Hari Sabtu, Pekan Adven II
Sir. 48:1-4,9-11
Mzm. 80:2ac,3b,15-16,18-19
Mat. 17:10-13.
Namanya adalah Elia
Nama nabi Elia (Ibrani: אֱלִיָּהוּ, Eliyahu, artinya “Yahwe adalah Allahku”. Nabi Elia mendapat panggilan Tuhan menjadi nabi di Kerajaan Utara sekitar abad ke-IX SM, bertepatan dengan pemerintahan raja Ahab, Ahazia dan Yoram. Nama Elia erat terkait dengan dua figur dalam dunia Perjanjian Baru yakni Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus. Penginjil Lukas misalnya, melukiskan bahwa ketika Zakharia menerima nubuat kelahiran anaknya, Yohanes Pembaptis, malaikat Gabriel menyampaikan pesan Tuhan bahwa Yohanes Pembaptis “akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.” (Lukas 1:17). Perkataan malaikat Gabriel ini menggenapi nubuat Maleakhi: “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu.” (Mal 4:5).
Ketika Yohanes Pembaptis beranjak dewasa, ia melakukan misinya yakni menyiapkan jalan bagi Tuhan. Dia menyerukan tobat dan membaptis dengan air. Ia juga menghayati hidup sederhana (askesis) dengan memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit (Mat 3:4; Mrk 1:6), mirip dengan penampilan Elia (2Raj 1:8). Yohanes sendiri menyatakan bahwa ia bukan Elia (Yoh 1:21). Ia hanya menerima roh dan kuasa Elia untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus (Lukas 1:17). Tuhan Yesus sendiri menegaskan peranan Yohanes sebagai Elia (Mat 16:14; Mrk 8:28).
Figur Elia juga disamakan dengan Yesus. Banyak orang menganggap Yesus sebagai penjelmaan Elia (Mat 11:14; 17:10-13; Luk 9:19). Dalam injil-injil sinoptik diceritakan kisah Yesus menampakan kemuliaanNya. Ia mengajak tiga murid inti yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes, naik ke atas suatu gunung. Di sana Yesus berubah rupa, wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Ia berbicara dengan Elia dan Musa. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian Yesus yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. (Mat 17:1-13; Mrk 9:2-13; Luk 9:28-36).
Tuhan Yesus menggunakan Elia sebagai contoh penolakan nabi oleh bangsanya. Yesus berkata: “Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.” (Luk 4:24-27).
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini memfokuskan perhatian kita pada figure Elia dan Yohanes Pembaptis. Dalam bacaan pertama, Kitab Putra Sirak menampilkan berbagai keunggulan nabi Elia: “Nabi Elia tampil bagaikan api, yang perkataannya laksana obor membakar. Kelaparan didatangkan-Nya atas mereka, dan jumlah mereka dijadikannya sedikit berkat semangatnya. Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya, dan api diturunkannya sampai tiga kali. Betapa mulialah engkau, hai Elia, dengan segala mujizatmu, dan siapa boleh bermegah-megah bahwa sama dengan dikau?” (Sir 48:1-4). Gambaran hidup nabi Elia ini memang sesuai dengan makna namanya yakni Yahwe adalah Allahku. Di dalam dirinya Allah menunjukkan kuasaNya untuk mengubah hidup umatNya yang keras hati supaya layak di hadiratNya.
Yohanes Pembaptis sebagaimana dikatakan di atas merupakan Elia baru yang diutus Allah untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan. Sayang sekali orang belum percaya pada rencana dan kehendak Allah sehingga mereka tidak mengenal Yohanes sebagai Elia baru. Para murid Yesus bahkan bertanya: murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” (Mat 17:10). Terhadap pertanyaan ini Yesus menjawab mereka: “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu. Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” (Mat 17:11-12).
Perkataan Yesus tentag Elia ini sebenarnya menggambarkan pengalaman konkret Yohanes Pembaptis dan Yesus sendiri. Yohanes diutus Allah untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan dengan seruan tobat. Ia memulihkan hati banyak orang untuk bertobat. Ia juga hidup askesis (matiraga) dalam hal makan dan minum. Sayang sekali karena orang menganggapnya kerasukan setan (Mat 11:18). Yesus juga menderita karena Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa (Mat 11:19).
Sabda Tuhan pada hari ini secara khusus menampilkan figur nabi Elia. Semoga kita semakin siap memasuki hari Minggu Adven III atau hari minggu adven sukacita. Mari kita membaharui hidup kita dan mengakui bahwa Yahwe adalah sungguh-sungguh Allah kita.
PJSDB