Hari Minggu I Adven/B
Yes 63:16b-17; 64: 1,3b-8
Mzm 80: 2ac, 3b, 15-16, 18-19
1Kor 1:3-9
Mrk 13:33-37
Buatan Tangan Tuhan
Adalah Giacomo da Varazze, Uskup Genoa, Italia dalam bukunya “The Golden Legend” pernah menulis, “Kita melaksanakan masa adven selama empat pekan untuk menandai empat kedatangan Tuhan yakni Ia telah datang kepada kita dalam wujud manusia, Ia telah datang membawa kerahiman ke dalam hati kita, Ia telah datang kepada kita dalam kematian dan Ia akan datang lagi kepada kita pada hari penghakiman terakhir.” Dari keempat kedatangan Tuhan, Gereja memberi perhatian istimewa kepada dua yang penting yakni kedatanganNya sebagai manusia dan kedatanganNya pada penghakiman terakhir.
Beberapa tahun yang lalu saya pernah membaca sebuah buku karya Scoot Hahn berjudul “Sign of Life”. Di dalam buku itu, ia menguraikan kebiasaan-kebiasaan yang ada di dalam Gereja Katolik dan akar biblisnya. Salah satu kebiasaan yang direfleksikannya adalah tentang masa adven. Tulisan itu inspiratif sehingga saya coba meringkasnya mengawali homili berikut ini. Menurut Hahn, selama masa adventus, liturgi mengajak kita untuk menghidupkan kembali harapan dan kerinduan akan kedatangan Yesus Kristus, Juruselamat dunia. Semuanya ini kita temukan di dalam Kitab Suci. Bacaan-bacaan liturgi selama masa adventus kebanyakan diambil dari nubuat para nabi, mengingatkan sekaligus mendorong umat Israel saat itu untuk dapat bersukacita karena janji Tuhan akan digenapi. Mereka selalu jatuh dalam dosa sehingga kehilangan hak istimewa sebagai bangsa terpilih yakni kemakmuran di tanah yang kaya susu dan madunya. Para nabi dalam nubuat-nubuatnya merindukan seorang Mesias yang dapat membebaskan atau menebus umat manusia.
Hahn juga berpendapat bahwa selama masa Adven, kita mengalami dua dimensi keselamatan yang bersifat eskatologis yakni “sudah” dan “belum”. Kita “sudah” mengenal Dia tetapi sekaligus “belum” mengenal Dia. Kita melagukan nyanyian kerinduan dan pengharapan purba dengan mengucapkan “Antifon O” sebab kita menantikan kedatangan Juruselamat kita ke dalam kepenuhanNya. Apabila Ia datang kembali pada akhir zaman, kemuliaanNya tidak akan berbeda dari kemuliaanNya di dalam Ekaristi, tetapi di sana kita akan melihat Dia sebagaimana adaNya (1Yoh 3:2). Masa adven yang kudus merupakan satu-satunya kunci sejati menuju Natal yang penuh sukacita. Masa adven adalah masa berjaga-jaga, masa bersiap siaga dan masa berharap. Kita bergairah dalam menantikan kedatangan Kristus, sehingga kita memberi perhatian yang penuh kepada kehidupan doa, kehidupan moral, cara memperlakukan sesama dan cara mengungkapkan kasih di hadirat Tuhan. Singkatnya, masa adven adalah masa bermetanoia.
Nabi Yesaya membuka pikiran kita mengawali masa adven ini untuk memandang Allah sebaga Bapa yang baik, dengan nama “Penebus” kita sejak dahulu kala. Dialah Allah yang menciptakan segala sesuatu. Nabi Yesaya juga menyadari bahwa manusia memiliki banyak kelemahan. Hal ini terungkap dalam doanya: “Ya Tuhan, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu? Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, oleh karena suku-suku milik kepunyaan-Mu!” (Yes 63:17).
Setiap tahun kita mengalami masa adven tetapi satu hal yang belum bisa berubah secara total di dalam diri kita adalah semangat pertobatan. Banyak di antara kita yang masih tersesat atau menyesatkan diri padahal Tuhan sendiri menunjukkan jalanNya. Banyak di antara kita yang masih memiliki hati yang keras, tegar sehingga tidak mau mendengar Tuhan. Namun Yesaya tetap percaya bahwa Allah kita adalah Bapa yang baik maka Ia akan kembali dan menyelamatkan umatNya.
Yesaya juga mengharapkan supaya Tuhan menunjukkan kuat kuasaNya dengan mengoyakan langit sehingga gunung-gemunung pun dapat bergoyang di hadapanNya. Meskipun Tuhan melakukan karya-karya yang luhur dan agung tetapi manusia masih menutup mata dan telinga kepadaNya. Manusia masih menyukai perbuatan dosa dengan memberontak kepadaNya, menyukai kenajisan dan melupakan nama Tuhan.
Apa yang akan dilakukan Tuhan terhadap manusia berdosa? Apakah Ia akan menghukum? Tidak! Hal-hal yang akan dilakukan Tuhan adalah, pertama, Tuhan Allah mengerti dan peduli dengan manusia sehingga Ia dengan penuh belas kasih menyongsong mereka yang berbuat benar dan mengingat mereka yang mengikuti jalanNya. Kedua, Allah tetaplah Bapa kita. Kita semua laksana tanah liat dan Dialah yang membentuk hidup kita. Kita semua adalah buatan tanganNya. Biarkanlah diriMu dibentuk oleh Tuhan.
Manusia masih dikuasai dosa. Dalam masa adven ini kita semua diajak untuk bertobat dan kembali ke jalan Tuhan. St. Paulus menghibur kita untuk tidak mudah jatuh dalam dosa karena Tuhan menyertai kita. Kita harus merasa malu kalau Tuhan Allah Tritunggal menyertai kita, tetapi kita sendiri tidak merasa disertai oleh Tuhan. Kita juga disadarkan Paulus untuk sadar diri bahwa hanya di dalam Tuhan kita menjadi kaya dalam segala hal, dalam segala perkataan dan pengetahuan. Dengan demikian kita juga tidak mengalami kekurangan apa pun dalam menantikan kedatangann Tuhan. Bagi Paulus, apa pun hidup kita, Tuhan itu tetap setia: “Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.” (1Kor 1:9).
Kasih dan penyertaan Tuhan Yesus terungkap dalam nasihat dan ajakanNya bagi kita untuk tetap berjaga-jaga dalam menanti kedatanganNya. Sikap berjaga-jaga merupakan sikap kristiani yang luhur. Berjaga-jaga bukan karena takut tetapi karena mengasihi Tuhan. Sikap berjaga-jaga menunjukkan semangat pertobatan yang luhur.
Kita bersyukur kepada Tuhan untuk Sabda yang indah pada hari ini. Tuhan Yesus, nabi Yesaya dan St. Paulus sama-sama mengantar kita kepada kekudusan. Kita disadarkan pada hari Minggu pertama Adven untuk bertobat dari segala dosa dan salah supaya layak menantikan kedatangan Tuhan. Kita merasakah penyertaan Tuhan hari demi hari supaya jangan jatuh ke dalam dosa. Sikap mawas diri dan berjaga-jaga patut kita miliki untuk menanti kedatangan Tuhan.
P.John Laba, SDB