Hari Senin, Pekan Biasa XXXIV
Why 14:1-3.4b-5
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6
Luk 21: 1-4
Si Janda Miskin itu berbicara…
Penginjil Lukas mengakhiri Injilnya Bab ke-20, dengan sebuah nasihat yang bagus dari Tuhan Yesus kepada para muridNya untuk bersikap waspada terhadap para ahli Taurat. Mereka bersikap munafik dengan memakai jubah yang panjang, suka menerima penghormatan di pasar, suka duduk di tempat terdepan di dalam rumah ibadat dan tempat terhormat dalam perjamuan, suka menelan rumah janda-janda dan mengelabui mata orang dengan doa yang panjang (Luk 20: 46-47). Di mata orang Yahudi, seorang janda dari segala umur adalah orang lemah yang harus dilindungi. Namun kenyataan menunjukkan bahwa para janda itu banyak kali menjadi korban kekerasan verbal dan fisik dari sesamanya. Harta mereka diganggu oleh pihak-pihak lain bahkan para ahli Taurat pun “ikut menelan rumah-rumah para janda.” melalui pengajaran-pengajaran mereka.
Yesus menunggu momen yang tepat untuk menyadarkan para muridNya. Apa yang dilakukan Yesus? Ia masuk ke dalam Bait Allah untuk mengajar dan sempat duduk di dekat tempat yang disediakan bagi kaum wanita untuk memperhatikan orang-orang yang datang untuk memberi persembahannya di dalam peti persembahan. Dari banyak orang yang datang memberi persembahan itu, ada seorang janda miskin. Ia memasukkan dua peser ke dalam peti. Yesus memberi komentar: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” (Luk 21:3-4).
Janda miskin itu berbicara dengan “suara lantang” kepada semua orang yang berkehendak baik, yang masuk ke dalam Bait Suci untuk mempersembahkan segalanya untuk Tuhan. Pertama-tama sebuah persembahan yang utuh dengan hati yang tidak terbagi hanya untuk Tuhan. Persembahan yang utuh termasuk segala sesuatu yang dimiliki, semuanya serahkan kembali kepada Tuhan, tanpa membutuhkan balasan apa pun dari Tuhan. Dia sudah menciptakan dan memberikan segalanya bagi kita maka persembahan dari pihak kita merupakan sebuah ibadah, sebuah syukur kepadaNya.
Orang kaya biasanya memberi dari kelebihan, orang miskin memberi segala yang dimilikinya. Janda miskin hanya memiliki dua coin dan ia menyerahkannya kepada Tuhan. Apakah ini berarti ia akan hidup berkekurangan. Jawabannya adalah: Tidak! Ia percaya bahwa Tuhan akan memberi kepadanya semua yang ia butuhkan untuk melanjutkan hidupnya. Karena sikap lepas bebasnya ini maka ia hanya menaruh harapannya kepada penyelenggaraan ilahi. Tuhanlah yang akan melayaninya dan ia tentu hidup tanpa kekurangan suatu apapun.
Janda miskin berbicara dengan suara yang lantang untuk Gereja. Gereja sudah lama mencanangkan keberpihakannya untuk kaum papa dan miskin (preferential option for the poor) seperti yang dilakukan Yesus sendiri. Mungkin masalahnya adalah sosialiasi pihak gereja bagi umat masih kurang. Misalnya tentang uang kolekte, dana papa dan lainnya. Ada umat yang berpikir bahwa dana-dana itu untuk keperluan dan kesejahteraan para romo di paroki. Ini kekeliruan yang fatal karena para romo tidak mendapatkan uang saku dari uang kolekte umat. Romo di paroki hidup dari semua karya pelayanannya bukan dari kolekte umat. Kolekte itu dana yang terkumpul dari umat, oleh umat dan untuk umat. Solidaritas dengan kaum papa miskin harus selalu ada.
Bagi kaum papa dan miskin, kisah tentang si janda miskin menginspirasikan mereka untuk selalu bermurah hati. Janganlah menjadi pribadi yang pelit sehingga sulit untuk membantu sesama yang sedang membutuhkan. Tuhan menciptakan kita untuk menjadi sesama bagi mereka yang lain dan selalu siap rela berkorban dan menolong mereka.
Janda miskin juga membantu kita untuk bertumbuh sebagai orang beriman. Ia memberi segalanya kepada Tuhan karena Ia percaya bahwa Tuhan akan memberi kepadanya lebih dari yang diharapkannya. Inilah yang disebutkan sebelumnya sebagai penyelenggaraan ilahi. Orang anawim akan berharap sepenuhnya kepada Tuhan. Janda miskin meneguhkan segala pelayanan kita. Janda miskin juga membantu kita untuk bertumbuh menjadi orang kudus di hadirat Tuhan.
Yohanes di dalam bacaan pertama memiliki visi yang tajam tentang kekudusan. Ia melihat Anak Domba berdiri di atas bukit Sion bersama 144.000 orang dan di dahi mereka terdapat tulisan namaNya dan nama BapaNya. Angka ini kiranya menyatakan tentang orang-orang kudus yang siang dan malam melayani Tuhan, memuji dan menyembah Dia sebagai Allah orang hidup. Orang-orang kudus seperti malaikat yang tinggal bersama dengan Tuhan. Mereka tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan, mereka hidup suci dan murni. Mereka mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia akan pergi. Mereka tidak berdusta.
Doa: Tuhan, semoga kami juga boleh bertumbuh dalam kekudusan. Amen.
PJSDB