Hari Rabu, Pekan I Adven
Pesta St. Fransiskus Xaverius
1Kor. 9:16-19,22-23
Mzm. 117:1,2
Mrk. 16:15-20
Melayani Sabda
Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan pesta St. Fransiskus Xaverius, Ia lahir dengan nama asli Francesco de Yassu Javier, tanggal 7 April 1506 di istana Xavier di Navarra, bagian utara Spanyol. Pendidikan dasarnya berlangsung di Navarra dan kemudian dilanjutkan di Universitas Paris. Ada sebuah pertanyaan yang mempengaruhi hidupnya adalah: “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, namun kehilangan jiwanya?” (Mrk 8:36). Pertanyaan ini sungguh mempengaruhi sikapnya yang mengilhami jalan hidupnya sehingga ia berani mengabdikan seluruh hidupnya sebagai seorang Abdi Allah bagi penyebaran Injil dan pembangunan Kerajaan Allah di dunia.
Dalam konteks sejarah Gereja Indonesia, Ia pernah mengunjungi Maluku pada awal tahun 1546. Ia menulis kesaksiannya: “Para pelaut menyita seluruh waktuku dari pagi hingga malam: terus menerus mendengarkan pengakuan dosa, mengunjungi orang sakit, memberikan sakramen-sakramen dan penghiburan rohani kepada mereka yang akan meninggal dan sering pula berkotbah. Selama masa puasa saya kerjakan itu . . . Pulau Ambon banyak penduduknya, di antaranya tujuh desa yang beragama Kristen. Begitu tiba, saya mengunjungi desa-desa itu dan memberikan Sakramen Permandian kepada anak-anak yang belum menerimanya. Kira-kira 390 mil dari situ terdapat suatu negeri, Pantai Moro namanya. Konon, di sana banyak orang Kristen yang sama sekali belum mendapatkan pelajaran agama. Saya akan pergi ke sana secepatnya. Saya menulis laporan ini supaya kamu tahu, betapa kamu dibutuhkan di sini. Memang saya sadar, bahwa kamu diperlukan di India juga, tetapi pulau-pulau ini sangat membutuhkan pertolongan yang lebih besar lagi.” Fransiskus mempermandikan kira-kira 1000 orang Ambon dan mempersiapkan kedatangan imam-imam baru. Lalu ia menuju ke Ternate pada bulan Juli 1546.
Setiap pagi Fransiskus berkotbah kepada saudagar-saudagar Portugis, yang seluruh pikirannya dijejali dengan urusan-urusan perdagangan rempah-rempah dan wanita. Malam hari ia mengumpulkan orang-orang berbahasa Melayu, melatih mereka baik-baik untuk mengerti dan menghafalkan doa-doa serta menyanyikan cerita-cerita Kitab Suci. Tentang hasil jerih-payahnya, ia meriulis: “Syukur kepada Allah! Di Ternate ini sudah menjadi kebiasaan, anak lelaki di jalan-jalan dan anak perempuan di rumah, para buruh di perkebunan dan nelayan-nelayan di laut, siang-malam menyanyikan lagu-lagu suci, bukan lagi nyanyian-nyanyian kotor. Mereka senang menyanyikan lagu Aku Percaya, Bapa Kami, Salam Maria, Sepuluh Perintah Allah, Perbuatan-perbuatan Belaskasih, Pengakuan Dosa Umum serta banyak lagu dan doa sejenis. Mereka itu, baik yang baru bertobat maupun yang masih kafir, menyanyi dalam bahasa mereka sendiri. Syukur kepada Allah bahwa saya dengan cepat disukai, baik oleh orang Portugis di pulau ini maupun oleh orang pribumi yang beragama Kristen dan yang bukan!” Setelah Fransiskus mengatur kedatangan pengganti-penggantinya, ia kembali ke Malaka untuk selanjutnya pergi ke Jepang. Ia meninggal dunia di Sanchian pada tanggal 3 Desember 1552. Ia menjadi pelindung utama karya misi.
Catatan pribadi Fransiskus ini sangat inspiratif untuk membantu kita memahami perikop Injil pada hari ini. Sebagaimana disebutkan di atas, berawal dari pertanyaan: “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, namun kehilangan jiwanya?” (Mrk 8:36) maka Fransiskus terdorong untuk mengabdi Tuhan sebagai seorang misionaris. Nah, dalam perikop Injil hari ini dikisahkan bahwa Tuhan Yesus yang sudah bangkit mulia menampakkan diriNya kepada para murid sebelum naik ke surga. Di hadapan mereka Ia berkata: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (Mrk 16:15). Perkataan Yesus ini merupakan sebuah komando, sebuah perintah kepada para muridNya untuk pergi dan memberitakan Injil. Mereka sudah mendengar pemberitaan Injil langsung dari Yesus secara cuma-cuma, kini mereka bertugas untuk memberitakannya kepada segala makhluk. Khabar sukacita itu harus menyentuh dan mengubah segala makhluk. Khusus bagi manusia, diharapkan supaya Injil itu membantu orang untuk percaya dan selamat.
Adapun tanda-tanda orang yang percaya dan selamat adalah: “Mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka,mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Mrk 16:17-18). Para murid dalam arti Gereja saat ini, karena kuasa pembaptisan bertugas untuk melakukan pekerjaan Tuhan atau bekerja atas nama Tuhan bukan atas namanya sendiri. Para misionaris melayani Sabda Tuhan, memuliakan nama Tuhan bukan untuk popularitas manusiawinya.
Dalam masa Adventus ini kita semua juga terinspirasi oleh Sabda Tuhan dan kesaksian hidup St. Fransiskus Xaverius untuk melayani Sabda. Apa yang harus kita lakukan untuk melayani Sabda? Pertama, Tuhan mengharapkan kesediaan kita untuk turut memberitakan Injil kepada segala makhluk. Bagaimana mewartakan Injil saat ini? Kita mewartakannya dengan hidup sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus yang baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Mewartakan Injil dengan hidup kristiani yang baik lebih kuat bunyinya dari pada suara yang keluar dari mulut. Anda dan saya adalah misionaris Sabda bagi sesama. Kedua, Kita melayani Sabda (Logos) yaitu Kristus sendiri sebagai Sabda yang menjelma menjadi manusia (Inkarnasi). Misteri Inkarnasi yang kita renungkan dalam masa adventus menjadi kekuatan bagi pribadi-pribadi dan keluarga-keluarga untuk terbuka kepada Sabda. Semoga Sabda yakni Yesus Kristus juga mengubah hidup kita supaya layak merayakan kelahiranNya. Mari melayani Sabda!
Doa: Tuhan Yesus, bantulah kami supaya bisa bertumbuh menjadi abdiMu. Semoga teladan missioner St. Fransiskus juga menguatkan kami untuk berani pergi dan memberitakan InjilMu. Amen
PJSDB