Hari Rabu, Pekan Biasa XXXI
Flp 2:12-18
Mzm 27: 1.4.13-14
Luk 14:25-33
Ketaatan itu Mahal!
Seorang ibu datang sambil menangis karena merasa anaknya berubah total. Sebelumnya anaknya penurut, sekarang ini susah diurus. Perubahan perilaku anak membuat dia sebagai orang tua kurang percaya diri di depan anaknya. Seorang kepala sekolah sharing pengalamannya. Ia mengalami kesulitan berhadapan dengan para siswa dan guru yang tidak taat. Kurang ada komitmen untuk melaksanakan dengan baik ketentuan dan keputusan yang telah mereka sepakati bersama. Dalam hidup selalu ada pengalaman baik orang tua maupun pimpinan instansi tertentu yang erat hubungannya dengan ketaatan. Ketaatan memang bukan hal yang gampang. Orang harus rendah hati supaya dapat menjadi orang taat. Tetap yang terpenting lagi adalah orang harus mendengar lebih banyak sehingga mampu menjadi orang yang taat. Kata ketaatan adalah kata berbahasa Latin ob-audire atau obedire. Jadi orang harus mendengar lebih banyak supaya menjadi taat.
Hari ini St. Paulus melanjutkan pengajarannya. Sebelumnya ia telah menjelaskan tentang Tuhan Yesus yang taat sampai mati di atas kayu Salib. Sekarang ia mencoba menjelaskan nilai ketaatan rohani yang patut dilakukan oleh setiap pribadi. Paulus menulis, “Oleh karena itu, saudara-saudara terkasih, seperti kamu selalu taat kepadaku ketika aku bersama kamu, maka terlebih lagi sekarang ketika aku jauh daripadamu, hendaklah mengusahakan keselamatanmu dengan takut dan gentar”. (Flp 2:12). Bagi Paulus, orang yang taat dapat serius menjalani hidup ini dengan baik dengan mengusahakan keselamatannya dalam suasana takut dan gentar. Tentu Paulus tidak berbicara tentang takut akan Tuhan tetapi yang ia maksudkan adalah suasana bathin yang gembira karena penebusan berlimpah dalam Yesus. Orang harus bergembira mengalami penebusan itu karena dengan demikian menjadi manusia yang merdeka.
Sebagai orang merdeka, para pengikut Kristus hendaknya melakukan segala sesuatu sebagai orang merdeka. Artinya dalam melakukan semua kegiatan ia merasa merdeka, tak ada lagi beban-beban yang datang dari luar. Jadi tidak ada lagi yang namanya bersungut-sungut dalam melakukan tugas dan tanggung jawab setiap hari. Setiap pribadi melakukan tugas dan tanggung jawab dengan baik, hidup sebagai pribadi yang murni dan tak bernoda. Dengan hidup layak di hadirat Tuhan seperti ini maka semua kebaikan akan menutup sikap tidak jujur dan jahat. Perbuatan baik itu laksana bintang yang bercahaya di dunia.
Kata-kata Paulus membuat kita teringat akan kata-kata Yesus sendiri: “Sedemikian pula terangmu harus bercahaya di hadapan semua orang, supaya mereka dapat melihat yang baik yang kaulakukan dan memuji Bapamu yang di sorga” (Mat 5:16). Perbuatan baik itu bercahaya seperti bintang yang menerangi hidup setiap pribadi. Orang baik akan membuat orang jahat jadi baik. Yesus sendiri selama hidupNya merupakan sahabat dari kaum pendosa. Apakah Yesus takut dengan orang berdosa? Ternyata Dia tidak pernah takut. KehadiranNya justru mengubah hidup setiap orang menjadi lebih baik. Orang yang baik semakin baik dan orang jahat pun menjadi baik! Paulus juga membicarakan kemartirannya sebagai bagian dari pelayanannya bagi Yesus. Ia mengharapkan agar kemartirannya juga menjadi sukacita bagi semua jemaat sama seperti ia bersukacita melihat jemaat bertumbuh dalam Kristus. Semua ini adalah bukti ketaatan Paulus bagi Kristus. Ketaatan itu mahal, obedireitu mahal karena selalu disertai dengan kemartiran.
Sikap Paulus ini sejalan dengan nasihat Yesus dalam injil supaya berani melepaskan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus. Kalau orang itu tidak memiliki keberanian untuk melepaskan segala sesuatu maka ia juga tidak akan membaktikan dirinya secara utuh. Orang harus memiliki sikap lepas bebas. Ini prinsip religius yang baik untuk dihayati setiap pribadi dalam mengikuti Yesus.
Sabda Tuhan hari ini sungguh menyadarkan hati nurani kita untuk menjadi orang yang taat. Ketatatan atau obedire berawal dari kemampuan untuk mendengar dengan baik. Ketika kita dapat mendengar dengan baik, dengan sendirinya kita dapat memiliki kemampuan untuk menjadi taat dan tidak hanya berhenti sebagai orang yang taat tetapi juga kemampuan untuk mengasihi. Yesus taat kepada Bapa sehingga Ia mengasihi kita. Kita juga belajar menjadi orang yang taat supaya mampu mengasihi sesama, tanpa memilah-milah. Ketaatan memang mahal, tetapi setiap orang harus memilikinya!
Doa: Tuhan, jadikanlah aku orang yang taat. Amen
PJSDB