Meditasi: Luk 5:33-35
Sukacita bersama
Yesus membaharui segala sesuatu (Why 21:5). Banyak orang mengikuti Yesus. Masalah yang muncul adalah para pengikut Yesus tidak lagi mengikuti adat istiadat agama Yahudi. Misalnya mereka tidak berpuasa dan membasuh diri sebelum makan. Ini adalah skandal bagi kaum Yahudi. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat lalu membandingkan Yesus dengan Yohanes Pembaptis dan orang-orang Farisi. Para murid Pembaptis dan kaumm farisi berpuasa, para murid Yesus tidak berpuasa. Mengapa? Yesus punya satu alasan: “Dapatkah sahabat mempelai disuruh berpuasa, selama mempelai itu bersama mereka? tetapi akan datang waktunya mempelai diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka berpuasa.” (Luk 5: 34-35).
Apa yang Yesus maksudkan dengan perkataanNya ini? Mempelai adalah pribadi Yesus sendiri. Sahabat mempelai adalah para murid yang percaya kepadaNya. Maka selagi Yesus berada bersama para muridNya selalu ada sukacita. Tidak perlu berpuasa dan bermuram muka. Para murid bersedih ketika Yesus sang mempelai “diambil” secara paksa. Dalam hal ini ketika Yesus menghadapi misteri paskahNya.
Dari Yesus, para orang tua belajar untuk:
Pertama, bersikap tabah. Yesus tahu bahwa Dia akan menderita tetapi Ia tabah karena kehendak Bapa di Surga. Ketabahan orang tua itu ditandai dengan optimismenya untuk menghadapi hidup dan masa depan anak-anak. Orang tua dalam situasi hidup yang sulit sekali pun. Dialah yang akan membuka jalan.
Kedua, Suka cita. Yesus menghendaki sukacita bukan dukacita. Sukacita karena Tuhan Yesus adalah bagian dari hidup setiap pribadi. Sukacita karena hidup ini seperti sebuah pesta yang meriah.Ia berkata, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” (Yoh 15:5)
Ketiga, Berpuasa sebagai tanda pertobatan. Nilai rohani pertobatan hendaknya ditanamkan oleh orang tua dalam diri anak-anak. Mari bersukacita bersama!
Hai para orang tua, kamu pasti bisa. Tuhan Yesus memberkati
PJSDB