yesus. Setelah menerima khabar sukacita, ia mengatakan “fiat” atau persetujuannya: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”. Persetujuan Bunda Maria ini membuatnya memiliki peran yang penting dalam kehidupan Yesus dan Gereja. Dari dialah sejarah keselamatan masuk dalam kehidupan manusia.Tugas Bunda Maria tidak hanya berakhir dalam peristiwa Bethlehem. Ia juga tetap menyiapkan umat manusia (gereja) untuk menyambut kedatangan Yesus Puteranya.
Figur ketiga adalah Yohanes Pembaptis. Dia adalah suara yang berseru-seru di padang gurun: “Siapkanlah jalan bagi Tuhan” (Mat 3:3). Ia membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan supaya orang lebih layak menerima Kristus, Al Massiah. Ia menunjuk Yesus sebagai Anak Domba Allah. Ia juga wafat sebagai martir karena memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
Hari ini kita fokuskan perhatian kita pada Bunda Maria. Perayaan Bunda Maria dikandung tanpa noda kiranya tepat bagi kita semua untuk mempersiapkan diri menanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Gereja melalui Paus Pius IX pada tanggal 8 Desember 1854 mengajarkan: “Bahwa perawan suci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah Yang Mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala dosa asal.” Hal terpenting dalam ajaran Gereja katolik ini adalah “karena jasa Yesus Kristus” bukan semata-mata diri Maria. Dia hanya manusia biasa tetapi menjadi kudus karena Yesus, Tuhan adalah kudus adanya.
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa Maria memiliki peranan yang penting dalam penebusan umat manusia? Saya teringat dengan sharing pengalaman Scott Hahn dalam bukunya Catholic for a Reason. Scripture anda the Mystery of the mother of God. Dia menulis, “Dalam kisah hidup saya, saya sendiri sebelumnya adalah seorang pelayan jemaat protestan dan sangat anti katolik, mirip penganiayaan Saulus melawan Maria namun secara mengaggumkan saya diangkat oleh rahmat Allah ke dalam kasih keputraan yang mendalam kepada Bunda Maria. Selama bertahun-tahun saya menilai ajaran tentang Bunda Maria dan devosi tentang Bunda Maria merupakan fenomena penyakit yang mematikan dalam diri orang-orang katolik. Secara paradoks, pandangan-pandangan anti Maria yang pernah saya miliki telah menimbulkan penghargaan terhadap keberatan-keberatan umum yang sering muncul melawan ajaran gereja tentang Maria. Mengapa saya anti katolik dan Maria? Karena bagi saya, gereja katolik telah melecehkan karya sempurna Yesus Kristus dan merampas kemuliaanNya. Tetapi dalil ini berubah total. Saya justru berubah dari pemikiran ini sehingga saya akhirnya masuk katolik: Saya melihat Maria sebagai karya sempurna Kristus dan pewahyuan tentang kemuliaanNya. Ia tidak lagi mencuri kemuliaan sang Putra seperti bulan mencuri sinar matahari”
Sebuah kesaksian dan pertobatan yang sangat indah dari Scott Hahn. Berawal dari pengalaman iman seperti ini, Scott Hahn dan keluarganya belajar berdoa rosario dan mengalami mujizat Tuhan. Ia percaya bahwa orang katolik tidak menyembah Bunda Maria tetapi menghormatinya. Tuhan Yesus tidak hanya memuliakan BapaNya yang di Surga, secara sempurna Ia juga memuliakan IbuNya yang di dunia, Maria dengan memberi dia kemuliaan ilahiNya sendiri. Maka cara orang katolik menghormati Maria itu sama dengan cara Yesus memuliakan ibuNya.
Bacaan-bacaan suci dalam perayaan Ekaristi hari ini mengantar kita untuk menyelami kemurahan hati Tuhan kepada setiap pribadi. Tuhan memiliki rencana untuk menguduskan setiap orang sesuai dengan kehendakNya sendiri. Dalam bacaan pertama dari Kitab Kejadian, kita melihat bagaimana manusia selalu berusaha membenarkan dirinya di hadirat Tuhan padahal ia sudah jatuh dalam dosa. Ketika Tuhan mencari dan memanggil manusia pertama serta bertanya kepadanya di manakah engkau, manusia itu bersembunyi karena dia telanjang. Tuhan bertanya kepadanya apakah ia telah makan buah dari pohon pengetahuan dan ia membenarkan dirinya dengan berkata, “Perempuan yang kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Ketika Tuhan bertanya kepada perempuan itu, ia menjawab, “Ular itu yang memberdayakan aku, maka kumakan”. Manusia memang pandai bersilat lidah sehingga tidak mengakui kesalahan dan dosanya. Orang lain selalu salah dan diri sendiri selalu benar. Untung ular tidak membela diri, dia diam dan menerima kutukannya. Terlepas dari dosa manusia ini, kehebatan Tuhan adalah ia mencari manusia yang telah jatuh dalam dosa. Ia memanggil dan berbicara dengan mereka dan tidak mempersalahkan mereka secara terang-terangan. Di samping itu perempuan itu di namai Hawa sebab dia adalah “ibu semua yang hidup”. Dalam kacamata kristiani, Maria adalah Hawa baru karena dialah ibu sumber kehidupan.
Dalam bacaan lain misalnya Surat Paulus kepada umat Efesus (Ef 1:3-6.11-12), ia mengatakan bahwa di dalam Tuhan Yesus, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan untuk menjadi kudus, dan tak bercacat di hadapanNya. Dalam kasihNya, ia juga menjadikan kita anak-anak Allah dan ahli waris Kerajaan Surga. Maria dikandung tanpa noda, kita semua juga pilihan Tuhan sebelum dunia diciptakan untuk menjadi kudus. Kita perlu bersyukur atas pilihan Tuhan ini dan malu kalau tidak berjalan dalam kekudusan.
Dalam bacaan Injil, Penginjil Lukas mengisahkan panggilan Bunda Maria dari Tuhan melalui Malaikat Gabriel. Bunda Maria di pilih Tuhan dengan sapaan “penuh rahmat” dan Bunda Maria menunjukkan kerendahan hatinya di hadirat Tuhan dengan mengatakan dirinya sebagai hamba. Ia berkata kepada Malaikat, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” Kerendahan hati dan kesiapsediaan Maria ini adalah tanda kekudusannya di hadirat Tuhan.
Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini sangat inspiratif. Kita semua dipanggil kepada kekudusan menyerupai Bunda Maria. Apakah kita juga menyadari hal ini sebagai motivasi bagi panggilan kita sebagai pengikut Kristus?
Doa: Tuhan jadikanlah kami anak-anakMu yang kudus seperti Engkau sendiri. Amen
PJSDB