Apa untungnya anda membenci saudaramu?
Saya barusan berbicara dengan seorang pemuda. Saya menyiapkan waktu untuk mendengar ia menceritakan banyak hal tanpa bertanya atau memberi komentar apapun. Bagiku orang seperti ini hanya butuh orang yang bisa punya waktu untuk mendengarnya saja. Ia mengatakan bahwa selama beberapa hari terakhir ini mengalami kesulitan untuk tidur dan beristirahat dengan baik. Hal yang sempat saya ingat adalah bahwa ia mengingat kembali seorang saudaranya yang pernah bertindak jahat teradapnya di pertengahan tahun 2014 ini. Setiap kali mengingatknya ia selalu pusing karena rasa benci selalu muncul dan menguasainya. Baginya saudaranya itu sudah mati di dalam dirinya.
Setelah menyampaikan semua rasa hati dan beban yang menjadi pergumulan hidupnya itu maka saya bertaya kepadanya: “Apa untungnya anda membenci saudaramu?” Ia tersenyum dan berkata: “Saya merasa tidak ada untungnya apa-apa.” “Tetapi mengapa anda berapi-api mengungkapkan rasa benci dan murkamu itu kepadanya?” Tanyaku kepadanya. “Selama ini saya hanya bergumul dengan diri saya dan baru kali ini ada seorang yang mau mendengar aku.” Jawabnya kepadaku. “Sekarang anda bisa sembuh. Ingatlah bahwa mengampuni berarti melupakan. Berdoalah supaya Tuhan memberi kemampuan untuk melupakan kejahatan saudaramu itu di dalam hidupmu.” Jawabku kepadanya.
Banyak di antara kita masih memiliki rasa marah, benci dan iri terhadap saudaranya. Kita sudah merayakan Natal, akan mengakhiri tahun ini dan memasuki tahun baru tetapi masih sulit untuk bisa mengampuni sadara atau pasangah hidupnya. St. Yohanes berkata: “Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan.Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.” (1Yoh 2:10-11). Nah, pilihlah sekarang: Apakah terang atau gelap yang mengusai hidupmu?
PJSDB